2. Membingungkan

6 1 0
                                    

Di Kantin Sekolah

Saat Nala dan Risa meletakkan makanan mereka di meja, seorang putri gubernur bernama Kemala dan 2 orang temannya mendatangi meja makan yang ditempati oleh Nala dan Risa. Kemala dan teman - temannya datang untuk melabrak Nala yang menurut dia sudah dengan sengaja menggoda Putra Mahkota. Dia terus mengatakan bahwa dia adalah orang yang akan menjadi istri Sang Putra Mahkota dan terus memperingatkan Nala agar berhenti menggoda Putera Mahkota.

Nala merasa sangat kesal dengan tingkah laku Kemala. Dia merasa bahwa Kemala sudah bersikap tidak sopan padanya. Padahal dia sebenarnya adalah Carissa yang usianya lebih tua dari Kemala. Nala pun menggebrak meja makan nya dan berkata bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada Putra Mahkota.

"Hei dengar ya, aku sama sekali tidak menginginkan Putra Mahkota, dia bukan type ku. Bahkan pengikat kepala warna merah yang dia pakai itu sangat norak! Aku eneg melihatnya!", teriak Nala dengan semangat.

Siapa sangka jika di belakangnya ada Bandung Bondowoso yang baru saja masuk ke ruang kantin. Dia mendengar semua perkataan Nala. Sejenak di dalam kantin menjadi sunyi karena ketakutan para murid dengan Sang Putra Mahkota.

Nala menyadari bahwa ada yang tidak benar dengan kesunyian itu. Ia pun mengamati sekitar dan perlahan menoleh ke belakang. Ia sangat terkejut ketika melihat Pangeran Bandung Bondowoso ada di belakangnya. Ia pun langsung bersujud memohon ampun pada Sang Putera mahkota.

"Ampun, gusti! Maafkan hamba yang lancang ini" Ucap Nala sambil bersujud di depan Putra Mahkota.

Namun Putra Mahkota meminta Nala untuk bangun dan berhenti bersujud dihadapannya.

"Sepertinya kau suka sekali bersujud kepada ku. Bangun lah!"
"Terima kasih, Yang Mulia"

Sambil menatap Nala, Bandung Bondowoso menyentuh pengikat kepala nya yang berwarna merah.

"Apakah kau membenci ini?" Tanya Bandung Bondowoso sambil memegang pengikat kepalanya.

Melihat ekspresi datar Sang Putra Mahkota membuat Nala ketakutan.

"Gawat.. Bisa - bisa aku dikutuk jadi batu", ucap Nala di dalam hatinya.

Nala berusaha memasang wajah yang manis lalu ia berkata pada Sang Putra Mahkota bahwa dia tidak membenci itu, dia hanya terpancing emosinya karena Kemala sebelumnya telah memprovokasi Nala. Tetapi reaksi Bandung Bondowoso sangat tidak terduga. Ia melepas pengikat kepalanya dan membuangnya.

"Jika kau tidak menyukainya, aku akan membuangnya", ucap sang Putra Mahkota sambil melemparkan pengikat kepalanya.

Seluruh siswa yang berada di dalam kantin sangat terkejut melihatnya. Sepertinya mereka benar-benar percaya bahwa Sang Putera mahkota telah jatuh cinta pada Nala. Tidak hanya itu, Bandung Bondowoso juga memperingatkan Kemala untuk tidak mengganggu Nala.

"Sejak kapan aku bertunangan dengan mu?" Tanya Bandung Bondowoso kepada Kemala.
"Memang belum, tetapi keluarga ku dan Yang Mulia Raja sudah setuju", jawab Kemala.
"Tapi aku tidak setuju. Jika kau berani mengganggu wanita ku, kau akan aku sihir menjadi patung", tegas Bandung Bondowoso.

Kemala sangat ketakutan, dia pun segera pergi keluar dari kantin. Sementara itu Nala masih berpikir mengenai ucapan Bandung Bondowoso.

" Wanita ku? "

Bandung Bondowoso hendak pergi meninggalkan Nala tetapi Nala mencegahnya.

"Apa maksud dari wanita ku? Aku bukan wanita siapa - siapa, aku adalah putri kesayangan ayah dan ibu ku, juga adik kesayangan kakak ku", ucap Nala.

Tetapi Bandung Bondowoso hanya tersenyum. Dia tidak menjawab pertanyaan Nala. Ia malah pergi meninggalkan Nala.

" Oh tidak, ini bahaya. Ternyata Putra Mahkota yang kejam itu sudah jatuh cinta padamu", gumam Risa.
"Apanya? Kau jangan mengada - ada, ayo kita makan", ucap Nala.

Seketika keramaian sebelumnya pun kini sudah berakhir. Masing - masing murid sudah kembali fokus pada makanan mereka.
Namun jika diperhatikan, para murid yang berada di kantin sesekali melirik ke arah Nala dan Risa seperti sedang menaruh kewaspadaan. Beberapa siswa saling berbisik dan membicarakan mengenai Putra Mahkota yang jatuh cinta pada Nala. Sekilas Nala mendengar apa yang mereka bicarakan sehingga membuat Nala merasa tidak nyaman.

Nala segera menghabiskan makanannya dan mengajak Risa untuk kembali ke kelas.

"Risa, ayo kita kembali ke kelas, aku mulai merasa tidak nyaman berada disini", ajak Nala.
" Ya, aku juga. Murid - murid bodoh itu pasti sedang membicarakan mu".

Nala dan Risa segera keluar dari kantin. Dalam perjalanan menuju kelas. Nala keras berpikir tentang sikap Bandung Bondowoso padanya yang sangat membingungkan. Di dalam cerita legenda Roro Jonggrang sama sekali tidak pernah menceritakan kisah Bandung Bondowoso dan Nala.

Sesampainya di kelas Nala tetap memikirkan Bandung Bondowoso.

"Bentar - bentar, di cerita legenda Roro Jongrang dimulai dengan Penyerangan Bandung Bondowoso ke Kerajaan Prambanan", ucap Nala sambil membuat gambar.

" Lalu Prabu Baka, Raja dari Kerajaan Prambanan dibunuh oleh Bandung Bondowoso. Setelah itu Bandung jatuh cinta dengan Putri Roro Jonggrang dan ingin menikah dengannya, tapi Roro Jonggrang kasi syarat membangun candi, setelah itu Roro Jonggrang membuat ide untuk menggagalkan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso marah dan akhirnya Roro Jonggrang dikutuk menjadi Patung".

Nala telah selesai menggambarkan cerita dari Legenda Roro Jonggrang yang pernah ia baca. Tetapi ia masih kebingungan karena isi dari cerita yang ada di Legenda itu dimulai ketika Bandung Bondowoso sudah lulus dari sekolah sihir dan menjadi Jendral yang memimpin perang. Mungkin saja itu terjadi setelah beberapa tahun kemudian.

"Hmmm, jika sekarang dia masih menjadi siswa tingkat 3 sekolah sihir, mungkin dia akan menjadi Jendral setelah lulus yaitu.... Tahun depan! Astagah tahun depan?".

Sebenarnya Nala tidak ingin memperdulikan soal Perang Kerajaan Pengging dan Kerajaan Prambanan, dia ingin menikmati kehidupan nya saja, tetapi ia malah dihadapkan oleh sikap aneh Bandung Bondowoso yang membuat dia semakin bingung.

"Huh, masa bodo lah! Mungkin dia hanya iseng menggoda ku!", ucap Nala di dalam hatinya.

Tidak terasa waktu terus berlalu. Kini bel tanda pulang sekolah telah dibunyikan. Nala pun bersiap - siap untuk pulang. Sementara itu kereta kuda milik keluarga nya sudah menunggu di gerbang sekolah, Nala pun segera menaiki kereta kuda dan pergi menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan ia terus mengingat tingkah Bandung Bondowoso sebelumnya, dan yang paling berkesan adalah ketika Bandung membuang pengikat kepalanya hanya karena Nala tidak menyukainya.

"Dasar tiran yang bodoh, untuk apa dia melakukan itu untuk ku? Apa menggoda ku benar - benar menyenangkan?" Gumam Nala yang masih berada di dalam kereta kuda menuju rumahnya.

Sesampainya di Rumah, Nala langsung disambut oleh ibunya. Dia mengajak Nala untuk pergi melihat hadiah yang diberikan untuknya.

"Hadiah? Memangnya aku ulang tahun?" Tanya Nala pada ibunya.
"Bukan, ini semua adalah hadiah ganti rugi dari Pangeran Bandung Bondowoso karena kereta kuda nya telah menabrak mu tempo hari".
"Apa ini?"
"Ini semua adalah perhiasan untuk mu, nilainya mungkin lebih mahal 10x dari rumah kita".
" Apa???? "

Mendengar penjelasan ibunya, mata Nala langsung berbinar - binar.

"Aku kaya!!" Teriak Nala di dalam hatinya.

One Night with My Villain PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang