" Kau ingin tau hal terjahat yang dilakukan manusia? Yaitu ketika mereka merasa hidupnya yang paling menderita karena melihat semua orang bahagia dengan hal yang tidak bisa mereka gapai tanpa melihat kebelakang bahwa masih ada yang hidupnya lebih menderita dari mereka."
"Sungguh miris.""Agatha Ravengga Devantara."
••••
Selepas berbincang kecil melalui line nya bersama Alletha. Kini dia memasukkan benda gepeng itu kedalam tasnya. Saat ini Queen duduk sendirian di dekat air mancur pertama di gedung sekolahnya.
Suasana pagi kala itu masih sangat sejuk dan masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang datang lebih awal seperti Queen saat ini. Dia bisa melihat para murid yang berlalu lalang memasuki area dalam sekolah dan ada pula yang masih duduk diluar sambil memegang buku.
Tak banyak di antara mereka ada yang berbincang kecil bersama teman ataupun saudara mereka. Hal itu membuat rasa iri dihati Queen muncul. Dia iri karena melihat banyak orang yang seusianya bisa menikmati waktu bersama saudara mereka. Tak sama dengan dia, kakak dan adeknya harus diberikan jarak karena demi menghindari hal yang tidak di inginkan dari sang Ibu.
Queen menunduk, dia menghela napas samar, fikirannya saat ini tertuju pada saat kejadian dirumahnya saat sebelum dia berangkat ke sekolah.
Flashback on...
Saat Queen turun menuruni tangga, atensinya beralih pada 2 orang yang terlihat bertengkar kecil. Queen bisa melihat dari atas tangga bahwa kedua orang yang bertengkar itu adalah Devan dan Ibunya.
Tak ingin mengambil resiko jika harus muncul tiba-tiba ke arah mereka. Dia lebih memilih bersembunyi di balik tirai besar yang menjadi penghalang antara ruang tengah pertama dan ruang tengah ke 2 yang menuju ke arah dapur. Saat ini, kakak dan Ibunya itu sedang bertengkar di area ruang tengah ke 2 dan saat ini dia tengah menguping tentang apa yang mereka masalahkan.
"Ibu gak mau tau!! Pokoknya kamu gak boleh antar atau jemput anak sial itu!! Kalau orang lain sampai tau kalau kalian bersaudara bagaimana, hah?? Kau mau Ibu-mu ini malu? Marah Ibunya. Devan menggeleng kuat tak habis pikir arah pikiran Ibunya ini.
"Kenapa harus malu,bu? Kenapa Queen harus di sembunyikan dari publik? Dia adek gw juga bukan cuman Clara doang" bantah Devan.
Emosi Viola memuncak. Dia mengepalkan tangannya kuat dengan mata yang kini mulai memerah petanda kalau Ibunya kini marah besar." Kau mau jadi anak kurang hajar, hah?! Kalau Ibu bilang jangan yah jangan, dia itu bukan Anak ku paham!!" Bentak Viola tepat ke arah wajah Devan.
Deg..
Air mata Queen turun tanpa diminta. Dia menyesal karena lebih memilih untuk menguping padahal dia tau kalau setiap kali kakaknya bertengkar dengan sang Ibu maka penyebabnya adalah Dia.
"I-ibu kok jahat sih" lirih Queen. Air matanya tak bisa dia tahan. Tak ingin berlama-lama disitu dia lebih memilih pergi ke sekolah sambil menunggu Bis dari pada harus pergi bersama Kakaknya dan pada akhirnya Kakaknya yang harus menganggung masalahnya.
Flashback off...
"Queennnn" teriakan seseorang dari arah gerbang membuat lamunan Queen goyah. Dia kini membuka mata dan bisa melihat kalau sahabatnya sudah sampai.
Seperti biasa, Queen hanya mengukir senyum tulus. Kehadiran kedua sahabatnya ini membawa perubahan besar dalam hidupnya yang kelam. "Lama ya nungguin? Maaf kalau lama soalnya Aga tidak ngebut" ucap Alletha cemberut.
Agatha membulatkan matanya lebar ketika adik satu-satunya itu malah menuduhnya padahal tadi saat di dalam mobil, adeknya sendiri yang minta buat jangan ngebut dengan alasan biar terasa lebih mendalami rasa galaunya dipagi hari. "Kok Aku? Padahal kau yang minta bangsat" bantah Agatha.

KAMU SEDANG MEMBACA
QueenAgantha [Bertahan Untuk Hidup]
Novela JuvenilCover by pinterest Kisah ini akan menceritakan bagaimana kehidupan seorang gadis yang bertahan untuk hidup demi mengetahui bagaimana rasanya disayangi oleh orang yang dia anggap sebagai keluarga ataupun sebagai rumah. Setiap manusia pasti memiliki...