🐏7🐏

191 25 3
                                    

Mataku terbuka begitu cahaya mentari menyambut, tanda hari baru akhirnya tiba setelah malam yang panjang. Namun, perasaan janggal masih menyelimuti hati, biasanya ibuku yang bangun lebih awal untuk memberiku susu, tapi hanya langit-langit ruangan menyambut.

"Mam ..." Aku mengungkapkan jika diri ini merasa tidak nyaman akibat perut kosong dan butuh susu segera. Aku bergumam cemas, tidak sanggup mengoceh karena tercekat akibat kegelisahan kembali bergelayut di hati. Ditambah kini berada di kasur yang tidak menyerupai tempat tidurku selama ini. Berbalik arah, mencoba kembali mencari sosok lain yang merawatku selain ibuku–"Papa," sekarang begitulah caraku memanggilnya.

Papa masih berbaring dengan mata terpejam. Luka bakar dan cakar yang memenuhi tubuhnya semalam tampak mencolok. Aku belum pernah merasakannya, tapi hati kecilku menyampaikan jika ayahku masih sakit, bukan biasanya kulihat dia masih tertidur.

"Pa, Pa." Aku coba memanggilnya dengan pelan, niat membangunkan tanpa membuatnya terkejut. Dia dan ibuku biasa membangunkanku, kini terasa janggal jika peran itu berbalik.

Matanya terbuka, senyuman tipis terukir di wajahnya meski sebelah telah tertutupi bekas luka bakar. "Pagi, Nak." Suara ayahku masih terdengar serak, membuatku cemas melihat kondisinya belum pulih sejak malam kemarin.

"Papa, ta ..." Aku tidak tahu cara mengungkapkan perasaanku melalui lisan, tapi kupikir dari nada suara saja sudah cukup menyampaikan apa yang kurasakan saat ini.

Kulihat Papa memejamkan mata kembali, tapi dia masih membalas ocehanku. "Papa baik-baik saja, sebentar lagi sembuh." Meski suaranya terdengar lemah, aku sedikit lega mendengar suaranya yang tenang dan lembut, tanda dia merasa lebih baik dibandingkan semalam.

Tanganku terulur, niat hendak menjangkaunya meski kami berada di tempat tidur yang terpisah. Tempat tidur saat ini telah menahanku, membuat aku kesulitan mendekati Papa.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan sosok O'Hare yang masuk bersama istrinya. Pikiranku kembali kalut, bayangan jika kami akan dipisah lagi kembali menghantui pikiran ini. Selama malam yang panjang itu, kedua orang ini telah memisah aku dari orang tuaku.

Aku menatap Papa yang tampak masih terpejam matanya. Aku ingin mendekap dia kembali, tidak boleh berpisah lagi! "Pa! Papa!" Jeritanku menggema, mengungkapkan rasa takut jika kami akan dipisah lagi.

Mata Papa kembali terbuka, tangannya tampak gemetar saat berusaha menopang dirinya untuk bangkit. O'Hare yang berdiri di sisi dia menahan punggungnya, ayahku berusaha duduk dengan sedikit bantuan. O'Hare meletakkan bantal guna menahan punggung ayahku selagi duduk bersandar di kasur. Mata Papa tertuju padaku, senyuman tipis itu kembali membuat hati sedikit tenang. "Tidak apa-apa, O'Hare di sini mau bantu kita."

Nyonya O'Hare berdiri di samping tempat tidurku, kedua tangannya bergerak meraih aku. Meski pancaran kehangatan masih meliputi dia disertai senyuman lembut di wajahnya, aku tetap tidak ingin dijauhkan dari Papa.

"Na!" Aku memberontak, berusaha menjauhkan tangannya dariku. Aku ingin terus bersama ayahku! "Na!"

"Sssttt ... Sayang, tidak apa-apa." Nyonya O'Hare menangkap tubuhku dengan kedua tangan, dia dekatkan aku pada dirinya. "Sini, kita sarapan dulu, ya."

Tangisku menggema, memecah suasana pagi yang tadinya tenang. Sudah beberapa kali aku ungkapkan jika diri ini hanya ingin terus bersama orang tuaku, tapi dia seakan tidak memahami keinginanku. Terus memberontak, kucoba melepaskan diri darinya. Kembali menoleh, pandanganku langsung tertuju pada Papa yang duduk bersandar di tempat tidur. Segera aku ulurkan kedua tangan, ingin meraih dia kembali. "Pa ...! Papa!"

Nyonya O'Hare mempererat pelukan, membuatku merasa terperangkap. "Sayang, Papa kamu lagi sakit, kamu ..."

"Dia butuh ayahnya." Suara Papa masih terdengar tenang, tapi suasana ruangan jadi hening saat itu juga, meski masih terdengar sedikit isak tangis dariku yang berusaha mengendalikan diri. Kedua tangannya terulur, mengisyaratkan agar aku kembali ke pelukannya.

Little Lamb AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang