2 : Atensi

989 165 33
                                    

.

.

.

SEMENJAK hari itu, Naruto dan Hinata seperti punya kesepakatan tidak tertulis untuk sama-sama pulang terlambat. Naruto yang punya misi untuk menyelesaikan pekerjaan sampingannya, Hinata yang punya segudang list drama yang akan ia tonton. Tidak ada orang kantor yang tahu, hal itu tercipta sebagai kebiasaan begitu saja.

Ketika semua karyawan pulang, Hinata akan melambaikan tangannya dari ruangannya ketika mendapati Naruto menoleh ke arahnya. Sebenarnya Naruto masih terlalu canggung menerima sikap ramah atasannya, ia terbiasa bersikap sewajarnya dan cenderung formal pada teman kantor terutama seorang perempuan.

Menurutnya sikap Hinata sebagai atasan terlalu santai.

Apakah itu salah? Naruto tidak tahu, ia terbiasa membatasi pertemanannya karena tidak ingin terbawa arus sebab dirinya harus selalu ingat kalau bekerja hanya untuk cari uang saja. Naruto tidak tahu apakah sikap Hinata ini memang hal lumrah di kantor.

Ketika jam pulang telah tiba, wanita itu terlihat santai dengan melipat kakinya di kursi, menguncir asal rambut panjangnya. Jika teman-teman kantornya tahu, terutama lelaki yang gemar bergosip, pasti mereka sangat terpesona dengan pemandangan dimana Hinata terlihat sangat natural. Sayangnya, Naruto bukan lelaki sesumbar yang akan membagikan pemandangan semacam ini di saat jam makan siang berlangsung seperti yang di lakukan teman-temannya setiap membicarakan wanita, Naruto kurang suka mendapatkan atensi teman kantornya.

Naruto sudah merasa sangat aman ketika di biarkan memakai fasilitas kantor. Dimana lagi dirinya seperti di dukung untuk mencari uang tambahan?

Naruto bangkit dari kursinya ketika matanya sudah terasa berat dan butuh secangkir kopi, ia mendekati ruangan Hinata untuk menawarkan wanita itu, siapa tahu wanita itu ingin menitip sesuatu, Naruto mengetuk pintu ruangan Hinata, tak lama terdengar kata masuk, ia membuka pintu ruangan.

Hinata menegapkan tubuhnya.

"Hinata-san, saya ingin pergi ke kombini. Ingin menitip sesuatu?" Naruto menawarkan, wanita itu berpikir sejenak dan melihat cangkir kopi-nya yang sudah habis.

"Tidak keberatan Naruto-san?"

"Tentu tidak, saya menawarkan Hinata-san."

"Oke, saya memesan vanilla latte hot ya, juga cookies coklat bergambar hiu."

"Hiu?" Naruto begitu saja meninggikan kedua alisnya, Hinata terkekeh melihat respon itu.

"Iya, namanya ChocoShark."

"Ah, begitu. Oke."

Baiklah, menurut Naruto titipan terakhir terasa aneh. Tetapi meski begitu, ia mengangguk dan segera pamit dari ruangan Hinata. Sekembalinya dari kombini ia melihat Hinata dengan posisi yang sama, menonton monitornya.

Naruto memberikan pesanan wanita itu yang Snack titipannya membuat Naruto harus mengabsen setiap rak, mencari gambar hiu di setiap cockies yang di lihatnya.

"Terima kasih, Naruto-san."

"Sama-sama, saya kembali Hinata-san."

Hinata mengangguk dengan senyum, punggung Naruto tenggelam di balik pintu. Lelaki itu kembali menyambar kursor monitornya dan sesekali menyesap kopi yang di belinya.

.

.

.

"Kak Naruto." Naruto menoleh begitu mendengar namanya di panggil, ia melihat Sara yang kini tersenyum membawa nampan makan siangnya. Naruto tersenyum tipis begitu wanita itu menghampirinya, berjalan di sebelahnya.

Sincerity Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang