10 : Perasaan

846 140 31
                                    


.

.

.

.

"AKU pulang." Begitu Naruto sampai rumah, Ibunya sedang menonton televisi, Kushina mengernyit mendapati putranya pulang cukup malam, terlihat Naruto tersenyum-senyum sendiri, tak menoleh ke arah Ibunya, Naruto langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Kushina mengikuti putranya sampai kemudian Naruto berjengit saat kepalanya membentur pintu kamarnya karena tak di buka.

Naruto memukul pintu kamarnya dengan sebal sambil meringis, tetapi seperti tidak peduli, senyum itu masih tersemat di bibir lelaki itu.

Kushina menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir, apa bisnis putranya itu berjalan lancar? Wajah Naruto amat sumringah. Pulang-pulang sudah tersenyum sendiri, Putranya itu semakin tua semakin mengkhawatirkan.

Sedangkan Naruto di balik pintu kamarnya tidak berhenti mengingat kejadian hari ini, semua hal seperti berjalan begitu indah. Naruto berpikir semua makhluk bernama perempuan memiliki sifat yang sama, kalau tidak rese seperti Ibunya paling manja seperti Sara. Tetapi Hinata Hyuuga tentu adalah wanita paling berbeda yang pernah di temuinya. Naruto kembali mengingat wajah itu dan bagaimana Hinata saat di festival.

Setelah Hinata menariknya memasuki festival, keduanya berjalan untuk mengelilingi penjaja makanan. Wajah Hinata amat berbinar, bahkan Naruto lupa kapan terakhir kali tangannya di genggam begitu erat oleh seorang perempuan. Hinata tak melepas genggaman tangannya, wanita itu menunjukkan beberapa gerai makanan manis.

"Aku ingin mencoba Zenzai di sini, Naruto apa kau menyukainya?"

"Zenzai? Aku suka." Naruto ingat Ibunya selalu berhasil membuat Zenzai yang enak, Hinata terkekeh lalu mereka berdua memasuki kedai makanan manis itu. Hinata memesan dua zenzai bersama Naruto, kemudian keduanya duduk di salah satu meja lesehan.

Zenzai keduanya datang tak lama kemudian, Naruto terlihat tergugah melihat hidangan manis itu tersaji. Baik Hinata dan Naruto melahap makanan manis itu, keduanya berbagi komentar tentang rasanya.

"Manisnya terasa cocok dengan lidahku." Hinata berkomentar.

Naruto mengangguk-angguk setuju. "Sulit menemukan Zenzai yang enak, tapi ini enak."

"Aku juga sedang belajar membuat Zenzai yang enak, menurutmu apa aku bisa?"

Naruto tampak terkejut. "Tentu saja bisa, makanan waktu itu saja enak!"

Hinata terkekeh. "Jika aku membuatnya, kau harus mencobanya."

Kedua terkekeh, Naruto mengangguk mengiyakan.

Setelah memakan Zenzai, keduanya mulai tertarik melihat permainan yang tersaji. Naruto berhenti ketika melihat permainan kyuudo, sebuah kegiatan panahan. Hinata memerhatikan Naruto yang terlihat penasaran.

"Ingin mencobanya?" Hinata bertanya, Naruto menunjuk hadiah yang di tawarkan jika memenangkan permainan dan menembak tepat sasaran.

"Hadianya uang, banyak pula." Mata Naruto berbinar senang, tidak memedulikan dirinya bisa atau tidak untuk memanah, Naruto memilih mencobanya.

Hinata mendukungnya dengan percaya diri, namun bukan berakhir menang dan mendapatkan hadiah utama. Naruto berakhir mempermalukan dirinya sendiri di depan Hinata.

Perlombaan panah hanya membuatnya mendapatkan sebuah boneka kelinci, itu tentu saja hadiah terpayah dari setiap level yang harus di capai. Di tambah harus menahan malu karena Naruto kalah dari remaja di sebelahnya, yang memberikan hadiah utama berupa uang pada kekasihnya.

Sincerity Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang