26 : END

1.9K 155 65
                                    

.

.

.

SAAT itu, kandungan Hinata berumur lima bulan. Pernikahan mereka berlangsung lebih cepat dua bulan, khawatir dengan perut Hinata yang kian membesar. Hinata ingat, dirinya menunggu di ruang pengantin, kedatangan Sakura dengan dress sopannya yang tak lagi kekurangan bahan, membuat Hinata sumringah. Wanita itu berjalan memeluknya. Memberikan selamat dengan bisikan sensual mengenai di perbolehkannya hubungan seksual meski kandungan sudah memasuki masa kedua.

Hinata mendengkus mendengar bisikan setan itu, sementara Sakura terbahak tidak elitnya. Berkata Hinata hebat karena benar-benar mempertahankan kandungannya, sementara banyak wanita di luar sana yang lebih memilih membuang benihnya.

"Jadi, lelaki itu menikahimu karena kau hamil?" Tuduh Sakura.

Hinata melotot. "Tentu saja tidak!"

Sakura terkekeh, lalu Hinata meminta juru kamera di ruangan pengantin memotretnya dengan Sakura. Mereka berpose, Sakura tersenyum lebar. Beberapa kali dalam jepretan memegang buket bunga Hinata atau memeluk bahu wanita itu.

Sakura menyadari sesuatu;

"Kau benar-benar terlihat bahagia di pernikahanmu." Penuturan Sakura, membuat Hinata tersenyum. Wanita pink itu memegang perutnya dan membisikkan sesuatu pada perut temannya. "Jika lelaki jadilah pria seksi———"

"Sakura.." Hinata menghentikan ucapan konyol temannya kesekian kali, Sakura terkekeh dan kemudian mengecup pipi Hinata. Berpamit kemudian untuk menemui Sasuke di luar.

Hinata mengangguk dengan senyum.

Tak lama, Neji beserta keluarga kecilnya masuk, terlihat Tenten berlari kecil merentangkan tangan kepadanya. Memeluk Hinata yang begitu cantik dengan gaun pengantinnya.

"Selamat sayang.."

"Terima kasih, nee-san."

Tenten mengusap lembut punggungnya.

Neji mengecup pipi Hinata, menangkupnya dan berkata dengan lembut. "Berbahagialah."

Hinata terkekeh dan mengangguk.

"Terima kasih Neji-nii."

Juru kamera kembali bersipa untuk memotret, Neji duduk di sebelah sepupunya sementara Tenten memangku Hanabi. Mereka tersenyum lebar. Beberapa kali berpose mencium Hinata bersamaan.

"Wajah Naruto pucat." Tutur Neji, memberitahu.

Hinata menahan tawa. "Apa dia terlalu gugup?"

"Sepertinya begitu." Neji mendengkus geli mengatakannya, ketika mengunjungi Naruto, lelaki itu tak berhenti meminta saran dan bertanya bagaimana penampilannya. Karena tak punya kakak lelaki, Neji menggantikan posisi itu untuk membantu Naruto banyak hal termasuk penampilannya.

"Whele's glandma?" Suara cadel Hanabi mencari keberadaan neneknya, Kushina. Hinata terkekeh mendengar aksen inggris keponakannya.

Neji membawa Hanabi digendongannya. Lalu mereka berbicara dengan bahasa campuran, Hanabi terlihat ingin bertemu Kushina, terlihat sudah nyaman dengan Nenek barunya.

"Hinata, kau sebentar lagi akan keluar."

Hinata mengangguk mengerti mendengar ucapan Tenten. Tak lama pintu kembali terbuka, terlihat Ibu mertuanya yang kini menemuinya, Hanabi melompat-lompat di gendongan Ayahnya, terlihat Kushina lebih dulu mengambil alih Hanabi yang begitu girang melihatnya.

Tenten tersenyum.

"Ibu, maaf, Hanabi menjadi begitu nyaman denganmu." Tenten merasa tidak enak, Kushina mengibaskan tangannya tidak merasa keberatan.

Sincerity Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang