Alee menyandarkan tubuhnya pada tiang di depan kelas Albi, matanya beberapa kali melirik arloji di pergelangan tangannya, bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun kelas Albi belum juga istirahat.
Tak lama, terlihat bu Wulan keluar dari kelas Albi, membuat Alee menegakkan badannya sembari tersenyum ke arah bu Wulan, "Pagi ibu,"
"Pagi juga Alee," balas Bu Wulan sembari melangkahkan kakinya menuju ke kantor.
"Eh ke kantin yuk gue laper tadi pagi nggak sarapan," ajak Adnan sembari mengelus-elus perutnya.
"Gass lah," balas Goga dan Reno menyetujui.
Adnan beralih menatap Albi yang masih menyalin tulisan dari papan tulis ke bukunya, "Bi ikut nggak?"
"Ikut ikut, tungguin ini bentar lagi selesai," balas Albi lalu mempercepat goresan tinta pada bukunya.
Adnan, Goga dan Reno menunggu Albi di depan kelas sembari menghirup udara luar karena telah 2 jam dipusingkan oleh materi. Adnan yang menyadari atas kehadiran Alee seperti sedang menunggu seseorang langsung berlari masuk menghampiri Albi.
Albi mengerutkan keningnya, "Kok lo masuk lagi? Ada yang ketinggalan?"
"Nggak ada," balas Adnan masih dengan memperhatikan Alee di depan kelasnya.
"Terus?" tanya Albi ikut melihat ke arah luar.
"Itu ada kak Alee di depan, kayaknya dia lagi nyari seseorang tapi gue nggak tau siapa," balas Adnan sembari menunjuk ke arah Alee.
"Biarin aja lah, nggak mungkin juga kan nyariin gue, yuk lah ke kantin katanya belum sarapan," balas Albi tak ingin kepedean.
Albi melangkahkan kakinya keluar kelas tanpa menunggu jawaban dari Adnan. Alee yang melihat Albi keluar dari kelasnya segera melambaikan-lambaikan tangannya ke arah cowok itu.
"Albi?" panggil Alee agar Albi menoleh ke arahnya.
Albi menunjuk dirinya, "Gue?"
Adnan menepuk pundak Albi dari belakang, "Udah samperin sana, gue sama yang lain duluan ya,"
"Yuk cabut," ajak Adnan agar Goga dan Reno mengikutinya.
Alee menghampiri Albi yang masih diam di tempatnya, "Albi?"
"Eh iya bener manggil gue," gumam Albi masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Iya kak, ada apa?" tanya Albi kebingungan.
"Gue ganggu waktu lo nggak?" tanya Alee tak enak hati.
"Ngga kok kak, ada apa?" balas Albi kembali bertanya.
Alee memperhatikan kaki cowok di depannya, "Kakinya udah nggak sakit?"
Albi mengerutkan keningnya sembari melihat ke arah bawah, "Maksudnya gimana kak?"
Alee mengangkat sudut bibirnya hingga menampakkan lesung pipinya, "Lo kemarin habis jatoh kan? Terus kaki lo ke tindih motor dan ban motornya juga bocor?"
Albi terdiam sejenak mendengar pertanyaan Alee hingga ia tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya, "Kok kak Alee bisa tau?"
"Bisa lah," balas Alee merasa bangga.
"Dari mana? Adnan? Goga? atau Reno?" tanya Albi menyebutkan nama teman dekatnya satu persatu yang tahu masalahnya.
Alee menggelengkan kepalanya, "Ada lah, gue tau bukan dari mereka. Gue kesini mau minta maaf soal kejadian kemarin, gue udah ninggalin lo sampe lo dihukum sama Bagas buat keliling lapangan 10 kali padahal kaki lo sakit. Kalo gue tau dari awal, gue nggak akan biarin itu terjadi, maafin gue ya," ucapnya merasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
My "A"
Teen FictionSarfaraz Albi Wistara, seorang bocah yang berhasil mengundang Auli Tasalee Winola ke dalam hidupnya untuk melanjutkan kisah cinta yang terpaksa berhenti karena sebuah kejadian yang tak terduga. Dengan kepandaian Albi menyembunyikan masa lalunya, apa...