7 (Tujuh)

22 11 0
                                    

Dareen menarik tangan Gea agar mengikutinya, perasaan Gea saat ini campur aduk antara senang dan penasaran. Senang karena Dareen sudah mengenalnya sekaligus memegang tangannya dan penasaran karena Dareen akan membawanya kemana?

Gea memperhatikan tempat di sekelilingnya, tempat yang ternyata belum pernah ia kunjungi. Dareen melepaskan genggaman tangannya dan beralih menatap tajam mata gadis itu.

"Mau lo apa? Bisa nggak sih nggak usah ganggu hidup gue!" ucap Dareen menuangkan amarahnya di depan Gea, membuat gadis itu tersentak dan sedikit ketakutan.

Sedetik kemudian Gea tertawa terbahak-bahak seperti baru saja mendengar lelucon, "Mau gue? Jadi pacar lo!"

Dareen meludah ke sembarang arah,"Jangan harap,"

"Asal lo tau ya, gue tipe orang yang kalo suka sama sesuatu harus gue dapetin! Kalo belum? Gue akan pake cara apapun buat dapetin itu,"balas Gea tak mau kalah.

Dareen mengelak, "Kecuali gue, camkan,"

Dareen berbalik arah hendak meninggalkan gadis itu, namun dengan cekat Gea menarik lengan Dareen agar kembali menghadapnya, "Tunggu aja, nanti lo akan bertekuk lutut di hadapan gue,"

Setelah mengatakan itu, Gea menghempas lengan Dareen cukup keras dan pergi meninggalkan cowok yang sepertinya sedang mencerna kata-kata nya.

Dareen yang tidak terima karena merasa direndahkan kembali melampiaskan amarahnya dengan menghantam tembok di sampingnya beberapa kali.

Mendengar suara hantaman itu, Gea tertawa riang karena merasa rencana awalnya sudah berhasil, ia tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan rencana-rencana berikutnya.
__

Dareen menggebrak meja di depannya, gadis tengil tadi benar-benar sudah membuatnya gila, bagaimana bisa ia harus memacari seorang gadis yang sama sekali tidak ia cintai.

Fandi memalingkan wajahnya menghadap Dareen, mencoba memahami apa yang terjadi pada cowok itu.

Menyadari tenaganya sudah cukup terkuras, Dareen mencoba menenangkan diri dengan menyandarkan tubuhnya pada kursi hingga matanya perlahan menutup diikuti suara deru nafasnya.

"Reen ada hubungan apa lo sama cewek tadi?" tanya Fandi yang kini sudah duduk di hadapan Dareen.

Dareen menegakkan badannya, "Nanti gue cerita, kalo sekarang gue udah terlanjur males,"

Suara nada dering telepon mengalihkan perhatian kedua cowok itu, "Ya udah kabar-kabar aja," balas Fandi.

Fandi merogoh sakunya mencari benda pipih yang tiba-tiba berbunyi, jarinya menggeser tombol hijau yang tertera di layar ponselnya lalu menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

Jadi kesini? Kalo jadi gue booking-in

Jadi, pulang sekolah nanti gue langsung kesana.

Oke

"Siapa?" tanya Dareen.

Fandi meletakkan ponselnya kembali ke saku, "Biasa, lo jadi ikut gue kan?"

"Ikut lah," balas Dareen tak ingin ketinggalan.

"GUYS KATA KELAS SEBELAH JAM TERAKHIR KOSONG DAN LANGSUNG PULANG AJA, SOALNYA GURU-GURU ADA RAPAT MENDADAK," teriak Andi usai mendapatkan informasi dari kelas sebelah.

"Beneran deh," gumam Dareen.

Fandi segera mengambil tasnya dan melesat keluar kelas, diikuti Dareen di belakangnya.

"Asik pulang," ucap Balqis sembari membereskan barang-barang nya.

"Jadi pulang bareng ngga Qis?" tanya Tyas dengan tas yang sudah melekat di punggungnya.

My "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang