"sembilan....".
"Sepuluh!".
"Okey, sekarang bunda cari ya!".
Seorang gadis bersembunyi dibalik pohon mangga, terkikik kecil seraya berwaspada, melihat ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada sang bunda.
"Aira dimana yaaaa". Seru Fadhila.
Fadhila membawa Aira ke taman yang ada disekitar komplek rumah mereka. Hanya berdua, karena Alvin sedang bersama keluarga dari suaminya, Alfian.
"Bunda pasti gak akan nemuin Aira". Gumam gadis itu melihat ke samping kanan.
Puk puk
Seseorang dibelakangnya menepuk pundak Aira.
"Dek, lagi apa disini?".
"Syuuut, Aira lagi sembunyi". Jawabnya tanpa melihat siapa orang itu.
"Tapi kan udah ketahuan".
"Masa sih?". Aira kemudian menoleh, ia terkejut ternyata yang di bekalangnya itu Fadhila
"Loh bundaa, yaaaah Aira ketahuan". Ucapnya lesu.
"Aira kalah, sekarang giliran Aira yang jaga". Ucap sang bunda.
Dengan berat hati Aira segera menuju tempat bunda nya tadi.
"AWAS LOH YA, JANGAN NGINTIP". Teriak Fadhila seraya mencari tempat persembunyian.
Aira segera menutup matanya, mulai menghitung dari satu sampai sembilan, tanpa mengintip seperti kata bundanya.
"Sepuluh!".
"Bundaaaa, Aira datang". Ucap Aira mulai mencari keberadaan sang bunda.
Aira berjalan menuju pohon mangga tempat ia bersembunyi tadi dengan mengendap-endap, ia berpikir bunda nya akan berada disana.
"Dor! Eh, kok gak ada".
Aira mencari dan terus mencari, mulai dari pohon mangga sampai ke belakang tempat sampah pun ia cari. Namun tetap saja, ia tak menemukan Fadhila.
Ia melihat sekelilingnya, menimbang-nimbang dimana kiranya sang bunda bersembunyi. Tak lama Aira sadar, ada satu tempat yang belum ia kunjungi, yaitu toko roti. Ia pikir mungkin bunda bersembunyi disana.
Toko roti itu letaknya tak jauh dari taman, berada tepat didepan sana, hanya perlu menyebrang.
Aira tersenyum, ia pasti menemukan bunda nya disana. Dengan cepat ia berlari ke pinggir jalan untuk menyebrang, baru beberapa langkah, dari kejauhan ada sebuah mobil melaju dengan cepat.
Tin tin!
"AIRA!".
BRAK!
~~~
"AAAAKH".
Aira membuka matanya, keringat dingin membasahi seluruh tubuh gadis itu. Dadanya sesak, napas nya tidak beraturan, kejadian itu tak pernah berhenti menghantui-nya.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk membuat Aira sedikit terkejut, namun tak urung Aira segera membukanya.
"Aira kenapa? Tadi ayah denger Aira teriak". Ucap Alfian khawatir.
Aira, gadis itu tersenyum kepada ayahnya, seolah menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.
"Aira gapapa ayah, tadi Aira mimpi buruk aja. Kayaknya karna lupa baca doa".
"Aira yakin gapapa?".
"Enggak ayah, Aira gapapa".
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf ayah, aku menyerah
Teen FictionSeorang gadis cantik berjuang untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya yang telah lama hilang. Demi mendapatkan kebahagiaan itu, ia harus berani menerjang pahitnya kehidupan bersama anxiety dalam dirinya. Trauma akibat kehilangan membuat ia takut di...