Post-traumatic Stress Disorder

34 5 1
                                    

Kalo ada typo, kalimat yang gak jelas atau salah penyebutan antara Kania sama Aira mohon dimaklumi ya, lagi sedikit bermasalah otaknya.

Happy Reading...



Dua hari berlalu, semenjak kejadian itu Aira lebih banyak melamun dan tidak seceria biasanya, hal itu membuat Alfian khawatir.

Hari Senin ini Aira tidak berangkat sekolah, karena rencananya Alfian akan membawa Aira ke psikiater yang direkomendasikan oleh dokter itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 wib, Alfian dan Aira kini dalam perjalanan menuju kesana.
Bukan hanya mereka berdua, Kania dan Alvin juga ikut menemani.

Didalam mobil suasana begitu hening tak seperti biasanya. Alvin yang kini duduk dibelakang bersama tante Kania mulai bosan, sedari tadi ia merajuk ingin duduk bersama Aira namun Alfian melarang dengan alasan Aira sedang sakit.

"Ayah, Aira gak mau kesana. Ayo pulang aja". Ucap Aira tiba-tiba.

"Kenapa kak? Ini kan demi kebaikan Aira juga".

"Aira baik-baik aja Ayah, Aira mau pulang".

"Ayah tau kamu baik-baik aja, tapi ayah mohon sekali ini aja ya". Bujuk Alfian sesekali melihat Aira.

"Tante yakin kok kamu memang gapapa, jadi kita coba sekali aja ya, biar perasaan kamu lebih tenang". Bujuk Kania.

"Kakak Aira jangan sakit, nanti Alvin sedih". Ucap Alvin dengan raut wajah sedihnya.

Aira mengangguk lalu tersenyum singkat. Benar, ia masih harus menjaga Alvin, memberinya kasih sayang sebagai seorang kakak, Aira tau ia tidak bisa menandingi kasih sayang bunda untuk Alvin, tapi setidaknya Alvin bisa merasa disayangi.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini mereka pun sampai. Rumah sakit ini sangat besar dan lengkap, mulai dari dokter anak sampai psikiater.

Alfian bergegas mendaftar ke bagian layanan administrasi. Karena sebelumnya sudah membuat janji dengan dokter itu jadi prosesnya berjalan dengan cepat.

Alfian dan Aira memasuki lift menuju lantai 4, sedangkan Kania dan Alvin menunggu diluar rumah sakit karena faktanya Alvin takut berada disana.

"Alvin mau jajan gak?". Tanya Kania.

"Mau, tapi Alvin gak punya uang". Ujarnya lesu.

"Ayo, nanti tante yang bayar".

Alvin begitu antusias mendengarnya, kini dalam kepalanya Alvin sudah merencanakan apa yang akan ia beli.

"Yeay, ayo tante Alvin mau ice cream". Ucapnya, lalu menarik tangan Kania.

Kania yang mendengar itu dengan cepat menghentikan Alvin.

"No, no, no, gak boleh ice cream Alvin, nanti sakit gigi lagi". Ucap Kania, melarang.

Alvin memang suka sekali makan ice cream, namun saat ia memakannya ia akan langsung sakit gigi. Giginya yang berlubang membuatnya mudah sakit.

"Yaaaaah, Alvin maunya ice cream".

"Gak boleh".

"Yaudah, Alvin gamau jajan kalo gitu". Ucap Alvin merajuk, ia melipat tangannya didepan dada dengan bibir yang dikerucutkan.

"Yaudah, jadi tante gak perlu ngeluarin uang".

Kania memang gemar sekali menjahili Alvin.

"IIIHH TANTE!". Teriak Alvin kesal dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maaf ayah, aku menyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang