Bagian 2

115 10 0
                                    

Beberapa hari setelah perkenalan pertama dengan para pekerja yang lain, tim ONIC E-sport memutuskan untuk mengadakan liburan ke sebuah area hutan untuk kegiatan hiking di luar kota. Mereka berencana untuk menghabiskan waktu bersama sebagai tim dan menjalin kebersamaan. Dalam salah satu permainan setiap pemain dibagi dalam pasangan. Namun, rekan yang seharusnya menjadi partner Kairi hari ini, Lydia,  sakit mendadak dan tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut.

"Mia, temenin si Kai ya?" pinta Bang David.

Mia yang sedang menyiapkan barang untuk dibawa menengadah, agak kebingungan akan perintah mendadak itu. 

"Gue bisa bang," Ivan si cowok berkacamata dari divisi admin, mengajukan diri.

"Mia aja, dia jago Inggris. Lu ga bisa Inggris Van, ntar ngang ngong sama Kairi,"

Seluruh tim yang berada cukup dekat untuk mendengar, terkekeh geli. Ivan menyerah tanpa perlawanan.

"Gimana Mi? Oke?"

Mia ragu sejenak, tapi ia tetap mengangguk setuju, "Oke Bang,"

"Nice! Semua beres kan? Perlengkapan syuting jangan lupa, banner sama konsumsi," David mengecek timnya satu per satu yang dijawab mereka dengan seruan tanda siap. 


***

Beberapa orang menabrak tubuh kecil Mia dari belakang, buru-buru berebut kursi di dalam bus dengan gaya candaan khas mereka. Mia ikut bergegas naik masuk dengan ransel super besar di bahunya berisikan makanan, minuman dan perkakas hiking seadanya. Ia menyusurkan pandangan ke seluruh area bus  dari depan ke belakang.

"Sebelah sini Mi," kata Kak Nia disela keriuhan mengatur para tim. Dia menunjuk kursi kosong di samping seorang cowok yang kelihatan masih sangat mengantuk. Cowok itu tidak menurunkan masker dari wajahnya dan hanya menyandarkan badan  ke jendela kaca dengan malas. Varsity berlambang Onic-nya di kancing sampai ke leher.

Mia berjalan terseok di lorong, dengan susah payah menaruh ransel besarnya di rak atas lalu menunduk permisi untuk duduk di samping Kairi dengan sangat pelan tanpa berniat membuat gangguan sedikit pun. 

Sekitar setengah perjalanan yang masih cukup panjang, Mia memberanikan diri mencoba memecah keheningan dengan bertanya, "Pernah hiking  sebelumnya?"

Kairi mencoba duduk lebih tegak dan menjawab dengan nada datar, "Ga sih, ga pernah. Ini pertama kalinya gua. Lu?"

Mia menjawab dengan tulus, "Sama. Belum. Tapi kayanya seru."

Kairi mengangkat bahu, "Semoga," dan kembali tidur dengan tangan bersila di depan dada.

***

"Oke, semua sudah kumpul?" 

Lelaki bertubuh kekar yang memperkenalkan dirinya sebagai Bang Adi, pemandu hiking, berdiri di depan barisan para peserta. 

"Saya akan menjelaskan cara menyelesaikan track dengan benar,"  

Ada tujuh pasang peserta. Masing-masing para atlit beserta BA Onic yang terkenal cantik-cantik itu. Semuanya mengenakan jersey tim berwarna kuning menyala di bawah jaket dan outfit hiking masing-masing. Hanya Mia -- sebagai peserta dadakan-- yang mengenakan kaos putih, celana panjang hitam dan hoodie berkancing abu yang tampak berbeda di antara mereka. Ia menyematkan rambut ke balik telinga dan membiarkan sisanya berjatuhan sesuka hati, kelelahan akan usaha mengaturnya agar lebih rapi. 

Semua orang tampak siap dengan bekal ringan di dalam ransel yang tersemat di bahu.

"Kita punya tiga track sesuai level; pemula, medium, expert. Kalian ambil jalur pemula sebagai jalur hiking. Jalurnya yang mana? Itu tugas kalian masing-masing sambil membaca petunjuk di medan nantinya, jangan sampai salah ambil track yang panjang karena akan sangat sulit buat pemula," 

Semua peserta mengangguk. Bang Adi melanjutkan bahwa kegiatan ini jika dilakukan dengan benar akan memakan paling lama setengah hari. Mia mengecek jam tangannya yang baru menunjukan pukul 06.30. 

"Sudah bisa baca map?" bisik seseorang di telinganya. 

Mia sedikit terlonjak kaget dan seketika hatinya mencelos begitu memutar tubuh menghadap arah suara. Ia sangat mengenal suara  dan aroma tubuh orang tersebut sejak beberapa tahun lalu. 

Ia otomatis menjauh beberapa senti dan hanya  bergumam tidak jelas sebagai jawaban. Menghindar untuk terlihat akrab apalagi terlibat dalam obrolan lebih jauh. Ini merupakan rahasia sekaligus luka yang ingin ia relakan, tapi nyatanya kehidupan selalu memberikan kejutan. 

Kairi yang berdiri tepat di samping mereka menoleh dari bahunya dengan tatapan bertanya, Mia menjawab dengan menggeleng pelan.

"Lu sama siapa Boy?" tanyanya pada lelaki yang berbicara kepada Mia.

Kiboy lalu menjauh dan menunjuk, "Sama Vior,"

Kairi hanya mengangguk,"Anya mana?"

Anya. Sebut Mia dalam hati. Nama yang tidak ingin ia benci tapi tidak bisa ia senangi pula. Kekasih baru Nicky--Kiboy, yang membuat Mia tertampar sadar bahwa dunia ini sudah lama move on, hanya dirinya yang masih tidak bergeming dengan sisa kenangan masa lalu.

"Masih syuting, entar nyusul ke sini," jawab Kiboy pada Kairi sebelum ia beralih lagi pada gadis pendek di sampingnya,"Jangan nyasar ya," kaya Kiboy sambil menatap Mia serius. 

Mia hanya merespon dengan anggukan samar dan membuang pandangan ke arah lain. Sepatu ketsnya mengetuk-ngetuk tanah. 

"Kalau sudah paham..." teriak Bang Adi mengalahkan keruihan suara pengunjung tempat wisata dan musik keras menembus hutan sebagai backsound meramaikan suasana, "...silahkan masuk melalui entry yang berada tepat di belakang saya secara bergantian. Akan ada beberapa titik di mana sinyal hilang, sehingga saya harap kalian dengan cermat memperhatikan petunjuk dan membaca map," ia menambahkan,"Kalau ada emergency, kalian cari pos di beberapa titik dengan bendera merah, akan ada flare di sana dan kalian cari posisi terbaik untuk tembak ke atas. Nanti petugas bakal cari tempat kalian berada," 

Albert dan Gebian masuk sebagai tim pertama. Diikuti Kiboy dan Vior, CW dan Kayes, sampai tiba giliran Kairi dan Mia.

"Let's go," ajak Kairi. 

Mia menyampirkan ransel ke punggungnya dan dengan mantap melangkah ke dalam hutan belantara.


HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang