Bagian 6

83 8 0
                                    

Setelah beberapa saat berjalan, Mia dan Kairi merasa semakin lelah dan kelelahan. Kairi merasa perut dan tubuhnya mulai sakit dan akhirnya tidak bisa menahan lagi.

Kairi merasa tidak enak badan dan berkata, "Mia, sorry, gua mau buang air kecil. I'll be right back. You wait here, don't go anywhere, okay?"

Mia juga merasa kelelahan yang teramat sangat, "Sure. Aku tunggu di sini. Jangan lama-lama please," katanya sedikit ketakutan akan bayangan ditinggal sendirian di tengah alam liar begini.

Kairi pergi ke semak-semak yang berdekatan untuk buang air kecil. Namun, seketika, dia memiliki ide nakal. Dia pura-pura berteriak keras sambil berjongkok, seolah-olah menghadapi masalah besar. Mia, yang duduk tidak jauh darinya, langsung panik dan berteriak, "Kai! What's wrong? What happen?"

Kairi, yang sebenarnya dalam keadaan baik-baik saja, hanya tertawa terpingkal melihat reaksi Mia. Setelah beberapa saat, dia bangkit dan berkata sambil tertawa, "Kidding, Mia! Gak papa kok. Polos banget sih!"

Mia, yang masih terengah-engah dari rasa panik, merasa marah, "Kairi! Ini bukan saat yang tepat becanda! Kalau kamu terluka beneran gimana?!"

Kairi yang masih terpingkal memegang perutnya meminta maaf, "Sorry, Mia. I didn't mean to make you panic. Gua cuma mau liat reaksi lu. Bosan banget!"

Meskipun Mia masih merasa marah, dia akhirnya menjawab, "Alright, but," ia mengacungkan jari telunjuk memperingkatkan,"Do not ever think about it again! Gua tinggal lu kalo gitu lagi!"

Pertama kali sepanjang perjalanan Mia berbicara dalam logat khas Jakarta yang tidak lama ini ia pelajari saking marahnya ia. Lebih banyak umpatan diucapkannya dalam hati tapi ia menahan diri.

Kairi berjanji, "Sure, ga lagi. Oke? Maaf. Are we cool?"

Meskipun awalnya terkejut dan marah, Mia akhirnya melunak setelah cowok itu minta maaf.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang