Bagian 8

89 7 0
                                    

Kairi terus membopong Mia di punggungnya melalui medan yang sulit. Mia merasakan tubuhnya semakin lemah, dan saat malam mulai turun, suhu udara juga mulai turun. Mia menggigil dan berkeringat hebat. Mereka berjalan dengan penerangan seadanya dari senter kecil persediaan dari dalam ransel.

Kairi sangat khawatir dan mencoba memberikan semangat pada Mia, "Mia, kita hampir sampai. Kamu harus bertahan. Aku tahu ga mudah, tapi harus, do you hear me?" (-- kamu dengar, kan?)

Mia, yang sudah demam hebat, menjawab dengan mata sayunya, "Kai..."

"Hm?"

"I miss him..."

Kairi terdiam namun mencoba merespon dengan tenang. Kedua lengannya yang menggendong gadis itu terasa kebas tapi dia tidak berniat menyerah sedikit pun.

"Kangen Kiboy... sangat-sangat kangen..."

Mia membenamkan wajahnya lebih dalam ke tubuh Kairi dan menangis dalam diam. Kairi merasakan kaos di pundaknya hangat dan basah karena air mata namun disaat bersamaan ia terkejut mendengar nama Kiboy, "Kiboy? What do you mean?"

Mia terus berbicara, sambil mengigau, "Dia... dia pergi gitu aja. Aku gatau salahku apa, dia ga bilang apa-apa... Aku sangat... sangat benci, marah."

Kairi tidak yakin harus bereaksi seperti apa jadi ia hanya mencoba menghiburnya, "Mia, aku tahu itu sulit. Tapi sekarang, yang penting adalah kita selamat dan keluar dari hutan ini. Kamu harus fokus pada itu."

Mia merasakan keringat mengalir di dahinya, "Aku ga bisa... aku ga bisa lupa dia. Aku kangen... padahal udah bertahun-tahun. Dia udah move on sama yang lain. Tapi aku masih di sini..."

Kairi merasa bingung dan cemas, tetapi dia tidak mau membuat Mia semakin tenggelam dalam perasaan negatif karena bukan itu yang mereka butuhkan sekarang. Dia mencoba untuk tetap tenang dan merawat Mia dengan sebaik mungkin sambil berbicara lembut, "Mia, kita bicarain semuanya habis dari sini ya. Sekarang, fokus pada kesehatanmu. Only you and me now,"

Mia terus berbicara tak jelas, Kairi memerhatikannya dengan cemas, berharap agar mereka segera ditemukan oleh petugas ketika samar-samar, Kairi melihat setitik warna merah tersemat pada semak-semak terikat pada sebuah pohon. Dia menurunkan Mia di tempat yang aman sebelum menghampiri spot tersebut dan menemukan benda persis seperti yang dikatakan Bang Adi di depan tadi, pistol flare. Ia bergegas mencari posisi yang tepat dan menembakkannya beberapa kali menembus ke langit.

Meski Mia terus mengigau tentang masa lalunya dengan Kiboy, Kairi mencoba memberikan dukungan dan menghiburnya, walau jauh di dalam hatinya dia sendiri tidak yakin akan akhir dari perjalanan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski Mia terus mengigau tentang masa lalunya dengan Kiboy, Kairi mencoba memberikan dukungan dan menghiburnya, walau jauh di dalam hatinya dia sendiri tidak yakin akan akhir dari perjalanan ini.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang