Bagian 9

110 10 4
                                    




Kairi menurunkan Mia di atas akar pohon besar dan berdoa setulus-tulusnya agar apa yang ia lakukan barusan membuahkan hasil. Ia sendiri merasa sangat kehabisan tenaga. Keraguan akan keselamatan mereka berdua terus menggerogoti pikirannya meski ia berusaha kuat menyembunyikannya. Di kanan-kiri mereka hanya hutan yang gelap dan lebat.

Mia masih demam dan berkeringat hebat. Titik-titik keringat bermunculan di kulitnya yang terbuka. Kakinya sakit luar biasa. Mereka terus berharap untuk segera ditemukan oleh petugas. Kairi menarik Mia agar lebih dekat ke tubuhnya dan membiarkan gadis itu bersandar di bahunya sementara ia menghabiskan seteguk air terakhir dari dalam botol dan memberikan sisanya ke mulut Mia.

Entah berapa lama dalam waktu yang terasa seperti bertahun-tahun duduk menunggu dalam diam, tiba-tiba sinar samar dari kejauhan menerangi mereka. Suara berat beberapa lelaki terdengar mendekat. Para petugas bermunculan dari balik pohon diikuti oleh beberapa tim ONIC, menghampiri mereka.

Salah satu petugas yang mengenakan topi merah berseru, "Ketemu! Mereka di sini!"

Kairi merasa sangat lega karena pertolongan telah datang. Ia menepuk lembut pipi Mia membangunkannya sepelan mungkin.

"They're here, we make it," (Mereka di sini, kita selamat)

Petugas hutan segera memberikan perawatan medis kepada Mia dan membawa mereka keluar dari hutan.

Ketika mereka tiba di area berkumpul bersama tim yang lain dan telah ditangani medis, orang-orang memberikan tepuk tangan dan sorakan kecil sebagai bentuk kelegaan luar biasa atas kemalangan hari ini.

Mereka semua menghampiri Kairi, menepuk kepala dan bahunya bergantian, kecuali Bang David dan--Kiboy, yang langsung berlari ke arah Mia tampak sangat khawatir.

"Mia, ga papa, aku di sini," Kiboy meraih Mia terlihat sangat gusar dan lega di saat bersamaan. Tangis Mia pecah ketika lelaki itu memeluknya dalam dekapannya.

Dalam keadaan begitu lelah, Mia merasakan perasaan campur aduk. Ia ingat ada masa di mana ia sangat bergantung pada kehadiran Kiboy di hidupnya. Ia sangat merindukan cowok ini, namun di saat bersamaan pula ia tahu, sudah tidak ada harapan.

Bang David memecah kesunyian dengan bertanya,"Rani khawatir banget Mi, kamu ga papa kan?"

Mia tersadar dan melepaskan diri dari Kiboy. Ia mengusap air matanya dan berusaha berdiri tegak bertopang pada kaki kirinya.

"Gak papa bang. Maaf sudah bikin khawatir,"

Kiboy belum melepaskan tatapannya pada Mia,"Nanti gua aja antar Mia pulang Bang,"

Mia menolak dengan cepat, "Gak papa, aku bisa pulang sendiri,"

"Mia, please..," ada rasa frustasi dalam suara Kiboy.

Kairi melihat dari kejauhan semua kejadian itu dan merasakan sesuatu yang tidak nyaman dalam hatinya meski ia pun tidak tahu apa tapi ia sama sekali tidak berniat membiarkannya lewat begitu saja.

"Dia bilang gamau Boy," Kairi berseru mendekati mereka.

Kiboy hendak menjawab tapi ia menelan kembali kata-katanya, kemudian berujar,"Gua lebih tahu dia daripada kalian semua," katanya lebih kepada memperingatkan daripada memberitahu.

"Gua aja yang antar," Bang David memutuskan,"Lagian gua yang suruh dia bareng Kai hari ini, jadi gua yang tanggung jawab,"

Kairi dan Kiboy beradu pandangan. Mia yang merasa sangat kelelahan tidak memiliki energi untuk drama-drama selanjutnya meminta Bang David untuk mengantarnya ke bus yang mana saja asal tidak ada Kairi ataupun Kiboy di dalamnya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang