BAB 6: MARKAS

12 1 0
                                    

Update lagi...

Haii gess, I am Rara..

Sekedar mau menyampaikan, cerita ini rill di buat oleh hasil pemikiran ku. Tidak ada kata plagiat maupun mencotoh cerita lain!

Dan sekedar mengingatkan, jika visual tokoh disini itu hanya bersifat sebagai VISUAL saja, bukan tokoh asli. Jadi jangan menyangkut pautkan alur cerita ini dengan kehidupan Visual yang di pakai untuk cerita ini! 🦋🦋

Di setiap sesuatu pasti ada baik atau buruknya, sama seperti cerita ini juga ada baik dan buruknya!

Jadi sebagai pembaca yang bijak, ambil lah sisi positif dan buang sisi negatif nya!

Jika kalian suka, silahkan vote dan tinggalkan komentar mu!

🦁🦁🦁

Jangan lupa juga untuk berbagi cerita ini dengan temanmu.💗💗

Happy Reading teman..

Tandai jika ada typo!

----*****----

Deruman suara motor terdengar di depan. Di luar sebuah bangunan besar terdapat tiga motor sport hitam dengan tiga remaja laki laki tampan sebagai pemiliknya. Setelah melepas helm mereka lalu menaruhnya di motor masing masing, mereka berjalan memasuki bangunan yang mereka sebut sebagai 'markas' itu, Markas Degaskar. Tidak terlalu besar, hanya berlantai dua dan cukup untuk berkumpul.

Malvin yang akan berjalan menuju dapur markas mereka berhenti ketika mendapati ketiga sahabatnya sudah kembali dan berlalu masuk ke dalam.

"Udah selesai?" Tanyanya.

Joshua mengangguk sebagai jawaban lalu menyusul kedua temannya yang sudah tepar di sofa markas. Mereka sudah mengantarkan Violet hingga ke rumah gadis itu, menjaga nya agar tak ada apa-apa lagi. Mereka bertiga duduk berdempet di satu sofa yang sama, padahal jika di lihat sofa dalam markas mereka itu ada empat. Ketiga cowok itu sudah memejamkan mata mereka, Malvin yang melihat hanya acuh dan lanjut berjalan ke dapur untuk membuat kopi.

Di markas mereka terdapat spanduk besar yang tertancap di tembok, dengan tulisan ' TIDAK PEDULI LAWAN, YANG PENTING KAWAN ' . Sebagai simbol persahabatan dan persaudaraan mereka yang melekat erat.

"Begal kampret!" Maki Nathan tiba tiba.

Vander dan Joshua di sampingnya yang sedang memejamkan mata tidak terusik sama sekali.

"Kenapa lo?" Tanya Lionel dari arah dapur setelah menyeduh teh. Dia penasaran karena wajah sang sahabat terlihat masam, lalu ada sedikit memar di wajah Nathan.

"Muka gue kena bogem njir!" Jawab Nathan kesal.

Malvin yang dari dapur lantas tertawa mendengarnya "Bogem doang elah, muka burik juga." ucapnya memelankan suaranya di akhir kalimat. Bisa bisa di tonjok Nathan kalau dia dengar. Tadi dia memasak air dan di tinggal untuk melihat sahabatnya.

"Bogem doang palalu!"

"Sakit kampret muka gue," adu Nathan.

See You, Vander!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang