Dua

78 13 0
                                    

Satu minggu sejak kejadian itu. Jaehyuk semakin iba dengan sikap Asahi. Ada kemungkinan Asahi mengalami trauma atas hal yang telah terjadi semasa kelas sebelumnya. Namun, dia lebih sulit didekati oleh Jaehyuk.

Dia akan diam sepanjang waktu, hanya berkenan bicara jika ada sesuatu yang penting atau ditanya oleh guru. Tidak pernah ke kantin saat jam istirahat dan membawa bekal dari rumah. Memutus akses suara dari dunia luar menggunakan headset-nya. Bahkan dalam beberapa situasi dia tidak mau menatap teman-temannya.

"Ren, lo kayaknya suka banget merhatiin Yosa." Adrial mencomot sembarang topik di kantin. Mereka sedang mengantri untuk membeli sesuatu.

Jaehyuk menoleh setelah mengambil susu kotak dalam kulkas. "Iya ... gue kasihan lihatnya. Masih ada yang ganggu dia nggak, sih?"

Mashiho mengangkat bahu, mengambil beberapa gorengan dan memasukkannya ke dalam plastik. "Mungkin satu dua ada, sih. Tapi dia lebih sering kena catcall semenjak ada berita dia ngamar bareng Kak Yoshi. Kasihan banget mana sekarang banyak adik kelas kurang ajar."

"Separah itu?" Jaehyuk bertanya. "Wah, gue ngerasa bersalah nggak terlalu merhatiin berita sekolah."

Mashiho mengangguk. "Yuk, balik kelas."

Mereka segera menuju ke kelas, duduk di kursi masing-masing dan menikmati jajanan yang sudah dibeli. Jaehyuk kembali menatap Asahi, anak itu tampaknya sedang tertidur. Headset terpasang di telinga dan menjadikan jaketnya sebagai bantal.

Tok! Tok!

Hampir seluruh pasang mata menatap seseorang yang mengetuk pintu.

"Permisi, Kak saya dapet pesan dari Pak Yanuar katanya Kak Rendra sama Kak Kia disuruh ke ruang band."

Mashiho segera menyikut Junkyu yang sedang tidur. Dengan wajahnya yang mengantuk dia menatap Mashiho seolah bertanya kenapa dia dibangunkan.

"Disuruh ke ruang band sama Rendra, sana."

Jaehyuk dan Junkyu segera meninggalkan kelas padahal tak lama kemudian bel masuk akan berbunyi. Dalam hati Junkyu dia senang karena bisa bebas dari pelajaran ekonomi.

Setibanya mereka di ruang band sudah ada guru pengampu seni musik itu dan juga beberapa anggota band lain yang tampaknya memang dikumpulkan.

"Selamat siang."

"Siang, Pak."

"Jadi begini, dua minggu lagi karena sekolah akan mengadakan perayaan ulang tahun kalian diminta untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut." Beberapa sudah mengerti arah pembicaraan ini. "Setelah didiskusikan oleh anggota OSIS kalian tampil sebagai pembuka, sela-sela kegiatan, dan juga penutup. Saya merekomendasikan kalian membawakan lima lagu besok."

Yang lain kembali mengangguk, sudah biasa. Beliau menambahkan tim band yang dipilih adalah anak kelas dua belas karena mereka sebentar lagi akan lulus. Dipilih anggota terbaik untuk memeriahkan sekolah mereka.

"Belum ada informasi lebih lanjut selain itu. Tapi saya mau kalian latihan dari hari ini. Biar makin kompak dan bagus. Surat ijin sudah saya berikan di kelas kalian masing-masing jadi kalian bisa latihan sekarang. Saya membebaskan untuk pilihan lagu."

Junkyu nyaris bersorak senang mendengar hal itu. Tentu saja, daripada di kelas mengikuti pelajaran ekonomi yang akan memeras otak lebih baik latihan di sini. Apalagi ruang band yang difasilitasi pendingin udara membuat siapa pun akan betah berlama-lama di sini.

Sepeninggal guru tersebut ke empat anak itu duduk melingkar. Ada Jaehyuk sebagai gitaris, Junkyu vokalis, Pradena Beomgyu Tirtayasa drummer, dan La Daffa Jeongin Indra bassist.

Maybe If [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang