Sepuluh

55 7 0
                                    

"Jadi, ada pertanyaan sampai sini?" Kelas menjadi hening, tanda tidak ada yang ingin bertanya. "Baik, kalau begitu saya cukupkan sampai di sini. Selamat sore."

"Selamat sore, Pak!"

Sepeninggalan guru, kelas menjadi ricuh. Para murid langsung rusuh untuk keluar dari kelas sementara Asahi dan Jaehyuk masih di tempat. Asahi sedang membereskan buku-bukuya, sedangkan Jaehyuk membalas beberapa pesan di ponselnya.

"Eh, Sa, ngerjain tugasnya mau kapan?" tanya Jaehyuk saat Asahi ingin melangkah keluar kelas. "Dikumpulin besok, loh."

Dua hari yang lalu guru biologi memberikan tugas kelompok yang berjumlah dua orang anggota setiap kelompoknya. Bahkan agar tidak repot anggota kelompok ditentukan dengan teman sebangku saja. Lalu Jaehyuk baru ingat karena tugas tersebut harus dikumpulkan besok.

Bukan tanpa alasan juga kenapa mereka berdua sampai menunda tugas. Dua hari yang lalu Jaehyuk harus mengikuti ekstrakurikuler band, sedangkan kemarin gantian Asahi yang harus mengikuti ekstrakurikuler seni rupa. Jadi, mau tidak mau mereka harusnya mengerjakan tugas itu sekarang.

"Ngerjain sekarang, ya? Di rumah gue nggak papa," tawar Jaehyuk.

Ah, satu lagi. Guru biologi pengampu kelas mereka terkenal galak. Jadi, Jaehyuk tidak mau mengambil resiko untuk dimarahi oleh beliau karena tidak mengerjakan tugas. Jaehyuk juga yakin Asahi tidak akan mau dimarahi olehnya.

"Eh, ada tugas? Gue lupa, tugas apa?" tanya Asahi.

"Ada, tugas biologi yang kelompok. Disuruh buat rangkuman materi tapi nggak boleh digital, harus dibikin presentasi bentuk nyata. Tapi nggak boleh kayak rangkuman di buku gitu. Ah, ribet." Jaehyuk menjelaskan singkat, menyandang tasnya ikut berdiri di sebelah Asahi. "Gimana? Lo bisa?"

Asahi berpikir sejenak, adakah hal yang harus dia kerjakan sekarang atau janji dengan seseorang. Namun, dia tidak mengingat apapun, artinya dia tidak ada kegiatan saat ini. Lagi pula jika menolak, bagaimana tugasnya akan selesai nanti?

"Oke, deh. Gue chat kakak gue dulu bentar."

Jaehyuk mengangguk segera mengantongi ponselnya dan berjalan beriringan dengan Asahi yang masih fokus pada ponsel.

"Dah, bisa gue."

Jaehyuk mengangguk. Semenjak kejadian saat pensi kemarin keduanya jadi semakin dekat. Asahi juga tahu untuk membalas kebaikan Jaehyuk dengan tidak diam terus ketika diajak bicara. Apalagi saat Asahi merasakan ada sesuatu yang tumbuh dalam hatinya. Walaupun Asahi terus berusaha menghenyakan pikiran itu.

Jaehyuk itu baik dengan semua orang atau bisa aja dia kayak Kak Yoshi yang baik di awal aja. Pikiran-pikiran semacam itu yang selalu dia ingat agar dia tidak kembali jatuh pada orang yang salah. Lagi pula Jaehyuk juga tidak ada tanda-tanda menyukainya.

"Mau dibikin kayak gimana?" Jaehyuk bertanya saat mereka sudah keluar dari pekarangan sekolah dengan motor Jaehyuk. "Mampir gramed dulu aja, ya? Biar kepikiran mau dibikin apa."

"Boleh."

Sepuluh menit kemudian, motor Jaehyuk sudah terparkir rapi di pelataran Gramedia. Keduanya segera masuk dan berputar-putar hanya karena belum paham ingin membuat presentasi seperti apa.

"Bikin video presentasi aja gimana?" Jaehyuk bertanya. "Nanti pake LCD pas presentasi."

Asahi melirik sinis. "Ya nggak usah sampe sini kalo mau bikin video. Tapi jangan, ah. Mading aja gimana?"

"Standar banget kayak punya yang lain."

"Ya mau lo gimana anjir?" Asahi tambah sinis.

Mereka berdua memutuskan berhenti dulu. Berpikir bagusnya seperti apa. "Ya udah, deh mading aja. Ribet juga kalo aneh-aneh."

Maybe If [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang