Sebelas

50 8 2
                                    

"Sekian presentasi dari kelompok kami. Terima kasih."

Tepuk tangan terdengar. Setelah mendapat tanda tangan pada mading yang mereka buat nyaris sampai jam sembilan malam, Asahi dan Jaehyuk duduk di kursi masing-masing. Kembali mendengarkan kelompok lain yang bergantian untuk presentasi.

Jaehyuk menatap lamat-lamat mading yang ditaruh di mejanya. Di sampingnya Asahi terlihat ogah-ogahan mendengarkan Minjeong dan Ryujin mempresentasikan tugas mereka. Sementara Jaehyuk harus menarik ingatannya pada malam di mana kakaknya memberikan sebuah hantaman keras.

"Gelap dan terang itu nggak bisa bersatu di tempat yang sama."

Yang tadi malam berakhir dengan Jaehyuk menyambit kakaknya itu dengan serbet yang tersampir di pundaknya. Walaupun dia juga tahu apa yang dikatakan oleh kakaknya itu seratus persen benar, entah kenapa ucapan itu berhasil membuatnya merasa kesal.

Dia kembali melirik Asahi yang terlihat diam-diam membaca komik Jujutsu Kaisen di bawah kolong meja. Dan hanya dengan hal itu mampu membuat Jaehyuk tersenyum teduh. Entah kenapa itu adalah pemandangan yang lucu.

Jaehyuk tidak tahu kapan dia merasa jatuh cinta terhadap Asahi. Mungkin saat dia membantu Asahi ke rumah sakit. Atau mungkin saat membantunya dari Yoshi. Atau mungkin juga saat puncak acara pentas seni. Saat dia berada di panggung dan saling tatap dengan Asahi yang berdiri begitu jauh dari panggung.

Dia suka saat ketika dia datang ke sekolah dia menemukan Asahi yang tidur telungkup di meja. Jaehyuk juga merasa gemas saat melihat Asahi mengomel sepanjang pelajaran kimia, menyumpahi rumus-rumus tidak bernalar yang dijelaskan oleh guru. Atau waktu Asahi setuju ketika dia mengajaknya ke kantin saat istirahat kedua. Yang kemudian mereka berpisah di tikungan jalan karena Jaehyuk harus pergi ke Mushola.

Dan kenangan itu secara jelas menghantam pikirannya lagi. Dia sadar bahwa sebenarnya jatuh cinta bukanlah sebuah kesalahan. Mereka hanya berbeda.

Karena mereka boleh saling jatuh cinta, tapi apakah mereka lebih mencintai Tuhannya atau ciptaan-Nya.

***

Sore yang cerah itu tiba-tiba berubah menjadi mendung. Awan abu-abu menggantung apik di langit yang semula berwarna biru. Pelajaran matematika minat sudah berakhir beberapa menit yang lalu.

Jder!

"Bangsat!"

"Bajingan! Kaget gue anjing!"

"Allahuakbar!"

"Mama!"

Teriakan-teriakan itu terdengar setelah petir menyambar dengan keras. Disusul dengan gelapnya keadaan kelas alias mati lampu secara tiba-tiba. Beberapa memekik kaget termasuk Asahi yang tengah memasukkan buku-bukunya. Beruntung pelajaran sudah selesai bermenit-menit yang lalu.

"Weilah kenapa nggak dari tadi coba mati lampunya?" Salah satu teman sekelasnya menyeletuk

"Iya, 'kan? Biar nggak usah pelajaran."

Jaehyuk menoleh khawatir karena dia menangkap gelagat aneh dari Asahi. Dia melihat Asahi yang memegang dadanya dengan napas naik turun. Asahi masih di kondisi seperti itu setelah beberapa saat, bahkan saat kelas hampir sepi.

Maka dari itu Jaehyuk mencoba menyentuh pundak Asahi. Sedikit menunduk untuk melihat apa yang tengah terjadi pada teman sebangkunya itu.

"Sa? Lo kenapa?"

Asahi mendongak hanya untuk membuat Jaehyuk terperanjat kaget. Di hadapan Jaehyuk, Asahi tampak menangis, raut wajahnya tampak khawatir juga ketakutan dengan keringat yang membasahi wajahnya. Tangan kanannya masih senantiasa meremat bagian kanan dadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maybe If [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang