Satu jam kemudian setelah di rumah sakit. Asahi mulai sadar dan Jaehyuk menghela napas lega. Dia sempat khawatir akan terjadi suatu hal yang parah menimpa Asahi. Walaupun tadi dokter hanya bilang jika vertigo Asahi kambuh dan kepalanya terkena benturan sehingga Asahi tidak kuat untuk sadar. Tidak ada hal yang serius terkait keadaan Asahi.
"Yosa?" tanya Jaehyuk berusaha membuat Asahi fokus. Pemuda di hadapannya tampak bingung melihat sekitar.
"Rendra? Gue kenapa?" tanya Asahi, dia masih berusaha mengingat apa yang menyebabkan dia di sini. Asahi mencoba bangkit.
Jaehyuk langsung sigap membantu. "Tadi lo jatuh, 'kan terus gue bawa ke sini. Pas di perjalanan lo pingsan. Vertigo lo kambuh katanya dokter, tapi kalo udah sadar boleh pulang habis ini."
"Sendirian?"
"Kia udah pulang."
Tadi, saat mereka bertiga sudah sampai Jaehyuk langsung menggendong Asahi di punggungnya dan berlari-lari melewati halaman rumah sakit yang luas menuju ke ruang gawat darurat. Junkyu membantunya membawakan tas dan pulang setelah hasil diagnosisnya keluar—orang tuanya segera menyuruh Junkyu pulang.
Dan saat melihat Asahi begitu tenang menutup mata membuatnya sadar. Ada banyak sekali hal yang tidak dia ketahui tentang Asahi dan itu menyakiti hatinya. Entah kenapa, ada perasaan yang membuat Jaehyuk tergerak untuk mencoba membantu Asahi dari lingkaran gelap yang telah membuatnya menjadi seperti ini.
Cerita dari Mashiho sudah cukup membuatnya tahu, bahwa pemuda di hadapannya ini tentu banyak menyimpan ketakutan yang mendalam pada lingkungan sekolah. Tidak mungkin korban bullying bisa bersikap biasa saja saat banyak hal menakutkan terjadi padanya kapan saja.
"Mau pulang sekarang?" Asahi mengangguk. "Tunggu bentar gue urus administrasi sama ambilin obat dulu."
Punggung Jaehyuk menghilang dari balik gorden. Asahi menghela napas, segera mengenakan hoodienya yang berada di atas meja dan menggendong tasnya lalu berjalan keluar dari ruang gawat darurat. Menuju ke halaman dan terus berjalan meninggalkan area rumah sakit.
Dia tidak ingin terjebak. Ada banyak sekali orang yang berusaha membantunya, tetapi begitu dia menerima uluran itu—dalam sekejap mata, hinaan bahwa dia dikasihani terdengar menusuk ke dalam telinga. Dan hal yang dia benci—mereka semua benar. Tidak ada yang benar-benar mau berteman dengannya selain karena merasa kasihan.
Pendirian itu juga begitu teguh dia pegang termasuk saat bersama Jaehyuk kali ini. Dia tahu jika dia tidak sakit hari ini dan hanya terjatuh biasa dari tangga, Jaehyuk dan Junkyu tidak akan repot-repot membawanya sampai sini.
Asahi terus berjalan keluar, menghiraukan Jaehyuk yang memanggilnya di belakang. Begitu melihat sebuah bus yang hampir sampai dari kejauhan, dia berlari. Mengabaikan fakta bahwa dia baru saja menjalani pengobatan. Mengabaikan kepalanya yang kembali berputar. Dia hanya ingin segera pulang.
"Yosa!"
Teriakan Jaehyuk tertinggal di belakang. Asahi segera naik ke bus yang berhenti di halte depan rumah sakit. Membiarkan Jaehyuk terus berlari mengejar dirinya hingga bus melaju, meninggalkan Jaehyuk beserta teriakannya. Kepala Asahi kembali terasa berputar, dia memutuskan tidur selama perjalanan.
***
Satu kebiasaan yang Jaehyuk tahu tentang Asahi, dia selalu datang paling awal. Maka dari itu Jaehyuk juga memutuskan datang lebih awal hari ini. Untuk menanyakan hal yang terjadi kemarin. Alasan kenapa dia pergi begitu saja bahkan sebelum Jaehyuk memberikan obat yang harus Asahi minum.
Dan Jaehyuk benar, begitu sampai di kelas hanya ada Asahi di dalamnya. Duduk telungkup di meja dengan jaket dan headset terpasang di telinganya. Jaehyuk bisa melihat wajah Asahi yang pucat dan juga plester di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe If [Jaesahi]
Fanfiction"Ren, jangan gini." "Gue tau, Sa. Gue tahu persis kita nggak akan pernah bisa sama-sama." Mereka berdua tau bahwa sebenarnya hubungan ini tidak akan pernah bisa dilanjutkan. Namun, keduanya memutuskan untuk saling mencintai. Kelak akan saling bertan...