Sembilan

53 7 0
                                    

"Lo tau Yosa?"

"Yang habis nolak Yoshi?"

"Iya. Gila banget kayak apaan anjir bisa-bisanya nolak Yoshi."

"Bener, sih padahal dia juga nggak cakep-cakep amat. Emang tipenya yang kayak gimana, dah sampe se-sempurna Yoshi ditolak."

"Tau alasan dia nolak?"

"Apa emang?"

"Kak Yoshi terlalu sempurna buat gue."

Lawan bicaranya tertawa. "Ya emang, sih, kebagusan buat dia."

Asahi yang bahkan hanya terpisah satu meja dari kakak kelas itu dihiraukan. Ini hari kedua sejak kejadian di mana dia menolak Yoshi. Banyak sekali siswa-siswi yang melontarkan hal seperti itu padanya. Dia bahkan tidak tahu alasan kenapa mereka mengejeknya seperti itu.

Asahi membereskan sampahnya, berusaha setidak peduli mungkin seakan ucapan mereka tidak berdampak besar padanya. Walaupun dia mengakui bahwa kata-kata mereka menyakiti hatinya.

Asahi yang pendiam menjadi dua kali lebih pendiam. Asahi yang anti sosial menjadi dua kalo lebih anti sosial. Sebisa mungkin dia menjauhi interaksi dengan orang-orang yang menganggapnya tidak tahu bersyukur bisa ditembak seorang Yoshinori.

Dia bahkan memiliki hobi baru yaitu mendengarkan musik melalui headset yang selalu dibawanya. Berhubung tadi dia lupa membawa benda itu, jadilah dengan berat hati mendengarkan segala hal buruk tentang dirinya.

Sebenarnya Asahi juga tidak terlalu paham apa korelasinya dia dijadikan bahan ejekan seperti ini setelah menolak Yoshi. Kalau memang Asahi tidak mau menjadi pacar Yoshi—meskipun dia menyukainya—apa urusannya dengan mereka?

Bruk!

"Hah.."

"Heh! Jalan pake mata, dong!"

Asahi nyaris mengumpat dalam hati. Seragam OSIS yang dia kenakan tampak kotor dengan noda kecoklatan saat tanpa sengaja dia menabrak seorang gadis. Asahi meliriknya sekilas sebelum kembali berjalan melewati gadis tersebut.

"Heh anjir main pergi aja!" sungut gadis itu kesal lantaran susu coklat yang baru saja dia beli malah tumpah gara-gara menabrak Asahi.

"Dia yang nabrak, dia yang marah." Asahi menggerutu saat sampai di kamar mandi dan segera membersihkan noda yang ada di seragamnya.

"Mana seragam gue lagi yang kotor. Sialan emang." Asahi menatap pantulan dirinya di cermin. "Apa-apa gue yang salah. Gue mulu gue mulu. Kenapa, sih selalu nyalahin gue? Kalian nggak kenal gue aja sok banget berasa yang paling tau!"

Setelah selesai dia kembali keluar dari kamar mandi. Namun, baru saja dia keluar dari kamar mandi seseorang mendorongnya kencang hingga kembali masuk ke dalam dan punggungnya secara tidak sengaja menabrak dinding.

"Akh!" Asahi meringis kesakitan.

"Lo tuh jadi cowok jangan caper!" Seorang gadis menoyor kepalanya.

Asahi langsung menatap gadis itu dengan tajam—gadis yang sama yang menabrak dirinya. Ada dua lagi gadis di belakangnya, yang satu menjaga pintu satunya lagi menatapnya tajam.

"Apa, sih?"

Renata Minjeong Salsabila mencengkram dagu Asahi. "Gara-gara lo! Susu gue tumpah! Kak Yoshi juga ngelihatin lo mulu! Jangan caper kenapa, sih? Katanya nggak suka Kak Yoshi?"

Asahi menepis tangan Minjeong. "Siapa, sih yang caper? Orang lo sendiri yang jalan nggak bener malah nyalahin orang lain!"

Plak!

Maybe If [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang