part3

4.5K 369 27
                                    

Di waktu pulang sekolah, Haechan seperti biasa dia akan pulang dengan mengayuh sepedanya, mengabaikan rasa sakit di kakinya karena dia merasa kakinya masih bisa digerakkan dan dia juga butuh uang, sebentar lagi akan ada karya wisata yang memerlukan beberapa biaya dan dia tidak berani untuk meminta uang pada mae serta daddynya, dia terlalu takut.

"Chan, yakin pulang dengan naik sepeda?" tanya Jaemin yang khawatir. "Lebih baik pulang bareng Mark Hyung saja, itu lihat Renjun diantar pulang."

"Iya Chan, pulang denganku saja." ucap Renjun yang setuju.

Haechan menatap Renjun sebelum akhirnya dia mengulas senyumnya. "Iya aku yakin Na, tidak Renjun aku akan mampir di suatu tempat untuk membeli sesuatu kau pulanglah lebih dulu dengan Mark Hyung, aku baik-baik saja."

Haechan tersenyum lalu berpamitan pada semuanya dan pergi, mengapa dia tidak mau pulang dengan Renjun alasannya dia memang tidak dibolehkan orang tuanya untuk berdekatan dengan Renjun sebelum dia membawa kesialan untuk pemuda manis itu.

Alasan kedua Mark sendiri tidak menawarinya pulang bersama jadinya dia juga takut serta ragu apalagi ucapan para siswa tadi di lapangan, membuat Haechan jadi berpikir lebih dan mencoba menyadarkan dirinya sendiri sebelum dia membuat Mark tidak nyaman.

Jaemin menatap punggung temannya yang hampir menghilang dari pandangannya dengan tatapan miris, entah mengapa dia merasa jika temanya itu memiliki beban kehidupan yang berat, dirinya dipaksa untuk selalu kuat sekalipun sebenarnya dia sangat rapuh.

Dia juga tidak menyangka jika Mark, seseorang yang dia tahu kekasih temannya itu justru terlihat acuh dan lebih peduli dengan orang lain, dia rasa hati Haechan pasti sangat hancur tapi dia sangat pintar menyembunyikannya.

"Ayo Na, kita pulang." ajak Jeno saat melihat kekasihnya tampak diam termenung, membuatnya jadi khawatir.

"Ah, iya ayo kita pulang." Jaemin tersenyum tipis setelah tersentak sadar dari lamunannya.

Akhirnya mereka semua pulang ke rumah beda dengan Haechan yang justru berada di tempat kerjanya, saat sampai terlihat jalan Haechan yang pincang dan membuat Doyoung pemilik cafe tempat Haechan bekerja terlihat khawatir serta terkejut.

"Ya ampun Haechan, kau kenapa?" tanya Doyoung dan membantu Haechan untuk berjalan masuk ke dalam.

"Tadi aku jatuh dan kakiku terkilir Hyung." jawab Haechan dengan tersenyum, seolah tidak menunjukkan jika dirinya sakit padahal kakinya memang sakit.

"Astaga Haechan, lalu kau ke sini dengan naik sepeda?" Doyoung tidak percaya dan sangat khawatir.

"Kenapa dengan Haechan?" tanya seseorang lagi, dia adalah Taeil kekasih Doyoung.

"Kakinya terkilir, aku akan mengobatinya." ucap Doyoung yang masuk ke dalam untuk mencari kotak obatnya.

"Ah, tidak usah Hyung aku baik-baik saja." tolak Haechan halus karena merasa tidak enak tapi Doyoung tidak peduli.

"Tidak apa Haechan, lebih baik diobati sebelum bertambah parah atau jika perlu kita ke rumah saja?" ucap Taeil yang juga ikut khawatir.

Melihat kedua orang itu terlihat begitu khawatir dengannya membuat mata Haechan memanas, hingga akhirnya jatuh juga.

"Kenapa menangis, apa ada yang sakit?" tanya Taeil yang panik.

Doyoung yang mendengar kekasihnya berbicara seperti itu dia jadi ikut khawatir juga. "Kenapa Chan, sangat sakit kakimu?"

Haechan menggelengkan kepalanya dan menghapus air matanya kasar, dia tidak menangis karena rasa sakit di kakinya dia hanya menangis karena merasa terharu, begitu diperhatikan sedangkan di rumah saja dia diabaikan begitu saja. "Tidak Hyung, aku tidak merasa sakit hanya saja aku merasa terharu karena Hyung begitu perhatian dan peduli denganku."

Feeling HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang