part8

4.4K 414 65
                                    

Haechan tidak langsung pulang ke rumah, dia justru berdiam diri di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari komplek rumahnya, bahkan sampai tengah malam seperti ini.

Sejak tadi dia hanya duduk di kursi taman dengan merenungi dirinya yang mengapa memiliki nasib yang buruk, dia berpikir mengapa dia tidak bisa menjadi seperti Renjun yang dicintai oleh semuanya.

Haechan tidak berani pulang karena dia takut, orang tuanya akan memarahinya karena tidak bisa menjaga sepupunya, bagi mereka kesalahannya di masa lalu membuatnya harus bisa menjaga Renjun dengan baik karena bagaimana pun dia kesayangan semua orang sedangkan dia tidak.

Tak lama ponselnya berbunyi nyaring terlihat nama daddynya yang menelponnya, tangannya seketika itu juga bergemetar takut untuk pulang ke rumahnya, tapi gerak tubuhnya reflek langsung terbangun dari duduknya lalu berlari untuk pulang, dia memasukkan ponselnya ke ranselnya tidak berani untuk mengangkatnya karena terlalu takut.

Mengapa dia memilih untuk langsung pulang karena jika dia tidak akan pulang daddynya akan semakin menghukumnya, ditambah dengan Renjun yang terluka dan di sana ada dirinya.

Saat sampai rumah detak jantungnya berpacu kuat hingga saat di masuk ke dalam dia melihat kedua orang tuanya sudah menunggunya.

"Kau dari mana saja, kenapa baru pulang sekarang?" tanya Ten dengan wajah datarnya.

"Aku main." jawabnya berbohong karena dia mau menjawab apa jika ujungnya juga pasti akan dimarahi.

"Kau tahu mengapa Renjun bisa tertabrak dan masuk rumah sakit?" tanya Johnny tanpa basa-basi.

"Karena dia tidak berhati-hati, aku sudah melindunginya dengan mendorongnya tapi tidak sengaja dia malah terjatuh dan terluka, lukanya sebenarnya tidak parah hanya saja orang terdekatnya menganggapnya dengan sangat berlebihan." jawab Haechan jujur.

Tapi dia justru mendapatkan tamparan, "Kau bodoh, bagaimana bisa kau melindunginya tanpa membuatnya terluka, kau pasti mendorongnya dengan begitu keras?"

Haechan hanya diam dengan pikirannya yang mendadak kosong lagi, "Masuk ke kamarmu sekarang juga! Kenapa aku harus punya anak pembawa sial sepertimu?"

Dengan langkah gontai dia segera masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya, setelah itu dia mengobati sudut bibirnya yang terluka karena tamparan ayahnya sembari air matanya menetesnya.

"Tidak apa sakitnya hanya sebentar, nanti juga sembuh sudah jangan menangis lagi ya." ucap Haechan pada dirinya sendiri lalu menghapus air matanya dengan kasar.

Setelah puas menangis, dia mengambil ponselnya dan mengirimkan tiga pesan pada Mark.

'Hyung aku baru pulang ke rumah'

'Hyung, sungguh aku tidak bermaksud untuk mendorong Renjun atau membuatnya celaka, aku tadi benar-benar hanya ingin melindunginya yang hampir tertabrak, aku harap Hyung mengerti dan tidak salah paham padaku.'

'Maafkan aku juga jika aku salah karena memiliki rasa cemburu pada Renjun.'

Setelah itu Haechan tidur dengan membungkus dirinya dengan selimut serta kembali menangis, dia tahu mungkin kekasihnya tidak akan membalas pesannya dan mungkin akan marah padanya selama beberapa hari.

Di pagi harinya saat dia akan berangkat ke sekolah dia melihat pintu kamarnya tidak biasa dibuka itu artinya, dia dikurung dengan batas waktu yang tidak ditentukan, bentuk hukuman daddynya dan pastinya tidak akan ada jatah makan.

Haechan menghela napas kasar lalu kembali tidur di kasurnya sembari melihat ponselnya berharap kekasihnya membalas pesannya namun sayangnya nihil sama sekali tidak ada pesan satupun.

"Jika aku mati pasti semuanya tidak akan ada yang mencariku. Sudahlah Haechan apa yang kau pikirkan itu tidak penting, lebih baik tidur menghemat energi sebelum kau mati kelaparan." ucap Haechan dengan penuh semangat pada dirinya sendiri.

Di posisi Mark, dia sudah membaca pesannya tapi tidak berniat untuk membalasnya, entahlah dia masih merasa sakit saat melihat Haechan mendorong Renjun, meskipun Renjun juga sudah menjelaskan semuanya berulang kali jika Haechan sama sekali tidak ada niat yang buruk dan hanya ingin melindunginya.

Tapi dia benar-benar tidak rela Renjun terluka, karena selama bersamanya dia selalu melindungi Renjun dengan baik, baginya Renjun itu sahabat, adiknya dan juga cinta pertamanya yang sama sekali tidak bisa dia lupakan sampai sekarang.

Sedangkan Haechan hanyalah pelengkap hidupnya, seorang teman yang selalu tersenyum tulus dengan cintanya yang besar dan Mark tidak sanggup menyakiti dirinya ditambah Haechan memiliki masalah keluarga, ibaratnya Mark menerima Haechan karena rasa kasihan dan ingin sedikit menghibur hati anak itu.

"Mark Hyung jangan marah lagi dengan Haechan ya, dia benar-benar hanya ingin melindungiku dan aku baik-baik saja." rengeknya karena Mark dari kemarin hanya diam saja saat dia menjelaskan semuanya panjang lebar.

"Iya, aku akan memaafkan dia dan tidak akan marah padanya." Mark tersenyum kecil serta mengacak-acak rambutnya.

"Oh ya Mark Hyung, bisa tidak kita sedikit menjaga jarak aku tidak ingin Haechan semakin salah paham dengan kita." cicit Renjun, dia benar-benar merasa bersalah dengan sepupunya itu.

"Kenapa harus jaga jarak? Kita juga tidak terikat hubungan diam-diam di belakang Haechan, dia juga pasti mengerti dengan kedekatan kita tapi jika dia menginginkan untuk kita tidak dekat seperti biasa, lebih baik aku dan dia putus." ucap Mark dingin.

"Jangan Hyung, Haechan sangat mencintaimu kau salah satu alasannya untuk tetap semangat hidup, tolong jangan hancurkan penyembuh hatinya." ucap Renjun dengan wajah sedihnya, dia tidak bisa membayangkan jika sampai Haechan diputuskan oleh Mark, bagaimana nanti sepupunya bisa tetap semangat dan ceria seperti biasanya.

Meskipun dia tahu kedekatannya dengan Mark membuat Haechan mungkin juga sakit, merasa cemburu dan salah paham dengannya, tapi dia benar-benar menganggap Mark hanya sebagai kakaknya.

"Sudah jangan pikirkan Haechan, biar dia menjadi urusan Hyung." ucap Mark lembut dan mengacak-acak rambut Renjun saat anak itu terlihat melamun.

"Hyung! Nanti rambutku berantakan." rengeknya.

Lalu tak lama pintu dibuka dan memperlihatkan Guanlin yang datang dengan wajah khawatirnya, menghilangkan senyum Mark dan menggantinya dengan raut datar.

"Astaga, maaf aku baru datang. Haechan sangat keterlaluan hingga mendorongmu sampai seperti ini." Guanlin terlihat kesal dan sedih juga melihat seseorang yang dia sukai terluka seperti itu. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik Hyung, kenapa menyalahkan Haechan dia tidak salah Hyung, dia bahkan yang menyelamatkanku dari kecelakaan dengan  mendorongku lalu aku terjatuh, aku baik-baik saja Mark Hyung saja yang terlalu khawatir dan memaksaku sampai dirawat membuat orang tuaku menyetujui saja." ucap Renjun dengan penjelasannya, "Hyung tahu darimana berita sampah seperti itu?"

"Jeno dan Nana yang memberitahu." jawab Guanlin jujur, "Sungguh Haechan tidak sengaja mendorongmu karena cemburu?"

"Iya Hyung, sepupuku itu orang baik dia tidak akan sepicik itu. Percayalah padaku." ucap Renjun dengan memohon.

"Baiklah aku percaya." ucap Guanlin dengan tersenyum lembut.

TbC
Maafkan typo dan lainnya.
Hurtnya kalau kurang, maafkan ya😭🙏kayaknya part di cerita ini gak begitu banyak, soalnya Dian gak sanggup buat hurtnya😭😭😭🤧

Oh ya ini cuma cerita ya, enggak ada hubungannya sama idol ya, Dian cuma pinjam nama mereka saja, 😭🙏jadi jangan sampai ada yg kebawa emosi dan benci mereka ya, dukung selalu mereka😭soalnya Dian cinta, sayang dan suka semuanya 🥰💕

Love sekebon buat yang sudah mau mampir, baca dan komen diceritaku ini, Dian sangat berterima kasih💕💕💕

Oh kalau di sini ada yang baca My alpha is My Prince juga, maaf Dian belum bisa Up ceritanya masih setengah yg diketik😭😭soalnya gusi Dian lagi bengkak, sma alergi Dian kambuh😭
kalau feeling hurt udh ada di draf lama jadi bisa diup hehehe🙏🙏

Feeling HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang