30. He Got Me ✔

186 30 0
                                    

Tak mendapat pekerjaan dan tempat tinggal di kota lain, pada akhirnya Irina kembali ke rumah mendiang kedua Orang Tuanya. Sebuah taksi berhenti tepat di rumah yang terlihat tak terurus itu, rumput-rumput mulai tinggi dan sarang laba-laba ada di langit-langit rumah. Kedua kaki Irina merasakan debu yang sepertinya sudah lama di sana.

Saat ia membuka pintu rumahnya, ternyata pintu tidak dikunci. Teringat pada malam dimana kedua Orang Tuanya diculik dan hal itu membuat Irina yakin bahwa kedua Orang Tuanya telah diculik oleh anggota perkumpulan bersama dengan Alex.
Irina melihat ke sekitar, tata letak perabotan masih sama, tidak ada yang berubah.

Setidaknya Irina mendapatkan tempat berlindung untuk sementara, selagi ia mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Irina mulai membersihkan seluruh rumah, di dalam maupun di luar rumah. Memotong rumput hingga mengepel lantai dan membersihkan sarang laba-laba serta debu di dinding rumah, beruntung pasokan air dan listrik tidak diputus oleh pihak setempat.

Irina yang sedang asyik membersihkan halaman, merasa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia melihat ke sekitar, tidak ada siapapun di sana. Semua orang yang ada di kompleks perumahan rasanya tidak seperti sewaktu ia kecil dulu, harmonis dan selalu bercengkrama setiap hari. Sekarang, orang-orang lebih memilih untuk diam di rumah bersama dengan keluarga mereka masing-masing. Bahkan Irina tidak pernah melihat anak-anak bermain di luar rumah atau sekedar bersepeda.

"Siapa di sana?!" Seru Irina, merasa tak nyaman jika ada seseorang yang menguntitnya dari belakang, ditambah Irina khawatir jika ada salah satu anggota dari perkumpulan itu yang mengikutinya.

Tak lama seseorang keluar dari balik tembok pagar rumah sebelah, keluar seorang pria dengan setelan sangat rapih dengan wajah tampan nan teduh. Tersenyum ke arah Irina dengan sangat lembut sampai-sampai hati Irina dibuat nyaman hanya dengan melihat senyumannya, itu sebabnya Irina mulai menurunkan emosinya yang tadi merasa tidak nyaman.

Kira-kira pria itu berusia seperti Ayah Irina, tubuhnya tegap, tinggi dan kurus namun sangat sopan.
"Maaf, aku tak berniat untuk mengejutkanmu!" Kata pria itu yang akhirnya mendatangi Irina.
Irina melihat ke arah mata pria itu, netra kehijauan yang indah dan juga sangat teduh. Entah apakah ia sedang bertemu dengan malaikat atau manusia..

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Irina.
"Kau pasti Irina!" Kata pria itu, seketika senyuman Irina hilang. Yang awalnya ia berniat ramah karena wajah pria itu juga terlihat ramah dan bahasa tubuhnya juga sangat sopan.
"Ya, bagaimana kau tahu namaku?" Sahut Irina, tubuhnya mulai berjaga-jaga kalau pria yang ada di hadapannya ini adalah salah satu anggota dari perkumpulan lain.

Setelah Irina tahu, bahwa perkumpulan itu tidak hanya berlokasi di kota itu.
"Ayah dan Ibumu sering datang ke tempatku. Tapi, sudah beberapa hari ini mereka tidak lagi datang untuk berkonsultasi. Jadi aku khawatir, maka dari itu aku datang kemari." Ucap pria itu.

Irina mulai bingung, pasalnya ia sama sekali tidak tahu kebiasaan kedua Orang Tuanya semenjak Irina memutuskan untuk pindah ke luar kota ketika menikah dengan Denis.
"Oh, ya? Apa yang biasa dikonsultasikan oleh Orang Tuaku?" Tanya Irina lagi memastikan.
"Pendalaman agama tentu saja." Jawab pria itu.

Kedua mata Irina berbinar mendengarnya, seperti sebuah cahaya ketika hidup Irina dikelilingi oleh kegelapan.
"Apa kau Psikolog yang sering diceritakan oleh Ibuku?" Tanya Irina dengan antusias.
"Bukan, aku hanya seorang pengurus. Aku pemilik tempat itu, Psikolog itu memintaku untuk segera mencari kedua Orang Tuamu dan juga Alex. Apa kau mengenalnya?" Tanya pria itu lagi.

Seketika Irina terdiam, Alex adalah salah satu wanita yang ia bunuh dengan kedua tangannya sendiri. Bagaimana mungkin ia menceritakan segala hal tentang itu dan juga kedua Orang Tuanya.
"Uhm, aku tidak kenal Alex. Aku kemari juga ingin mendatangi kedua Orang Tuaku, beberapa hari mereka tidak menghubungiku. Aku khawatir, jadi aku mendatanginya. Tapi aku tidak menemukan mereka di sini." Kata Irina berbohong.

The Man from The CultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang