32. Finally, He Let Me Go! ✔

169 22 2
                                    

Irina menangis di dalam dekapan Noah..
Entah perasaan Irina saja, atau di punggung Noah terdapat sayap yang sangat besar berwarna hitam gelap.
Namun saat Irina membuka mata, tidak ada apapun di punggung pria itu.
"Masuk ke dalam rumah! Di luar sini dingin, tubuhmu mulai kedinginan." Kata Noah dengan lembut, ia lalu membawa Irina masuk ke dalam rumahnya.

Noah menyalakan api di perapian yang entah sejak kapan sudah diperbaiki, Irina juga tidak tahu Noah menyalakan api menggunakan apa. Karena seingat Irina di rumah ini, ia tidak memiliki pemantik. Irina membuka jaket tebalnya juga sepatu bot, entah apa yang terjadi pada dirinya.

Karena untuk kedua kalinya, Irina batal mendatangi Psikolog itu hanya karena terus memikirkan Noah.
Setelah itu Noah berjongkok di hadapan Irina yang tengah duduk di sofa, berusaha mendekati Irina dengan lembut karena Noah khawatir jika terjadi sesuatu pada wanita itu.
"Mereka hanya berusaha menolongku, kau sendiri yang bilang kalau aku harus kembali ke jalan yang benar." Kata Irina, berusaha meyakinkan Noah dengan cara yang paling lembut.
"Aku tahu, aku hanya membutuhkan satu hal darimu. Yaitu dengan membunuhku! Jika tidak, hidupmu tidak akan pernah aman. Karena kau juga pasti akan dikejar-kejar oleh para petinggi itu, mereka masih memburuku hingga saat ini." Jelas Noah.

"Hah! Tolong, jangan membuat pilihan ini semakin sulit." Kata Irina, menutup wajahnya namun Noah berusaha mengambil kedua tangan wanita itu dan menggenggamnya dengan erat.
"Irina, dengarkan aku! Kalau kau tidak bisa melakukannya, maka biarkan aku tetap berada di sisimu, melindungimu!" Pinta Noah, Irina menatap kedua mata Noah. Masih ada secercah warna kebiruan yang indah di sana, meski sulit untuk mencarinya.

"Baiklah, tapi berjanjilah padaku untuk tidak membunuh mereka semua! Karena jika kau pergi, hanya mereka yang bisa melindungiku dari kekuatan jahat." Kata Irina, Noah akhirnya mengangguk setuju. Mereka kemudian berpelukan di dalam rumah yang hangat saat di luar cuaca sedang dingin  dan salju mulai lebat.

Begitu juga dengan kehidupan mereka, saling berusaha menguatkan meski ada banyak orang di luar sana yang tidak ingin mereka bersatu.
Noah tidak tahu sampai kapan mereka akan bertahan, karena di dunia ini tidak ada yang kekal meski sosok Iblis sekalipun bisa saja terbunuh.

Ia hanya berusaha melindungi Irina dari segala kemungkinan, perkumpulan tidak akan pernah membiarkan Noah tetap hidup di dunia ini. Mereka tidak ingin menyembah manusia walau menyerupai Iblis sekalipun, mereka menyembah Iblis hanya karena ingin menyesatkan umat manusia dan mengisi perut mereka dengan harta benda yang bersifat duniawi.

"Kau tidak makan?" Tanya Irina usai ia membuat makan malam untuk dirinya sendiri dan untuk Noah, sementara pria itu hanya melihat makanannya tanpa menyentuhnya sedikitpun.
"Aku tidak makan." Noah menggeleng lemah, Irina tidak paham arti 'tidak makan' yang sesungguhnya. Tidak makan makanan manusia, atau pria itu memang sedang tidak ingin makan.

"Maksudmu?" Tanya Irina.
"Aku tidak lagi makan makaman manusia." Jawab Noah langsung seakan mengerti jenis pertanyaan Irina.
Irina yang mendengar hal itu mulai mengerutkan dahinya karena bingung.
"Jadi, apa yang kau makan?" Tanya Irina memastikan, mungkin saja Irina bisa menyiapkan makanan yang lain untuk Noah.
"Kau pasti tahu apa makanan Iblis, Irina."

"Persembahan, manusia, janin!" Kata Noah, seketika Irina mual mendengarnya. Ia meletakan sendok dan garpunya di sebelah piring dan berhenti makan saat itu juga.
"Maaf, jika kau terganggu." Irina mulai merasa pusing, seketika teringat akan calon bayinya yang telah dijadikan persembahan kepada sosok Iblis itu.
"Jadi, bagaimana rasanya hidup seperti itu?" Tanya Irina memastikan.

Yang anehnya, Noah masih memiliki jiwa manusia yang mengasihi manusia lainnya.
"Aku tidak tidur, tidak makan, tidak sakit. Tidak seperti manusia, semakin lama. Perasaan itu mulai hilang, rasa sakit, rasa kantuk, tapi aku selalu merasa lapar tapi bukan makanan ini yang aku mau." Jelas Noah, Irina mengangguk mengerti.

The Man from The CultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang