07. Tiger Knight

60 27 0
                                        

Sebagai salah satu orang yang menjadi kepercayaan sang Raja, Hwangyu tidak pernah merasa berat dalam menjalani setiap perintah yang dia terima. Melakukannya dengan patuh, tanpa sedikit pun usaha untuk ikut campur atau bahkan membelot. Menjadi sosok setia yang siap mempertaruhkan nyawa kapan saja.

Hwangyu benar-benar hidup di jalan lurus, tidak peduli seberat apa pun rintangan yang menghalanginya.

"Aku ingin kau mengawasi Anneliese secara langsung. Agar putri itu tidak terlalu membuat ulah lagi ke depannya."

Satu titah mutlak yang terucap malam itu, berakhir merubah segala prinsip dalam hidupnya.

Hanya butuh hitungan jam bagi Hwangyu untuk merasa terusik, begitu ia menjadi ksatria khusus Anneliese. Gadis yang sempat terbaring tak sadarkan diri usai menerima seratus kali hukuman cambuk itu, terlihat berbeda jauh sebangunnya dari tidur panjang. Mulai dari cara Anneliese bersikap dan berbicara, hingga menatap. Membuat tanda tanya besar yang seharusnya tidak pernah ada, muncul begitu saja.

"Anda harus tetap diperiksa, Yang Mulia Tuan Putri." Sebaris kalimat yang keluar kala itu, menjadi sapaan pertamanya.

Dan, jawaban yang Anneliese berikan, sukses membuat keraguannya datang.

Putri bungsu Raja Jeveirre tidak hanya menatapnya sesaat, sebelum beralih memandang penuh intimidasi pada tabib yang masih berdiri ragu-ragu. Namun, juga memberi perintah mutlak yang seumur-umur baru kali itu terdengar sangat berani, benar-benar penuh percaya diri. Seolah aura gelap ikut menyelimuti sosoknya dan sanggup mencekik siapa pun yang berada di dekatnya.

"Lakukan dengan cepat, setelah itu berikan aku obat pereda nyeri dan ramuan pengering luka. Untuk kalian yang sudah tidak ada kepentingan, silakan keluar dari kamarku."

Tentu Hwangyu tahu, tidak ada hak baginya untuk menolak. Jadi, sore itu, ia putuskan untuk kembali menghadap sang Raja. Melaporkan segala kondisi terbaru Anneliese, tanpa membicarakan rasa curiga atau keraguannya sedikit pun.

"Bersiaplah kalo begitu, malam ini kau ikut denganku. Kita menyamar seperti biasa, kali ini keliling wilayah utara dan selatan. Biar Anneliese tetap dijaga oleh dua pengawal pintu."

Hwangyu menunduk hormat. "Baik, Yang Mulia Raja."

▫Log ▫ In▫

Menjadi salah satu kerajaan agraris terbesar dan termakmur di Benua Swadior, membuat Green Sword cukup disegani oleh wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Hwangyu tidak akan ragu lagi, menyebut kerajaannya sebagai salah satu negeri terkaya di daratan Swadior.

Dengan tingkat kejahatan yang kecil serta rakyat yang sangat jarang bersitegang. Lalu, para bangsawan yang hidupnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan sopan santun, semua itu bagaikan anugerah tanpa batas yang dimiliki oleh Green Sword.

Hanya saja, satu kekurangan akibat temperamen buruk Anneliese, pada akhirnya cukup memberi noda. Sebagai putri satu-satunya Raja Jeveirre dan walau tingkahnya hanya diketahui oleh orang-orang Green Sword itu sendiri, tindakan Anneliese jelas tidak bisa diabaikan. Juga, satu hal lain yang mungkin orang-orang di luar istana tidak tahu, tentang betapa memalukan sikap para pelayan terhadap Anneliese, usai gadis malang itu kehilangan sosok ibu, cukup menambah aib tersendiri.

Hwangyu sering tidak sengaja melihatnya, bagaimana kata-kata rendah mereka yang selalu menyembur tanpa rasa takut tepat di depan wajah Anneliese, berakhir membuat putri Raja Jeveirre itu ditelan emosi.

Sebagai orang yang memegang prinsip, Hwangyu tentu lebih memilih berpura-pura tidak melihat apa pun, selama Anneliese masih sanggup menahan diri untuk tidak menyakiti lebih jauh.

Terlebih, ikut campur bukanlah kebiasaannya.

Tidak ada pula dalam daftar keinginannya.

Titah Raja-lah yang terpenting.

Jadi, setiap saat, walaupun sulit, Hwangyu selalu berusaha agar tetap menjaga batasannya. Namun, fajar itu nyatanya berbeda. Ketika ia selesai membersihkan diri dan ingin mengecek keamanan di paviliun khusus sang Putri, Anneliese justru lebih dulu terlihat. Penampilan gadis itu terlalu rapi untuk orang yang baru saja bangun tidur, wajahnya pucat, dan sorot matanya tampak sedingin es.

Hwangyu mengenyit, menyadari suatu kejanggalan besar. Kali ini bukan lagi dugaannya semata, ia yakin. Sebagai satu-satunya orang yang pernah mendapat gelar Ksatria Harimau di usia remaja, firasatnya tidak pernah salah. Bagaimana Anneliese melenggang pergi tanpa memedulikan hal lain lagi, bagaimana gadis itu memberinya perintah diktator, benar-benar terasa tidak biasa.

Dia ... bukan Tuan Putri kami.

Hari itu, entah Hwangyu harus menyesali keputusannya untuk tetap mengikuti Anneliese atau malah harus mengucap syukur dalam diam.

▫Log ▫ In▫

Berusaha menghentikan Anneliese yang menggila adalah tindakan paling buruk. Dan, Hwangyu baru menyadarinya, begitu gadis itu tanpa ragu memperdalam gesekan bilah pedang di lehernya. Tidak ada sorot takut sedikit pun, bahkan wajahnya bersih dari ekspresi yang menyiratkan rasa sakit.

Anneliese terlihat mengerikan dengan darah yang terus mengalir dari luka terbukanya.

Membuat panik dengan cepat menggulung Hwangyu. Melupakan segala kemampuannya, melupakan ia yang telah menjadi salah satu pemilik telekinesis terbaik di seluruh daratan Swadior. Hwangyu tidak bisa lagi memikirkan apa pun dengan jernih, kecuali membuat permohonan dan janji yang pada akhirnya ia sesali.

Anneliese benar-benar sukses membuatnya menjadi sosok pembelot yang gagal menjalankan perintah raja. Menghancurkan segala prinsip dalam hidupnya, yang selama ini selalu berusaha ia jaga sebaik mungkin.

"Tapi ..." Laju kuda sengaja Hwangyu pelankan, saat sadar posisinya sudah cukup jauh dari keberadaan Anneliese. "Kenapa darah tadi sepertinya bukan berwarna merah? Atau, aku hanya salah lihat karena ini masih terlalu gelap?"

Dan, pertanyaannya baru bisa terjawab beberapa jam ke depan. Saat Putra Mahkota muncul dengan Anneliese dalam gendongan dan membuat geger seluruh penghuni istana. Gadis itu terlihat luar biasa pucat, kulitnya sedingin orang tak bernyawa dan terdapat jejak-jejak darah yang sempat mengalir dari hidung dan lehernya.

Hwangyu tidak akan ragu lagi untuk mengatakan, darah Anneliese benar-benar sama seperti apa yang ia lihat fajar lalu. Berwarna ungu gelap kehitaman, sangat berbeda dari penyihir biasa. Bahkan, sisa-sisa cairan yang telah mengering di pakaian Anneliese pun memiliki warna yang sama.

Tidak mungkin ... Tuan Putri adalah salah satu legenda yang telah hilangkan? Bagaimana bisa?

"Raja hanya penyihir biasa, tapi yang Mulia Ratu ... apa mungkin, dia salah satu bagian dari Dianthe Vennoctum?" Hwangyu terdiam beberapa lama, gumaman samarnya bahkan terdengar sangat mengerikan walau hanya untuk didengar oleh dirinya sendiri. "Itu artinya, penyegelan Tuan Putri selama ini, bukan untuk menahan kekuatan yang akan diturunkan oleh Yang Mulia Raja. Tapi, untuk menghalangi sesuatu yang lebih besar."

Hwangyu tahu, kali ini akan timbul masalah yang sangat serius jika dugaannya benar.

Terlebih, Anneliese langsung dinyatakan koma. Dan sampai hari-hari berikutnya, harus kembali terbaring di ranjang pesakitan. Membuat desas-desus muncul dan akhirnya menyebar luas ke seluruh pelosok istana.

* * *

231106, Mon.

Amell_5

Login to PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang