Selamat datang di keluarga Bapak Jaka! Sendalnya tolong di lepas nanti ibu ngamuk
"Anak Bapak yang paling ganteng tuh Bang Jai, kalau yang paling bisa di andelin udah pasti Bang Nathan, yang paling pinter Bang Jejen, kalau Jibran itu sisa ampas kopi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apapun demi Jibran aing maju paling depan
—Jejen Samsonnya Bapak Jaka—
•~~•
—Hari ini Jejen dibuat mengernyitkan dahinya berlipat-lipat seraya memandangi sosis bekal yang dibuat dengan sedemikian rupa seperti gurita dan nasi yang di cetak berbentuk paus dengan taburan nori yang begitu menggemaskan.
"Lucu amat bekel lu jen"
"WAHHHHH!!!!!"
"FAK KATA GUE TEH JEN! ELU KENAPA?!" Gebrakan meja Jejen mengejutkan Nana yang tadi sedang memandang kagum pada bekal makan temannya itu.
"ABANG GUE LAGI GALAU BRUTAL!"
"Hah?"
"PANTESAN TADI PAGI MELON DI RUMAH POTONGANNYA DIBENTUK JADI BURUNG MERAK!—FIKS ABANG GUE LAGI PATAH HATI!!!"
"Abang lo yang mana?"
"BANG JAI LAH, BANG NATHAN KALAU GALAU MALAH JAJANIN SATU KELUARGA KE RESTO MAHAL"
Nana jadi merasa dongo "Keluarga lo emang isiannya uhm—luar biasa semua ya"
"Nggak juga, tapi kenapa?"
"Apanya?"
"Kira-kira nih Na, kalau lo jadi kambing yang belum dikebiri—"
"—ogah!!"
"Nah kan begonya di tanem, denger!"
"Heem kenapa?"
"Kalau Bang Jai patah hati, kira-kira gimana perasaan leluhur lo?"
"Satu abang lo bukan tipe yang susah cari kerja jadi gak mungkin kalau patah hati gara-gara di tolak kerjaan"
"Betyul"
"Dua, abang lo pasti gak punya konflik sama temen temennya, soalnya mas bro ini baik hati dan suka menolong walau kadang yang di tolong gak mau ditolongin"