Selamat datang di keluarga Bapak Jaka! Sendalnya tolong di lepas nanti ibu ngamuk
"Anak Bapak yang paling ganteng tuh Bang Jai, kalau yang paling bisa di andelin udah pasti Bang Nathan, yang paling pinter Bang Jejen, kalau Jibran itu sisa ampas kopi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini adalah proses untuk titik di 5 tahun mendatang
—Jaitrama—
•~~•
—Hari ini terasa lebih terik rasanya, bahkan ketika jam menunjukan pukul 4 sore, adanya suasana langit dan udara terasa lebih panas dari biasanya.
Jibran baru saja sampai didepan teras rumahnya, sedikit terengah karena tidak kuat dengan panas yang menyengat, wajahnya sedikit memerah dengan keringat yang membasahi dahinya.
Dari taman sebelahnya Jai muncul seraya menyeruput segelas es sirup berperisa coco pandan begitu segar dengan suara seruputan yang membuat Jibran menengok dengan segera.
"MAU"
"Yang bau asem matahari—Gak dikasih"
Jibran berdecak dan tanpa basa - basi mendekat pada Jai sebelum memonyongkan bibirnya ke arah gelas yang dipegang kakaknya itu.
Terkekeh kakak laki - lakinya tersebut membiarkan Jibran menyeruput minumannya dengan mengadahkan sebelah tangannya dibawah dagu Jibran.
"Enak?"
Jibran mangacungkan jempolnya mantap sambil mengangguk beberapa kali.
"Sana buka sepatu"
Anak itu melompat - lompat kecil dengan sebelah kaki sebab sebelah sepatunya telah ia lepas.
"De?"
Jibran menengokan kepalanya.
"Habis darimana?"
"Sekolah"
"Jejen hari ini udah gak terlalu banyak kegiatan disekolah—kamu gak apa-apa berangkat pulang sendirian?"
"Gak apa-apa, aku pulang sama Cedric kan?"
"Iya" Jai tersenyum lebar seraya mengusap rambut Jibran dengan lembut.
Jai ikut duduk disamping Jibran yang sedang membuka kaos kakinya, melipatnya dengan rapih dan memasukkannya ke dalam sepatu.
Aturan hidup Jibran = ganti kaos kaki 2 hari sekali