4

1.7K 56 12
                                    

Sinta si babi hutan memiliki kemampuan untuk menerawang masa depan. Karena itulah, Melanie dan Ahras sangat membutuhkan bantuan dari Sinta dan Santi. Agar mereka tak salah langkah dalam menentukan tempat dimana mereka harus tinggal selanjutnya.

Baik Ahras, Melanie dan Santi mulai mendekati Sinta. Wajah Melanie selalu cemas karena mungkin sebentar lagi mereka harus menentukan langkah selanjutnya. Langkah kecil yang jika salah, maka akan membuat mereka menyesal selamanya.

Mereka bertiga mendekati Sinta yang berbaring diatas kain yang memang disiapkan untuknya. Tangan Ahras dan Melanie menyentuh Sinta, begitu juga Santi yang ingin melihat penerawangan itu.

"Ayo kita ke dunia Quantum Realm!" Ungkap Sinta yang menggunakan istilah aneh.

"Haaa, apa itu?" Melanie keheranan.

"Ya,,, aku lihat di Film Infinity War, seseorang bisa mengecil dan berpindah dari masa ke masa." Ucap Sinta yang kecanduan film. (Yang dimaksud adalah adegan the Ant-Man)

"Arrrggghhh,,, makanya jangan nonton film terus!" Santi mengamuk.

"Ya,,, karena aku babi dan susah bergerak. Jadi aku nonton aja." Ungkapnya santai.

"Yaudah, ayo teruskan. Aku tak sabar untuk berpindah ke tempat selanjutnya." Ahras berkata.

"Ok, siap!" Sinta berbisik.

Tiba-tiba, pandangan mereka berempat berubah menghitam. Tubuh mereka berputar ditengah pusaran cahaya dan berhenti disebuah lubang hitam yang membuat tubuh mereka mengambang. Lalu mereka berputar lagi ke dalam dan menemukan pandangan.

"Siapa itu?" Tanya Ahras dengan suara menggema.

"Namanya, Anjanie. Ia adalah seorang wartawan yang sedang mencari keberadaan kaum Saklawase." Ungkap Sinta.

"Apa! Kita bukanlah objek berita," Ahras menatap seorang wanita yang bermata coklat dengan rambut sebatas telinga dan acak-acakan. Menurutnya, ia juga blasteran seperti Melanie.

"Tidak bisa dibiarkan. Dimana letaknya, aku ingin kesana!" Melanie cukup geram dengan wanita itu. Wajah putih yang cantik dengan mata coklat. Rambutnya hitam kemerahan pendek dengan tatapan pintar.

Lalu, pandangan berpindah ke sebuah rumah yang diketahui rumah Pak Darsono. Anjanie diberi buku usang yang membuat Ahras dan Melanie bergidik.

"Ituhhh!" Melanie menatap buku itu.

"Apa ituhhh!" Ahras terlihat kebingungan.

"Itu, dimana kau meninggalkan buku itu." Ungkap Melanie menanyakan kepada Ahras.

"Mnnnn,,, nggak tau. Lupa, itu sudah sekitar limapuluhan tahun yang lalu." Kata Ahras terbata.

"Bodoh! Itu Jurnal ilmiah yang ditulis oleh Professor Herringard. Jurnal itu berisikan makhluk seperti kita. Untuk itulah wanita itu mencari kita. Jika sampai seluruh dunia tahu, dimana lagi kita harus tinggal!" Melanie meraup wajahnya dengan kedua tangannya. Seakan ia tak percaya bahwa keberadaan orang-orang yang hidup selamanya memang benar adanya.

"Itu,,, mnnn,,, baik kita harus bertindak mencegahnya datang kemari." Ungkap Ahras agar menenangkan Melanie.

"Kau selalu meninggalkan masalah!" Melanie mengeluhkan hal itu. Sama seperti sebelumnya, Melanie adalah gadis yang pintar dan selalu berpikir sebelum bertindak. Sedangkan Ahras selalu melakukan sesuatu tanpa tindakan yang jelas. Pernah sekali ia meninggalkan bulu-bulunya dikasur mangsanya, atau meninggalkan jejak kakinya di bawah jendela. Kecanggihan teknologi membuat mereka harus membaur tanpa ketahuan.

"Maaf, sayang." Melanie menepuk pundak Melanie yang meringkuk di lantai.

"Kita harus temukan buku jurnal itu." Ungkapan Melanie mengaburkan dunia samar yang dilalui mereka berempat. Seketika ruang sekitar berubah menjadi rumah Melanie dan Ahras.

Saklawase II : Orang-orang yang hidup selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang