16

1.5K 44 4
                                    

Mata Anjanie mengerjap menatap langit pagi yang menyejukan. Rumput-rumput yang bergoyang menyentuh kulitnya yang putih merona. Goyangan rumput itu seakan membuatnya tetap terjaga walau sekilas ia seperti berpindah dari tempat aslinya. Ia kembali mengedipkan mata dan berusaha mengingat serpihan-serpihan ingatan yang dialaminya. Ia barusaja berada di gubuk kecil dengan seekor ular piton yang melilit tubuhnya. Kini ia berada dipadang rumput luas dan dikeliling bunga-bunga bermekaran. Anjanie menatap dirinya sendiri, ia masih telanjang seperti yang ada diingatannya. Dalam hatinya, ia berpikir apakah ia sudah mati? Dan apakah ini surga? Atau inikah pintu neraka? Anjanie tak dapat berkata-kata.

Lalu Anjanie mendengar suara langkah seorang pria. Ia juga telanjang bulat seperti Anjanie. Wajahnya putih dengan rambut cepak dan matanya tajam. Alisnya mengukir seperti celurit menghiasi matanya. Namun Anjanie bergidik ketika melihat kejantanan Pria itu.

"Hei, namaku Rajapasha." Ungkap pria yang mengaku sebagai Rajapasha.

"Siapa kamu? Dimana ini?" Cecar Sinta sembari menutupi bagian tubuhnya. Tangannya mengapit menutupi buah dadanya dan tangan satunya menutupi selangkangannya.

"Tak usah ditutupi karena sebentar lagi aku ingin mencicipimu." Ucap Rajapasha sembari menjulurkan lidahnya yang bercabang dua. Seperti lidah ular piton yang melilit tubuh Anjanie.

"Apa yang ingin kau lakukan! Cepat pulangkan aku! Dimana tempat ini?" Pinta Anjanie mencecar.

"Ini adalah alam bawah sadarmu. Kau tak perlu khawatir, kau sedang menikmatinya!" Perkataan Rajapasha sangatlah sopan, namun hal itu seperti mengingatkan Anjanie pada kejadian di gubuk itu.

"Apa yang sedang kau katakan!?" Tanya Anjanie menyergap.

"Lihatlah!" Rajapasha mengayunkan tangannya. Lalu penglihatan Anjanie berubah menjadi melihat dirinya sendiri yang sedang berbaring beralaskan tikar di gubuk itu. Tubuhnya terlentang sembari menghenjut-henjut ketika tubuh ular melingkar tubuhnya. Ular itu terus bergerak merayap ke tubuh Anjanie yang menggeliat karena tubuh ular itu menggesek tepat di selangkangan Anjanie. Sesekali tangan Anjanie membelai kepala ular yang seakan sedang menidurinya itu. Lalu, tatapan kosong Anjanie menatap ular yang sudah mengubah Anjanie sebagai budaknya. Ia membiarkan kepala ular itu menjilati tubuhnya seakan tubuh Anjanie adalah santapan baginya.

Lalu Anjanie terkejut dengan ekor ular yang menggeliat dan memainkan selangkangannya. Ekor ular yang lebih kecil dari tubuhnya menari menyentuh selangkangan Anjanie yang sudah lembab. Anjanie merasa, bagian ekor ular itu bagaikan batang kejantanan seorang pria yang kapan saja bisa menyerangnya. Tak di tempat asli ataupun di alam bawah sadarnya. Anjanie bergidik ngeri ketika melihat tubuhnya sendiri dikawini oleh ular piton yang berukuran besar, sedangkan ia sendiri merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

"Kau menikmatinya, bukan?" Bisik Rajapasha yang entah kapan sudah berdiri di belakang Anjanie. Kedua tangan menyelip di ketiak Anjanie dan memilin puting susunya.

"Auuhhh,,, jahngaaannn!" Seru Anjanie dengan getaran suara berbeda. Ia meronta, namun gerakan tubuhnya malah menyentuhkan bongkahan pantatnya ke batang kejantanan Rajapasha yang kencang.

"Kau lihat sendiri!" Ungkap Rajapasha yang memainkan puting susu Anjanie dengan jemarinya. Jemari kekarnya meremas menyentil putingnya.

Anjanie tak sanggup berkata-kata, ia kembali melirik tubuhnya sendiri lewat penglihatan yang diberikan oleh Rajapasha. Tubuhnya berbalik tengkurap dan lidahnya menjilati kulit ular piton itu. Lalu pinggulnya menungging seakan menginginkan ekor ular itu menusuk liang kewanitaannya.

Rajapasha berbisik ada Anjanie ketika Anjanie tak sabar bahwa pantatnya sudah menungging di depan pria misterius itu. "Mereka hanya ingin darah perawanmu. Kau tahu si tua Mantir tak dapat mendekatimu."

"Tah,,, tapiihh,, auhhh gehlii lepasiiin!" Gerakan jemari Rajapasha di puting susu Anjanie membuat getaran suara Anjanie berubah. Tubuhnya mengeliat menyentuhkan bongkahan pantatnya ke batang kejantanan Rajapasha.

"Tenanglah, ini tak akan lama. Lalu kamu akan selamat." Bisik Rajapasha.

"Tapiihhh,,, akuhhh takk kuaaahhtt ssaaahhkittt!" Anjanie merengkuh menjelaskan kesakitan sebelum kenikmatan ketika bibir keperawanannya pecah.

"Aku akan melakukannya dengan hati-hati." Bisik Rajapasha berjanji.

"Auuuuuuurrrrhhhhhh!" Tiba-tiba, Anjanie merasakan sesuatu menyeruak melalui liang kawinnya. wajahnya menunduk melihat batang itu merangsek mengikuti liang senggamanya sendiri. Lalu ia melihat dirinya sendiri yang merasakan hal sama. Ekor ular itu mulai merangsek memasuki liang kewanitaannya.

Sesaat Rajapasha membiarkan liang senggamanya dipenuhi oleh lendir, darah segar dan batang kejantanan Rajapasha. Namun lama kelamaan, Anjanie merasakan sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya. Tubuhnya tegang dengan bulu kuduk mulai merinding. Nafasnya panas dan ia mulai menggerakkan pinggulnya seakan ia meminta Rajapasha mengawininya.

"Hehe," senyum kecut Rajaspasha yang melihat Anjanie menyukai batang kejantannya. "Kamu suka bukan?"

Tiba-tiba,

"Aahhh,,, auhhh!" Rajapasha mulai memompa tubuh Anjanie yang menggelepar kesana kemari. Wajahnya bergetar merasakan rasa yang tak bisa dijelaskan oleh siapapun. Rasa sakit dan nikmat silih berganti menyatukan ingatannya. Terlebih lagi, ia tak dapat kemana-mana lagi. Tubuhnya terpasung di tubuh Rajapasha yang terus memacu nafsunya.

"Auhhh,,, jangan,,, pelan-pelan." Ucapan Anjanie seakan direspon sebaliknya oleh Rajapasha. Gerakan Rajapasha menggoyangkan tubuh Anjanie dengan cepat sehingga membuat Anjanie mengerang keenakan.

"Kau belum pernah melakukannya?" Tanya Rajapasha berbisik kepada Anjanie.

"Heeemmn," Anjanie hanya menggumam. Ia tak sadar bahwa gerakan pinggulnya mengimbangi geraman Rajapasha.

Lalu,

Rajapasha menghentikan gerakannya, meninggalkan Anjanie yang masih bergerak menggoyangkan badannya. Sesaat senyum itu mengalir dari bibir Rajapasha. Ia sudah meyakin Anjanie bahwa kegiatan ini sungguh mengasyikkan.

"Ahhhhhh,,," Anjanie melantunkan desahan nikmatnya. Lalu terjatuh lunglai ke rerumputan. "Haaahh,,, sudah, stop, hentikan." Anjanie memohon. Namun Rajapasha masih ingin meneruskan niatnya. Ia mendekat dan duduk di hadapan Anjanie.

Anjanie hanya dapat bergerak mundur, namun kedua betisnya tertahan oleh Rajapasha. "Tenanglah, ini akan nikmat!"

"Tidak, jangan! Sakit!" Bisiknya seraya meneteskan air matanya. Lalu, Rasapasha mulai menimpa tubuhnya. Awalnya memang sakit, namun setelah itu.

Anjanie merasakan rasa sakitnya menghilang. Rasa gatal yang melanda membuat tubuhnya meremang. Matanya terlihat sayu menatap wajah Rajapasha yang cukup tampan. Bibir menebal seiring dengan desisan syahdu di sela-selanya. Buah dadanya bergoyang mengikuti goncangan yang menerpa dirinya. Lalu kedua tangannya menahan dada bidang dari Rajapasha yang menimpa tubuhnya, sambil sesekali ia mencengkeram kulit kerasnya. Anjanie melirik bagian bawah tubuhnya yang tertusuk oleh batang kejantanan yang kencang milik lawannya. Sesekali ia melihat darah perawannya dan lendirnya bercampur menjadi satu.

Lalu,,,

"Mnnnnnffftt,,, haaaah,,, sudaaaahhh!" Anjanie tak sanggup menahannya lagi. Ada sesuatu yanf keluar dari rahimnya. Sesuatu seperti cairan yang mengalir mengikuti gerakan Rajapasha. Anjanie menatap wajah Rajapasha yang tersenyum seakan menandai kemenangannya. Anjanie tak mungkin tersenyum karena ia masih berada dalam bahaya. Walau sebenarnya, ia ingin tersenyum mengeluarkan segala hasratnya.

Saklawase II : Orang-orang yang hidup selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang