Janda Muda

50.5K 142 7
                                    

Rini, seorang wanita muda yang tinggal sendirian di sebuah desa, akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kalangan pemuda. Pasalnya, dia tidak mau membuka hati sedikitpun semenjak ditinggal mati oleh suaminya yang seorang tentara. Saat suaminya gugur di medan perang, Rini sedang mengandung 3 bulan, dan kini perutnya semakin membuncit karena sudah mendekati masa persalinan, tapi dia tetap memilih untuk tinggal sendiri, padahal banyak pria yang sudah mencoba mendekatinya menawarkan lamaran. Mereka bahkan bersedia merawat bayi yang akan Rini lahirkan kelak. Tapi Rini tetap tidak mau.

Kedua orang tua rini sudah meninggal, dia tidak memiliki saudara, mertuanya pun tinggal jauh di kota lain. Sekarang Rini menghidupi dirinya sendiri, bercocok tanam di sepetak tanah peninggalan suaminya. Meskipun dengan perut besarnya, Rini tidak mengeluh. Berkali-kali berjongkok, berdiri, berjongkok, berdiri, untuk memanen ubi. Rini memakai kain jariknya agak longgar agar kedua pahanya bisa terbuka lebar ketika berjongkok, perutnya sangat mengganjal dan berat. Dia harus bertumpu pada sebelah tangan sambil menahan perut bagian bawahnya ketika berdiri. Orang-orang yang melihatnya menggelengkan kepala, merasa kasihan melihat Rini begitu kesulitan bekerja.

"Nduk, leren'na disik. Mesakke jabang bayimu."
(Nak, istirahat dulu, kasihan bayi dalam perutmu.)
Kata seorang ibu tua yang juga sedang bekerja di sebelah ladang Rini.

"Nggih Bu."
Rini menurut, hari sangat terik, lagipula perutnya memang terasa tidak nyaman sejak pagi. Rini berdiri lalu berjalan tertatih sambil menopang perutnya ke sebuah gubug tempat istirahat. Setelah minum beberapa teguk air dan mengelap keringat, Rini kembai mengusap perutnya.

"Ssssshh.... mmmh..."

"Kenapa nduk?"
Ibu tua tadi bertanya sambil ikut beristirahat.

"Mules Bu.."

Ibu tua itu memegang perut Rini.
"Atos banget nduk, wis njaluk metu ketoke. Wis ndang mulih kana. Tak undangke mbok Marni yo?"
(keras sekali nak, sudah minta keluar sepertinya. Sudah, cepat pulang sana, tak panggilkan Mbok Marni ya?)

"Mboten sah Bu. Kula ngge istirahat mawon teng griya, mbok menawi mangke ilang."
(Tidak usah Bu. Saya pakai untuk istirahat saja di rumah, mungkin nanti hilang sendiri sakitnya.)

"Yowis kana, ati-ati."
(Yasudah sana, hati-hati.)

Rini pun kembali pulang ke rumahnya, berjalan perlahan menyusuri pematang sambil menopang perut dengan kedua tangan. Sesekali dia berhenti dan mendesah jika mulas itu datang lagi. Rumahnya hanya 1 Km dari ladang, tapi kali ini perjalanannya terasa sangat jauh.

"Rin, mau ke mana?"
Sapa seorang pria dari arah belakang.

Rini menoleh. Ternyata itu mas Karjo, tetangganya.
"Pulang mas.."

"Ayok mas anterin. Mas juga mau pulang."

Rini agak berpikir. Biasanya dia akan menolak, karena mas Karjo agak... Ah~ Rini agak mengernyit sambil menggigit bibir karena mulas itu datang lagi, tapi enggan menunjukkan rasa sakitnya di depan mas Karjo.

"Boleh mas.."
Rini akhirnya menerima karena dia ingin cepat sampai di rumah. Naik gerobak sapi mas Karjo akan membantunya.

Dudukan gerobak itu cukup tinggi, Rini menginjakkan kaki ke pijakan untuk naik ke belakang gerobak. Mas Karjo memegangi Rini agar tidak jatuh, dan tentu saja agar bisa sekalian sedikit menyentuhnya... Rini merasakan tangan mas Karjo mengambil kesempatan mengelus pantatnya, tapi dia diam saja karena tidak mau mencari keributan, dia hanya ingin cepat pulang.

Klontang. Klontang. Klontang. Klontang.

Suara lonceng kalung sapi terdengar. Gerobak mas Karjo mulai berjalan menyusuri jalan berbatu. Meskipun jalannya lambat, tapi tetap membuat Rini dan perutnya bergoyang. Sebelah tangan Rini berpegangan pada gerobak, sebelah tangan lainnya menahan perut yang mengencang, apalagi jika roda melewati batu atau jeglongan, guncangannya memberikan hentakan yang menyakitkan bagi Rini. Dia semakin berkeringat menahan sakit, kemaluannya terasa perih seperti terdorong sesuatu dari dalam ketika gerobak anjlog, tapi ini cara tercepat untuk sampai ke rumah. Rini kembali menggigit bibir untuk menyembunyikan rasa sakitnya. 

Melahirkan (Oneshot - Jadul version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang