Chapter 1

1.4K 72 9
                                    

"Deburan ombak tak memecah lamunanku, keindahan langit sore semakin menenggelamkan pikiranku.
Senja yang terlihat sama seperti kemarin dan sepuluh tahun lalu."

Meera termenung sepanjang hari dipinggir pantai, ia memikirkan nasibnya yang tak mendapatkan pekerjaan meski telah menyelesaikan pendidikannya tiga tahun yang lalu.

Memang sulit mendapat pekerjaan didesa terpencil tempat ia tinggali, itulah yang menjadi penyebab sebagian teman sebayanya merantau ke kota demi merubah nasib mereka.

"Permisi, bolehkah aku duduk disini?".

Suara seorang pria membuatku tersadar dari khayalanku, seketika itu aku menoleh kearahnya, ia adalah pria yang belum pernah kulihat seumur hidupku, walau hanya kakinya saja yang tampak dipandanganku.

Kala itu aku menundukkan pandanganku kepasir yang sebagian menutupi kakiku, meski begitu mataku sedikit melirik kesamping tempat ia berdiri.

"Oh silahkan."

Ujarku yang sedikit canggung dan bingung, namun tidak mungkin aku diam saja bagai orang bisu.

Hingga kemudian tanpa rasa malu, ia duduk tepat disampingku.

"Begitu luas pantai ini, mengapa harus disini?".
Pikirku yang merasa tak nyaman akan kehadiran dirinya.

"Sungguh pemandangan senja yang indah."
Tutur pria asing itu sembari menyipitkan matanya yang tampak kesilauan.

"Begitulah suasana pantai didesa ini."

Jawabku singkat, bagiku ini pertama kalinya aku berbicara dengan pria yang sepertinya seumuran denganku.
Disekolahku dulu tak ada yang akrab ataupun sudi berbicara denganku, mereka menghindari serta mengejekku miskin.

"Penat yang kurasakan seketika luntur setiap aku menatap laut biru itu, untungnya tak banyak yang tahu akan tempat ini, hingga keindahannya selalu terjaga, benar bukan?".

Lenguhnya yang terus mengajakku berbincang.

"Ntahlah, aku tidak merasakan apa-apa, mungkin karena aku sudah terbiasa sejak kecil disini."

Pungkasku datar yang saat itu tahu bahwa ia melirik kearahku, karena ketika aku menoleh padanya mata kami saling bertatapan.
Hingga tanpa sadar aku mulai menilai penampilannya.

Seorang pria yang mengenakan kemeja putih panjang dan celana panjang bewarna hitam, pakaian itu tampak rapi dan mahal, berbanding terbalik dengan pakaianku yang tak layak ini.

Rasa minder mulai menggerogotiku.
Aku iri padamu yang sepertinya hidup dengan nyaman meski aku ini tidak mengenal dirimu.
Dan aku membenci tatapanmu, seolah mengasihani diriku yang terlihat menyedihkan.
Sungguh, aku tidak suka suasana sendu ini.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?".

Seruku yang sangat tak nyaman akan tatapannya, hingga membuat ia tersentak, mungkin pertanyaanku ini terasa aneh baginya.

"Ah tidak, sepertinya aku sudah terlalu lama, maaf jika aku menganggumu, Aku pergi dulu."

Timpal pria asing yang beranjak dari tempat kami bersila, sembari membersihkan pasir yang menempel dicelananya.

"Langit mulai gelap, sebaiknya pulanglah."

Ucap pria itu lagi dengan senyuman diwajahnya, perlahan ia mulai berjalan membelakangiku.

Tak bisa ku sembunyikan tatapan sinisku pada pria asing itu.

Seorang pria tinggi berambut hitam pekat, dengan kulit sawo matang dan hidung mancung.

Punggung pria tampan itu mulai menjauh dari pandanganku.
Dan saat ku toleh matahari yang kala itu seperti terbenam dalam lautan, keheningan mulai terasa, hanya ombak dan gelombang laut yang menemaniku.
Namun ntah mengapa berat rasanya diriku untuk kembali pulang.

Kala itu, tanpa sengaja jemariku mengacak pasir sebab gundah yang aku rasakan, dan saat aku mengenggamnya, semacam ada benda asing yang kutahu aku tidak pernah memilikinya.
Sebuah cincin, yang pastinya pria asing itu telah menjatuhkannya.

Sontak aku bangkit dan berlari kearahnya, namun sayangnya sosok pria itu tak terlihat lagi.
Angin semakin kencang, air laut memakan sebagian bibir pantai, cahaya bulan tak dapat menerangi jejak kaki yang mulai pudar.

Perlahan aku melangkahkan kakiku, menelusuri pantai dengan harapan bisa menemukan pria asing itu, atau bisa saja ia kembali setelah sadar akan benda miliknya yang telah hilang.
Namun, ia tak juga kembali meski aku menunggunya selama tiga jam.
Hingga akhirnya aku memutuskan pulang kerumah.

_____________________________________

pecintasenjamu

DILAUT ITU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang