Bugh!
Seorang gadis terpental cukup jauh setelah mendapat tendangan kejutan dari lelaki yang sudah berumur itu. Ia terbatuk di lantai yang dingin sembari memegangi perutnya yang menjadi sasaran tadi.
Perlahan ia menatap pria yang berdiri didepannya dengan tatapan penuh permusuhan, ia mencoba bangkit agar tidak terlihat lemah.
"Sudah saya bilang berkali-kali, berhenti bermain-main dengan teman-teman bajinganmu itu, apakah kamu tidak paham bahasa manusia, HAH?" Urat-urat di area wajahnya menegang menandakan pria itu benar-benar murka sekarang.
"Ck, mereka-"
"DIAM! Besok kamu akan pindah sekolah ke rumah kakek mu." Putusnya secara sepihak.
"Lah, ga bisa gitu dong, gua juga berhak nolak." Ia berusaha menyuarakan ketidaksetujuannya.
"Peduli setan saya sama penolakanmu, keberangkatanmu besok pagi jam 07:45, paham?" Setelah mengatakan itu pria itu melangkah pergi begitu saja.
"Cih." Ia memandangi punggung pria itu dengan kesal, tapi apa boleh buat ia tak bisa melawan pria itu.
***
Keesokannya Echa sudah rapi dengan pakaian santainya tak lupa koper berwarna hitam sudah berada dalam genggamannya.
Kini ia sudah berada di bandara tinggal menunggu gilirannya untuk Check-in
kemudian berangkat menuju ke rumah sang kakek."Cha? Lo mau kemana?" Echa yang tengah mengantri untuk dipanggil di bandara itu sontak menoleh ke sumber suara.
"Kenzo." Ia sedikit kaget dengan keberadaan teman lelakinya, ia menelisik antriannya sebentar kemudian keluar dari barisan itu dan mendekati lelaki yang baru saja menyapanya.
"Ken, tolong bawa gua pergi dari sini." Ucapnya setengah berbisik dengan penuh harap.
Lelaki itu mengerutkan keningnya bingung mendengar permintaan teman gadisnya yang tiba-tiba.
"Maksud lo apaan dah? Gua gak ngerti." Ujarnya dengan kerutan di dahi.
"Ck, bokap gua ngirim gua ke rumah kakek, gua mau lo bawa gua kabur dari sini." Pintanya yang baru bisa dimengerti oleh lelaki itu.
Kenzo mengangguk sebentar, kemudian ia menelisik area sekitarnya hendak mencari tahu kenapa temannya itu berbicara dengan volume kecil. Sadar akan beberapa pasang mata dengan setelah jas hitam tengah mengawasi mereka di area pintu keluar membuat ia mengerti.
"Bokap lo ngirim bodyguard kesini?" Tanya Kenzo yang langsung diangguki oleh gadis itu.
"Iya."
"Kalau itu emang permintaan bokap lo, gua nggak bisa apa-apa Cha, yang ada dia makin marah sama kita. Untuk sementara lo turutin dia dulu ya, kita bakal bantu lo cari solusi." Ucap Kenzo membuat gadis itu berpikir sejenak.
"Sorry, ga bisa bantu sekarang, have fun ya disana." Tambah Kenzo sembari mengelus puncak kepala Echa sebelum melangkah pergi.
Echa mengerutkan keningnya. "Ga lucu Ken, lo bercanda kan? Come on, bawa gua pergi, masalah itu kita pikirin nanti aja." Pinta Echa namun Kenzo malah melangkah menjauh sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi sebagai salam perpisahan keduanya.
"Sial!"
Echa menatap para bodyguard yang masih menatapnya intes kemudian berbalik mengantri untuk Check-in sebelum menaiki pesawat. Sementara Kenzo ia menghentikan langkahnya setelah dirasa cukup berjarak dengan posisi Echa sekarang.
"Lebih baik gitu Cha, gua gamau lo terlibat hal-hal berbahaya lagi." Gumam Kenzo sambil menatap punggung gadis itu memastikan gadis yang ia lindungi selama ini benar-benar masuk ke pesawat.