#Second Page

48 21 3
                                    

Echa membuka matanya perlahan mencoba menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Kelasnya sudah sepi dan hari pun mulai gelap. Ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku itu, kemudian melangkah pergi keluar.

Lorong yang biasanya ramai kini sepi seakan tak berpenghuni, hanya ada beberapa siswa yang terlihat bermain di lapangan basket. Echa melihat ponselnya dimana ada 18+ panggilan dan juga puluhan pesan tak terjawab dari "Tua bangka" yang pastinya bukan dari pria tugas itu melainkan dari sang adik.

Echa memilih mengabaikannya dan memasukkan kembali ponselnya kedalam tas ransel. Ia berjalan lirih menuju ke gerbang utama sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.

"Eh, Echa hai." Sapa seseorang membuat Echa mau tak mau menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh sejenak ke area parkir mobil dimana ada dia gadis yang ia temui tadi pagi.

Echa menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya apa mau mereka. Ia terlalu lelah untuk bersuara jadilah menggunakan bahasa isyarat yang belum tentu dimengerti oleh lawan bicaranya.

"Mau pulang bareng nggak?" Tawar Meysha sambil memegang kendali stir.

"Nggak usah ditanya lagi sih Mey, kere dia bayar makan aja nggak bisa." Ledek gadis di sebelah Meysha yang belum Echa ketahui namanya.

"Ck."

"Hahaha... Ayo masuk." Ajak Meysha tanpa panjang lebar Echa langsung masuk kedalam mobil pajero berwarna putih itu. Ia duduk sendirian di kursi belakang.

"Hihihi.... canda." Ucap gadis yang meledeknya tadi sambil mengacungkan dua jari nya.

"Hm." Echa menghiraukannya karena ledekan gadis itu benar adanya. Tapi salahkan si tua bangka itu yang tak memberi uang sepeser pun padanya.

***
Setelah kepergian dua gadis itu Echa langsung masuk ke rumahnya sembari memijat tengkuk kepalanya yang terasa sakit.

Langkahnya terhenti kala tak sengaja matanya bertubrukan dengan pria yang membuatnya menahan malu di sekolah tadi.

Tanpa mau menyapa, Echa kembali melangkah menuju ke kamarnya yang berada di lantai kedua menghiraukan dua manusia yang tengah sibuk di meja makan.

"Kak Echa nggak mau makan?" Tanya Kia setengah berteriak karena Echa sudah berada di lantai atas.

"Nanti."

"Huft..." Kia melirik sang kakek yang tengah menatapnya kemudian menundukkan kepalanya cepat sembari memakan makanannya.

Echa merebahkan tubuhnya di kasur berukuran lumayan besar itu. Matanya terpejam merasakan kenikmatan saat tubuhnya bersentuhan dengan kelembutan kasur.

Tring!

Echa membuka matanya dengan terpaksa kemudian meraih ponsel yang ia letakkan diatas nakas tadi.

"Egar?"

Echa langsung bangkit dengan posisi duduk kemudian membuka room chatnya dengan seseorang yang ia panggil Egar itu.

"Lo dimana? Kenapa nggak ngabarin? Lo gapapa kan?"

Echa menghela napasnya pelan. Ia lupa mengabari teman-temannya yang ada disana. Tapi bukankah Kenzo menjadi saksi atas kepergiannya? Apa lelaki itu tak memberitahu yang lain?

"Gua di luar kota, sorry buru-buru soalnya."

Setelah menekan tombol kirim, Echa kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

***
Di lain tempat, sekumpulan lelaki tengah asik dengan game yang mereka mainkan. Segala macam bentuk umpatan tak lupa mereka ucapkan.

Ada juga gadis ditengah-tengah mereka. Seolah terbiasa dengan umpatan mereka gadis itu mengabaikannya dan memilih menikmati vape yang ada di genggamannya.

My Happiness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang