#Sixth Page

6 1 0
                                    

Weekend telah usai tinggal kembali ke aktivitas semula. Namun, berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jika biasanya Echa dijemput oleh teman-temannya kali ini ia membawa motor sendiri bersama sang adik yang akan ia antar lebih dulu ke sekolahnya.

Jarak antar sekolah mereka tak terlalu jauh, masih satu arah jadi hal itu tidak akan membuat Echa telat masuk sekolah.

"Makasih kak, bye sampai ketemu nanti." Kia melambaikan tangannya sebelum memasuki sekolahnya.

Setelah mengamati kepergian sang adik, Echa langsung menancap gas motornya menuju ke sekolahnya sendiri.

"Eh Kia, tadi itu siapa?" Tanya salah seorang teman lelaki Kia saat gadis itu baru mendudukkan bokongnya ke bangku.

Kia menatap lelaki itu lamat-lamat sebelum akhirnya menjawab. "Kakak Aku, kenapa emang?"

"Ouh enggak, cuman baru pertama kali liat aja." Kia mengangguk mengerti.

Echa memarkirkan motornya di parkiran sejajar dengan motor-motor siswa lainnya. Masih ada waktu 10 menit sebelum bel masuk berbunyi, jadi Echa memilih untuk nongkrong sebentar di parkiran sembari memainkan ponselnya.

Tak lama deru motor terdengar beriringan dengan pekikan para gadis yang sangat menganggu indra pendengaran Echa. Ia menoleh mencoba mencari sumber kebisingan tersebut hingga akhirnya motor zx25r berwarna hitam mendekat kearahnya dan berhenti tepat disebelah motor matic miliknya.

Echa mengangkat alisnya kala dirinya bisa menyimpulkan kalau lelaki inilah penyebab pekikan para gadis itu.

Setelahnya, gadis itu memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya kemudian beranjak pergi kala melihat kedua temannya di parkiran yang berbeda dengannya.

Sementara itu, pandangan lelaki mengikuti pergerakan Echa sebelum akhirnya ia tersenyum smirk dibalik helm full face miliknya.

"Kenapa lo?" Tanya Echa pada Aeza yang seolah menatapnya horor.

"Kok bisa lo sebelahan sama dia? OMG! Lo mau nikung gua?" Tuding Aeza yang membuat Echa kebingungan.

"Hah?"

"Wkwkwk, cowok itu crush nya dia." Tunjuk Meysha pada lelaki yang berada di parkiran yang sama dengannya. Echa mengangguk mengerti kemudian beralih menatap Aeza.

"Gosah alay, gua ga tertarik sama boti." Terang Echa.

"Any***! Cowok keren gitu lu kata boti? Wah, ayo ikut gua ke dokter buat periksa mata lo." Ucap Aeza sembari bersiap menarik lengan Echa.

Sementara Echa hanya meresponnya dengan senyuman kecil. "3 menit lagi masuk, ayo!" Ajak Echa.

Aeza menatap kepergian Echa dengan tatapan kesalnya. Sebelum akhirnya Meysha menarik lengannya untuk menyusul Echa.

"Ngambeknya entar aja, sekarang masuk." Ucapnya.

***
Tak ada hari spesial bagi Echa, semuanya terasa sama setiap harinya ketika dirinya berada di sekolah ini. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya kala ia bersama teman-temannya di sekolah yang lama yang bisa sampai membuat para guru frustasi dengan kelakuan mereka bahkan sang guru BK sampai resign karena lelah menghadapi kenakalan mereka.

Echa tersenyum kecil kala kenangan itu melintas di pikirannya. Ia mengambil napas dalam sebelum akhirnya menghembuskan nya kasar. Pandangannya beralih pada langit biru yang diselimuti awan-awan putih yang membuat langit semakin menarik.

"Sial, gua kangen para curut itu." Gumam Echa yang hanya bisa didengar olehnya.

Di lain tempat, keempat temannya tengah berkumpul di tempat favorit mereka yaitu rooftop sekolah. Sama seperti Echa, sekolah mereka sekarang tidak seseru sebelumnya.

"Hatchim." 

"Ngapa lo?" Tanya Jerald karena Egar yang tiba-tiba bersin.

"Gatau, masuk angin kek nya." Ucapnya sembari menggosok hidungnya yang terasa gatal setelah bersin.

"Sepi bat btw nggak ada si Echa, kira-kira dia lagi ngapain ya?" Tanya Cleora sembari memandangi langit biru itu.

"Weekend nanti meet yuk sama dia." Usul Egar.

"Halah, bilang aja lo pengen ketemu sama adeknya." Tuduh Jerald yah langsung telat sasaran. Egar menatap lelaki itu dengan tajam seolah ingin membantah perkataan lelaki itu.

"Boleh, nanti kita meet sama dia." Ucap Kenzo setelah menghembuskan hisapan rokok terakhirnya sebelum akhirnya ia membuang puntungnya asal.

"Caranya? No nya udah nggak aktif. Meskipun kita kesana kita nggak tau dimana posisi dia." Ujar Cleora yang memang sudah mencoba menghubungi gadis itu berkali-kali.

"Bener tuh. Tuh anak juga nggak punya sosmed." Tambah Jerald.

Kenzo mengangkat ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang menampakkan empat gadis yang tengah berada di keramaian pasar malam.

"Bjir, gimana caranya lo bisa dapet akun temennya?" Heran Egar yang hanya dibalas dengan senyum miring oleh lelaki itu.

"Alah, bucin. Btw si Kia makin cakep ya." Goda Jerald yang berusaha memanas-manasi Egar.

"Diem lu bangsat, dia punya gua." Kesal Egar yang langsung merampas ponsel Kenzo dan langsung mencari akun itu di ponselnya.

"Hahaha.... kek yang direstuin aja lu." Ledek Jerald.

"Berarti fiks ya, weekend kita ketemu sama dia."  Ujar Cleora excited.

"Yoi, harus lah."

*****
Teriakan para gadis yang menggema di seluruh penjuru ruangan membuat Echa ingin pergi dari tempat ini, namun sayang kedua temannya menahannya.

Tatapan Echa tertuju pada sekelompok laki-laki yang tengah berebut bola orange. Katanya ini adalah kegiatan latihan basket sebelum mengikuti turnamen olahraga antar sekolah nantinya namun pendukungnya hampir tidak menyisakan satu bangkupun.

"COME ON JO, LO PASTI BISA!" Teriak Aeza dengan keras sampai membuat Echa menutup telinganya.

Jonathan Christian atau yang sering dipanggil Jojo merupakan bintang yang menyita perhatian para gadis. Tubuhnya yang atletis, seorang captain basket serta jabatannya sebagai wakil ketua OSIS  membuat lelaki itu makin disukai banyak orang.

Jika gadis lain menatapnya kagum berbeda dengan Echa yang menatapnya dengan tatapan kebingungan. Kedua alisnya bahkan menyatu kala keduanya tak sengaja beradu pandang.

Jojo mengelap keringatnya sembari menatap gadis yang ia temui di parkiran tadi, senyuman kecil ia berikan pada gadis itu yang membuat gadis lain salah paham sontak langsung membuat heboh satu ruangan. Jojo kemudian kembali fokus pada pertandingannya.

"Sumpah, dia liatin gua, OMG!"

"Apasih, dia liatin gua tau."

"Enggak-enggak, jelas-jelas dia senyum ke gua tadi."

Diantara perdebatan itu, Aeza diam-diam melirik ekspresi Echa. Gadis itu menyadarinha namun memilih untuk diam dan menikmati pertandingan yang berlangsung.

"Aneh, gua kayak pernah liat dia. Tapi dimana? Gua punya firasat buruk tentang dia."

Echa melirik Aeza yang masih antusias menonton pertandingan orang yang ia sukai. Hal itu membuat Echa sedikit khawatir.

"Gua harus pastiin siapa dia sebelum Aeza makin jatuh sama dia."

*****************************************

My Happiness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang