#First Page

55 24 0
                                    

Hangatnya sinar mentari membuat seorang gadis makin membenamkan tubuhnya dibawah selimut tebal mencoba mencari kenyamanan seolah enggan meninggalkan alam bawah sadarnya.

Cekrek...

"Aish, Kak Echa bangun, kesiangan loh nanti." Kia berkacak pinggang mengomeli Echa yang masih asik menyelami alam mimpi.

Ia melangkah mendekat kemudian menarik selimut tebal yang menutupi tubuh Echa, kemudian mengenyampingkannya asal. Tubuh yang tengah meringkuk itu ia goyangkan agar sang empu terjaga dan benar saja gadis itu sontok langsung membuka kedua bola matanya karena merasa terganggu.

"Kak Echa, nanti kakek marah loh, ayo cepet bangun." Kia menarik-narik lengan Echa agar gadis itu bangkit dari tidurnya.

Echa berdecak kecil kala tangan mungil itu menganggu mimpi indahnya. Dengan terpaksa ia bangkit daritidurnya kemudian melirik sang adik yang sudah rapi dengan seragam khas anak SMP.

"Apa Kia?" Tanya Echa setengah sadar sembari menguap lebar.

"Kakak nggak mau sekolah? Ini udah setengah tujuh loh." Ujar Kia sembari melirik jam tangan yang melekat di tangan kirinya.

"Sekolah? Gua belum daftar." Jawab Echa santai dengan tatapan sayu.

"Astaga, kakek udah daftarin kakak saat om bilang mau pindahin sekolah kakak kesini, ayo cepetan entar telat lagi."

"Shit! Yang bener aja?" Kaget Echa, ia kira harus dirinya sendiri yang melakukan semuanya. Dengan terburu-buru gadis itu melompat dari atas kasur kemudian berlari menuju ke kamar mandi.

"Ish, dasar kebiasaan." Setelahnya Kia beranjak keluar dari kamar Echa.

Sepuluh menit berlalu Echa sudah selesai dengan mandi kilatnya. Ia menyisir sekitar dan tidak menemukan keberadaan sang adik. Ia mengedikkan bahunya acuh kemudian membuka lemari putih yang ada di kamarnya dan benar saja sudah ada seragam yang menggantung disana.

Buru-buru echa mengenakannya tanpa melihat jam lagi. Menyisir asal rambutnya tanpa mengikatnya karena sudah tak sempat lagi. Sekitar lima menit ia sudah rapi dengan seragam sekolah barunya. Tanpa polesan make-up sedikitpun Echa langsung bergegas keluar dari kamarnya tak lupa ponsel yang semula ia charger ia masukkan kedalam tas nya.

Sesampainya di lantai dasar ia tak menemukan seorangpun disana. Bahkan meja makan sudah rapi tak ada makanan sedikitpun hanya tersisa botol selai disana.

"Sial, gua ditinggal, mana gua nggak tau lagi sekolahnya dimana." Gerutu Echa sembari menggaruk puncak kepalanya yang tak terasa gatal.

Pandangannya tiba-tiba terfokus pada secarik kertas yang terselip diantara botol selai-selai itu. Tanpa pikir panjang Echa langsung mengambilnya kemudian membaca tulisan yang tertera disana.

SMA Andalusia, jln ***** . Nggak jauh kok dari sini, Kak Echa bisa liat map aja atau tanya sama orang-orang sekitar pasti mereka tau

Itulah pesan yang tertera di secarik kertas putih tersebut. Ia menghela napasnya pasrah, kemudian memasukkan kertas itu kedalam tas ranselnya. Echa berjalan keluar dari rumah mewah itu namun sayangnya saat ingin membuka pintu, pintu tersebut tak mau terbuka, meskipun menggunakan tenaganya dengan penuh sialnya pintu itu tetap tertutup.

"Sialan lo tua bangka, malah dikunci. Cih, niat banget ngerjain gua." Dumel Echa saat tersadar tidak menemukan kunci yang menggantung disana.

Ia menelisik sekitar dan berakhir pada jendela disamping pintu itu. Sebuah ide tiba-tiba muncul begitu saja.

"Bodoamet, gua lewat sini aja." Ujar Echa kemudian keluar melewati jendela itu.

Setelah berhasil keluar dari rumah sang kakek Echa membuka ponselnya kemudian mencari arah jalan lewat map, meskipun ia sering kesini ia tidak tahu persis dimana sekolahnya itu, ia terus berjalan sesuai dengan arahan map.

My Happiness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang