Di hari Minggu yang cerah ini, Echa mencoba hal baru yang bisa dibilang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah ia lakukan sebelumnya kecuali di sekolah. Hari ini ia memilih untuk jogging di sekitar area taman yang tak terlalu jauh dari rumahnya sekarang.
"Ish, Kak. Tungguin Kia." Echa menghentikan langkahnya dan berbalik guna melihat sang adik yang terlihat ngos-ngosan.
"Bandel sih, dibilang jangan ikut."
Mendapat kalimat seperti itu membuat Kia memanyunkan bibirnya kesal. Ia mengelap keringat yang membasahi keningnya dengan tangannya sembari mengatur napas yang masih terengah-engah.
"Istirahat dulu, ayo." Merasa kasihan pada sang adik, Echa memutuskan untuk rehat sejenak.
Kia mengangguk setuju karena memang itu yang ia butuhkan sekarang. Keduanya berjalan menuju ke bangku taman yang berada tepat dibawah pohon beringin yang besar. Hawa sejuk langsung menyapa mereka kala mendudukkan bokongnya di kursi besi itu.
Hembusan angin yang menerpa tubuh mereka membuat Kia merasa lega. Ini merupakan kali pertama baginya olahraga di taman, apalagi bersama sang kakak tentunya Kia tak akan melewatkan momen bersama Kakaknya itu.
"Mau minum?" Tawar Echa. Kia menoleh sejenak kemudian menggeleng pelan tak mau merepotkan.
"Kia cuma mau istirahat bentar, habis itu lanjut lari lagi." Echa mengangguk pelan, ia menghargai keinginan sang adik.
Sembari menunggu Kia istirahat l, Echa merenggangkan otot-ototnya agar tidak kaku.
"Mana ada orang jogging malah nyetok makanan kek gitu."
"Apa sih? Salah lo juga ngajak gua tiba-tiba. Orang gua belum makan."
"Ya makannya habis jogging lah, jangan jogging."
"Idih, suka-suka gua lah. Apa lo?"
"Ngeyel banget dibilangin, heran."
"Nyenyenye..."
Echa menoleh ke arah suara yang terasa tak asing baginya dan benar saja dua makhluk yang ia kenali tampak sedang beradu mulut.
Kedua gadis terlihat baru selesai dengan kegiatannya terbukti dari keringat yang membasahi wajah keduanya. Mereka terus berjalan sambil berdebat melewati kursi yang Echa duduki.
Baru beberapa langkah menjauh, salah satu dari mereka berhenti kemudian menoleh kebelakang. Tatapan mereka saling beradu membuat Echa bingung harus merespon bagaimana.
"Ish, sapa kek Cha. Elah diem aja." Ucapnya kala Echa hanya diam membisu.
"Oh."
Ia mengedipkan matanya berkali-kali tak percaya dengan respon temannya itu. Rasa ingin menampol wajah cantik itu semakin tinggi, namun ia urungkan cemilan ditangannya jauh lebih penting. Ia memasukkan cemilan itu kedalam mulutnya mengabaikan jawaban acuh Echa.
"Ae, sadar ga sih. Wajah mereka sama." Ucapnya sembari menyenggol lengan sosok disampingnya.
Sejenak ia memperhatikan Echa dan juga Kia secara bergantian. Wajah, mata, hitung, sangat mirip bahkan hampir tidak ditemukan perbedaan dari keduanya.
"Jin korinnya kalik."
"Anj-" Umpat Echa tertahan. Sementara Kia malah tertawa lepas mendengar respon gadis itu. Echa bahkan sampai melirik sang adik karena merasa hal itu tidaklah lucu.
"Bisa ketawa Mey, berarti bukan?"
"Ngaco lo, mana ada jin pagi-pagi gini."
"Ck, dia adek gua." Ucap Echa memperkenalkan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang mendalam.