10

1.4K 162 9
                                    

Apa yang berlalu biarlah berlalu.

Kalimat itu yang selalu Alona ingat ketika muncul kekhawatiran karena menghilangnya buku dialog rahasianya dengan Dania kemarin. Cara itu cukup membantu karena hari berikutnya Alona dan Dania tak pernah lagi membahas buku itu dan hidup bagai air yang mengalir.

Alona masih baru di STARA, maka dari itu dia tidak tahu tentang beberapa hal. Ketika dia menginjak batas kantin kelas XI, Dania, Geisha, dan Aneta langsung menarik cewek itu untuk menjauh.

"Kenapa area kantin dipisah-pisah gini, sih?" tanya Alona saat dia dan yang lain selesai mengantre untuk mendapatkan makanan. Mereka duduk di kursi yang sudah mereka klaim sebelumnya.

"Dulu katanya ada kejadian cewek pada berantem. Antara kelas X dan XI. Jadi, supaya terhindar dari hal-hal yang nggak diinginkan, ya dibuat kayak gini," kata Dania dengan tampang yang tidak bisa dipercaya.

Alona melirik Geisha yang tiba-tiba berdiri. Padahal baru beberapa detik teman sebangku Dania itu duduk.

"Gue lupa ambil lauk," kata Geisha, lalu berlari kecil membawa piringnya untuk mengantre lagi.

"Mau ditemenin nggak?" teriak Alona dan Geisha langsung membalas dengan lambaian tangan tanda menolak.

Alona lalu mengobrol bersama Dania sambil menyantap makanannya. Sementara Aneta seperti biasanya, lebih banyak diam. Teman sebangkunya itu tak akan menimbrung jika tidak penting. Apalagi membicarakan sesuatu yang bukan urusannya. Di tengah-tengah keasyikan Alona dan Dania mengobrol, mereka malah teralihkan oleh sekelompok cowok yang berasal dari kelasnya.

Siapa lagi jika bukan Key, Elon, Rangga, dan Mulyo. Cowok-cowok itu dengan sengaja mengambil meja yang berdampingan dengan meja Alona dan yang lain.

"Siapa yang nyuruh lo di situ?" tanya Alona dengan hidung mendengkus, kesal. "Mau gangguin kita-kita lagi lo?"

"Idih GR!" seru Key dengan gaya ngondek. Jemari panjang yang terlihat berurat karena kurus itu menyentuh rambut panjang gaibnya di bahu. "Emangnya kantin ini punya nenek moyang lo? Terserah gue dong mau duduk di mana."

Alona mencebikkan bibir dan memalingkan pandangannya pada Dania. "Baru tahu gue di kelas kita ada waria."

Dania menyemburkan sedikit makanannya karena tak bisa menahan tawa, tetapi matanya tiba-tiba membelalak ketika menatap ke arah lain. "Lon! Lon, di sana!" seru Dania sembari menepuk-nepuk punggung tangan Alona yang ada di atas meja.

Alona langsung mengalihkan pandangannya ke arah pandang Dania. Dia melihat Ozi datang bersama teman-teman cowok itu, termasuk Endy. Alona kembali menatap Dania karena cewek itu tiba-tiba berdiri dan duduk di kursi Geisha yang berada tepat di samping Alona.

"Gimana kalau lo ke sana terus gangguin kakak lo?" bisik Dania. "Ngapain kek biar jadi perhatian Ozi."

Alona memencet hidung Dania. "Boleh juga!"

Dania membelalak. "Gue pikir lo bakalan nolak tawaran gue! Emang ya lo rada-rada. Nggak takut apa di sana ada empat cowok selain Kak Ozi dan kakak lo?"

"Lah? Tadi lo ngasih ide ke gue buat ke sana? Kenapa lo malah heran pas gue iya-in?" tanya Alona, tak habis pikir.

Dania menjitak kepala Alona. "Ya udah! Ke sana kalau berani."

Alona kembali melanjutkan makannya dengan cepat. Tujuan utamanya sebenarnya adalah untuk meminta uang kepada Endy. Jadi, dia tak peduli ada teman-teman kakaknya itu di sana. Justru ini adalah situasi yang menurut Alona menguntungkan baginya karena kakaknya itu pasti gengsi jika tidak memberikan uang kepada adiknya sendiri di depan teman-temannya.

Alona cekikikan dengan ide briliannya, lalu tersedak kemudian. Dania dengan panik memberikannya minum.

"Ngomong-ngomong, Geisha ke mana? Kok dari tadi nggak balik-balik?" tanya Alona dengan heran sembari menatap etalase makanan. Dia langsung membelalak melihat Geisha sedang dirundung oleh Gemala dkk. "Geisha, Dan! Net!" teriaknya sambil berdiri dari kursi.

Dania dan Aneta langsung ikut bersamanya meninggalkan makanan mereka. Geisha lebih penting sekarang karena temannya itu dalam posisi terduduk di lantai dengan makanan yang berhamburan di sekitarnya.

"HEH!" Alona langsung mendorong bahu Gemala yang sedang bersedekap sambil menatap Aneta di lantai. Dorongannya itu tak berefek pada Gemala. "Nggak puas lo nge-bully sembunyi-sembunyi? Sekarang terang-terangan banget, ya?"

Gemala memutar bola matanya. Dia menunjuk Geisha yang sudah berdiri karena dibantu oleh Aneta dan Dania. "Nih anak jalan nggak pake mata. Ngapain coba bawa makanan sambil lari-lari. Jadi, gue tabrak aja biar tahu rasa."

Alona baru akan maju, tetapi ditahan oleh Aneta. "Udah, Na. Ini di kantin," bisik Aneta.

"Bersihin tuh semuanya." Gemala menendang piring Geisha di lantai, lalu berbalik untuk pergi bersama teman-temannya. Dia berhenti dan menoleh pada Alona. "Bersihin ya, Cewek Gila."

Alona hampir saja berlari menerjang kakak kelasnya itu jika saja Geisha dan Aneta tidak menahannya. Kali ini, Alona bisa sedikit sabar karena dia dan yang lain menjadi pusat perhatian. Ini bukan tentang dirinya sendiri, tetapi menyangkut teman-temannya juga sehingga Alona bisa bersabar. Dia dan yang lain mulai membersihkan bekas makanan Geisha yang berceceran.

***


thanks for reading!

love,

svrinai

I'm Yours, You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang