Siapa yang lagi rajin update?
Aku, aku, aku. 😔☝🏼 Semoga bisa rutin update tiap hari sampai tamat.
.
.
.
.
.Selamat membaca.
.
.
."Assalamualaikum, punten, paket!"
Buru-buru aku meletakkan remot dan beranjak ke depan, seketika aku tergelak. "Kirain kurir beneran."
Dirga ikut tertawa dan melepas helmnya. "Tau gak aku bawa apa?"
"Apa?" Aku celingukan, tidak ada apa-apa yang menggantung di motornya selain helm yang baru saja dilepas.
"Ini!" Dirga mengangkat kantung plastik di tangannya tinggi-tinggi, senyumnya merekah sangat lebar. "Ayo kita bikin rujak!" serunya heboh.
Dirga melepas jaket dan meletakkan ranselnya, sepatunya berserakan di teras dan dia langsung berlari ke dapur. "Enggak usah pakai cabai, ya? Atau mau pakai satu?"
"Satu aja."
"Oke, siap!"
Tak lama setelahnya Dirga kembali ke teras dengan membawa cobek dan piring berisi potongan aneka macam buah. Mangga, jambu air, belimbing, bengkoang, kedondong dan yang terakhir adalah apel.
"Ini tadi ceritanya aku tiba-tiba dipanggil sama PA, disuruh ke tempat dia begitu kuliah hari ini selesai. Kaget dong, tumben banget Ayah panggil aku lewat mahasiswa lain. Aku udah overthinking, takut buat salah selama kuliah atau ada apa. Ternyata aku dikasih bengkoang.
"Seriusan?"
Dirga mengangguk heboh. "Terus aku ngide buat mampir ke pasar, beli buah yang lain. Eh, tapi kamunya udah makan siang, kan?" Dirga seketika menahan tanganku yang hendak mencolek bumbu.
"Ga ...."
"Udah makan belum? Kamu seharian ngurus rumah pasti pakai tenaga, udah makan belum?"
"Udah."
"Beneran?"
"Ih, udah makan, tadi. Dua kali malahan. Jam sepuluh sama jam dua."
"Tumben udah makan tiga kali."
Aku mengendikkan bahu. "Rasanya kayak pengin ngemil terus, Ga. Nih, pipi, tangan sama kaki jadi makin bantet."
Dirga mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gak apa-apa, aku malah senang kalau kamu doyan makan. Gak kayak waktu itu, susah banget disuruh makan karena mual. Wajar kok kalau makannya banyak, terus jadi agak gendutan. Soalnya kamu makan buat dua orang."
Rasanya ingin menangis. Dirga kok paham banget, ya? Tetangga seberang rumah waktu belanja kemarin mengeluh karena suaminya tidak suka badannya berisi karena hamil. Aku kira Dirga juga akan seperti itu.
"Ayo, dimakan lagi." Dirga mengambil bengkoang dan menyodorkannya ke mulutku. "Dimakan."
"Manis, kan?" tanyanya setelah aku menerima suapannya.
Aku mengangguk. "Ga, kok kamu baik sama aku?"
Gerakan tangan Dirga yang akan menyuapiku berhenti. "Maksudnya?"
"Kamu baik sama aku. Kamu perhatian, kamu khawatir kalau aku mual atau enggak doyan makan, tengah malam aku sering kebangun dan lihat kamu lagi pijitin kakiku, kamu setiap pulang kuliah selalu bawain jajan atau buah."
"Kamu tanya kenapa aku baik sama kamu, kan?" Aku mengangguk membenarkan. "Karena itu tanggung jawabku, Na. Sebagai suami aku memiliki tanggung jawab atas kamu. Enggak mungkin aku cuekin kamu, diemin kamu, berlaku gak peduli sama kamu. Karena itu kewajibanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teras Rumah
Short StoryAku dulu mengira, jika kehidupan pernikahan akan seperti kisah di novel. Setiap ada permasalahan, pasti langsung ada jalan keluar. Di novel, permasalahan rumah tangga paling sering adalah kurangnya komunikasi, orang ketiga, orang di masa lalu kembal...