00 - awal

5 2 0
                                    

✒️ [Proyek Cinta] ✒️

Perempuan dengan tinggi hanya 160 sentimeter, kacamata bulat bingkai hitam dan rambut tergerai sepanjang dua senti di bawah bahu itu sedang memasukkan barang yang akan dia bawa ke sekolah.

Suara resleting terdengar. Tas tertutup, tali disampirkan ke kedua bahu. Suara kaki melangkah, bergantian memijak lantak, terdengar sangat pelan di atas keramik. Helaan napas seiring dengan setiap langkah.

Begitu pintu terbuka, berbagai suara terdengar. Kicauan burung, piring-piring diletakkan dan obrolan samar-samar. Satu per satu kaki sang perempuan membawanya turun ke lantai bawah. Membuat semua suara semakin jelas.

Kebisingan yang familiar. Ketidakacuhan yang sudah akrab. Satu yang asing. Jadwal hari ini. Membuat dia nyaris membatalkan niatnya ke sekolah.

Kalau saja bukan karena mimpinya masuk ke universitas impian lebih besar, dia akan memilih tidur seharian. Bertemu dengan orang itu membuatnya ragu. Sesuatu berat merantai kedua kakinya hari ini.

" Ada apa? Kamu keliatan tidak bersemangat. "

Suara seorang wanita dewasa terdengar. Gadis berseragam dan berkacamata tidak menanggapi. Sama seperti kebanyakan percakapan satu arah yang terjadi antara dia dengan keluarganya.

Tanpa berucap, si perempuan mengambil kotak bekalnya, memasukkan ke bagian depan tas yang tadi dibiarkan terbuka.

" Aku pergi dulu, " pamit perempuan tersebut.

Tanpa peduli akan respon yang lain, dia pergi. Sambil meletakkan tas di bagian keranjang, dia mulai mengayuh sepedanya menuju sekolah yang berjarak kira kira dua kilo dari rumahnya.

Suasana kota metropolitan yang bising tidak mengganggunya pagi ini. Ada hal yang lebih dia resahkan dibanding meladeni suara klakson mobil dan motor yang bersahutan di jalan raya. Ada yang lebih penting dibanding harus memperhatikan satu per satu lampu jalanan dimatikan.

Satu hal itu--menjadi seorang rekan belajar.

✒️ [Proyek Cinta] ✒️

Proyek CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang