✒️ [Proyek Cinta] ✒️
Bianca menatap cermin di depannya. Dia bisa merasakan dengan jelas kabut penyesalan di matanya. Perasaan itu terus mengganggu, sekalipun dia sudah melarikan diri dan berdiri diam selama bermenit-menit di depan cermin kamar mandi. Wajahnya basah oleh air yang dibasuhkan.
Bianca menghela napas. Dia harus beranjak dari toilet ini. Bagaimanapun, bel tidak akan menunggunya. Dia hanya perlu menurunkan egonya lalu meminta maaf. Setelah membuang napas berat sekali lagi, Bianca pun melangkah keluar.
Baru saja sampai di daun pintu kamar mandi, terlihat Caleb yang berdiri, menyandar pada dinding pemisah. Tangannya bersedekap di depan dada. Ekspresinya datar, langsung menatap ke arah Bianca yang terkejut.
" Lo ngapain disini? " tanya Bianca, pelan.
" Nungguin lo, " jawab Caleb.
Bianca tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia merasa sedikit tersentuh. Padahal, dia baru saja berkata kasar kepada lelaki di hadapannya ini.
" Lo gak perlu nungguin gue, nanti juga balik lagi ke kelas. "
" Siapa tau lo perlu apa-apa. "
Bianca kembali menghela napas. Dia menunduk, lalu mengulurkan tangannya. Tidak sanggup menatap Caleb ketika meminta maaf. Wajahnya terasa menghangat karena rasa malu.
" Gue... minta maaf. "
" Buat? "
" Buat tadi. Gue keteraluan. "
Caleb menggeleng. Dia menepis tangan Bianca secara lembut. " Denger. Lo gak salah. Ya kata-kata lo emang nyakitin, tapi apa yang lo bilang itu bener. "
" Tapi-- "
" Udah gaperlu dipikirin lagi. "
Masalahnya, gue gabisa Cal.
" Lo duluan aja, " ucap Bianca, akhirnya.
" Gue gak bakal pergi sampe lo ikut gue. "
" Lo duluan aja Caleb. "
" Gak. "
Bianca mengangkat kepalanya, pelan sekali. Dia kini bisa melihat Caleb yang berdiri, menatapnya sambil tersenyum tipis.
" Lo temen sebangku gue Bi. Gue gak tenang kalau elo gak ada. "
Bianca bohong kalau bilang dia tidak merasakan sesuatu. Namun, gengsi menghalanginya untuk mengungkapkan hal tersebut. Bianca tidak akan mau berpikiran bahwa Caleb benar-benar peduli padanya.
" Udah ayok cepetan, " paksa Caleb. Tanpa Bianca sempat membantah, tangannya sudah ditarik terlebih dahulu. Perempuan itu terlalu kaget untuk melepaskan genggaman yang lebih terasa seperti cengkraman. Mereka berdua berjalan cepat melewati lorong, menuju kelas.
Wajah Bianca memerah. Selama dua tahun berpacaran dengan Rian, dia tidak pernah dipegang. Dipeluk pun tidak pernah. Mereka berhubungan hanya melalui daring. Bertukar pesan mesra, sesekali bertelepon. Selebihnya, tidak ada pertemuan secara langsung. Maka hal seperti ini benar-benar baru bagi Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proyek Cinta
Подростковая литератураBianca yang baru berhasil merelakan perasaan tentang sang mantan malah terpaksa menerima kehadiran Caleb, rekan belajarnya yang sepertinya bertekad membuat semua perempuan yang pernah dekat dengannya, jatuh cinta. *** Bianca Caroline Prianka berhasi...