05 - tujuan yang buram

4 0 0
                                    

✒️ [Proyek Cinta] ✒️

Bianca melirik ke arah pintu, bersamaan dengan Caleb yang masuk ke kelas. Sudah satu minggu, mereka menjadi teman sebangku. Dan sudah satu minggu pula, Bianca tidak menjawab pesan dari 'rekan belajar'-nya tersebut.

Bukannya dia tidak peduli. Justru karena dia memikirkan dengan begitu keras sehingga dia membutuhkan waktu lama. Entah mengapa, perempuan itu ingin memberikan jawaban paling tepat. Mungkin karena dia terbiasa untuk menjawab soal dengan benar agar mendapat hasil terbaik.

" Hei. "

Bianca hanya menggangguk sekenanya. Caleb meletakkan tasnya. " Lo mau nitip sesuatu? Gue mau ke kantin. "

" Gak ada, " jawab Bianca.

Caleb langsung beranjak pergi. Bianca mengamati dengan seksama. Sudah sejak mereka duduk bersama, Caleb selalu datang lebih pagi. Terkadang, mendahului Bianca yang biasanya senang menikmati kesendirian di pagi hari. Sayangnya belakangan dia harus terganggu.

Kalau bukan sibuk mengobrol dengan temannya, maka yang Caleb lakukan adalah mengerjakan pr. Jelas sekali lelaki itu tidak menyelesaikan tugasnya di rumah. Istilah 'pekerjaan rumah' bagaikan kiasan belaka buatnya.

Tidak butuh waktu lama, Caleb sudah kembali. Di tangan kirinya, ada sebotol air mineral. Wajar saja tasnya ringan. Yang dia bawa pun dua buku yang dicampur campur. Walau sudah ditegur berkali-kali, tampaknya dia tidak berniat untuk merubah perilakunya.

" Pesan gue kenapa dibaca doang? " tanya Caleb tiba-tiba.

Bianca terdiam. " Lo ngerasa terganggu kah? "

Bianca menggeleng. Belum juga memberi jawaban. " Karena gue salah jam ya? "

" Justru karena gue mikir, " tutur Bianca di tengah kesunyian. Caleb mengerutkan kening bingung. " Maksudnya? "

" Maksudnya kurang jelas? Justru karena gue mikirin elo tuh cocoknya jadi apa makanya gak gue bales. Kalau gue bales sembarangan, yang kasian elo. "

" Lo kasian sama gue? "

Caleb tersenyum.

" Kasian elo nanti jadi kayak bocah ilang. "

Pernyataan yang dilontarkan dengan nada datar tersebut membuat Caleb seketika lemas. Rasanya mengesalkan, tapi dia juga tidak bisa membantah. Selama dua tahun terakhir, hidupnya seperti orang yang kehilangan arah. Tidak tahu harus berbuat bagaimana.

" Sebenernya menurut gue, " ucap Bianca lagi. " Lo cocok buat nekunin hobi lo di bidang olahraga. "

Caleb termenung sesaaat. Kemudian menghela napas. Ekspresinya berubah menjadi serius. Bianca tidak sadar karena dia sedang sibuk membaca buku pelajaran hari ini. Kesunyian kembali menyapa keduanya.

" Gue gak yakin itu bisa berguna. "

" Ya jadi atlet aja. "

Caleb menghela napas berat. Bianca perlahan menolehkan kepalanya. Dia menutup buku, mulai tersadar bahwa pembicaraan sepertinya mengarah menjadi lebih serius.

" Gue telat memulai semuanya, " ujar Caleb secara jujur.

Bianca tidak langsung membalas. Dia menatap Caleb sesaat, lalu tersenyum tipis. " Kalau gitu lo harus nyari potensi lo yang lain. Hidup lo gak akan selamanya cuma mengikuti arus. Karena lo gak tau kapan arus yang awalnya mengalir pelan berubah jadi deras dan tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan. "

Proyek CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang