✒️ [Proyek Cinta] ✒️
Bianca memarkirkan sepedanya. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Masih ada waktu setengah jam sebelum bel berbunyi. Dia masih bisa menikmati waktu sendiri dengan mendengarkan musik dan mempelajari apa yang mungkin akan dibahas dalam kelas hari ini.
Udara sudah terasa tidak sedingin ketika dia berangkat. Wajar saja. Jalanan sudah mulai dipadati oleh kendaraan pribadi orang tua yang mengantar anak mereka ke sekolah. Dan alasan Bianca memilih untuk naik sepeda adalah karena lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dia bisa melakukan kebiasaan paginya. Tidak perlu terjebak kemacetan. Tiba di sekolah jam enam. Mendengarkan musik, belajar sebentar, terkadang berjalan-jalan di dalam ruang kelas. Dia senang melakukan banyak hal sendirian.
Saat sendiri, Bianca tidak takut dihakimi karena kebiasaan aneh yang justru menjadi rahasia mengapa dia bisa begitu serius saat belajar. Dia tidak ada bedanya dengan murid lain. Bisa merasa bosan. Melihat keluar jendela adalah satu-satunya hiburan saat terjebak di tengah pelajaran.
Semerbak bunga melati di pot yang baru saja diganti oleh Anna, salah satu betugas piket di hari Senin, tercium begitu pintu kelas dibuka. Pendingin ruangan dinyalakan. Bianca bersenandung sembari menikmati kesendirian. Di antara sepinya kelas, dia merasakan damai.
Meskipun tadi suasana hatinya sedang buruk dan dia berusaha menahan, setidaknya kini dia bisa menenangkan diri. Pagi bernyanyi bersama kala terdengar samar kicauan burung. Angin sepoi-sepoi membawa kesegaran udara yang sangat jarang bisa dirasakan di tengah sesaknya kota.
Inilah yang seharusnya bisa Bianca lakukan jika saja dia tidak terlalu malu untuk menunjukkan siapa dia sebenarnya. Jika dia tidak menahan diri sekuat mungkin agar tak terlihat dongkol saat ada orang lain yang kebetulan datang lebih pagi darinya.
" Loh, elo? "
Pertanyaan tersebut seketika membuat Bianca membeku di tempat. Dengan gerakan canggung, dia berbalik. Hanya untuk mendapati teman sebangku barunya berdiri di depan. Tas hitamnya menggantung rendah, nyaris tidak terlihat diisi.
Dasi yang belum dipakai. Rambut sedikit berantakan. Dan permen di ujung mulutnya. Jelas si anak berandal Caleb yang entah mengapa begitu dikagumi banyak perempuan. Jika mereka punya sedikit saja kesadaran, mereka akan menyadari betapa berantakannya masa depan orang yang untuk sekedar merapikan rambut saja tak mau.
" Rajin amat. "
Bianca tak memperdulikan komentar Caleb. Dia segera kembali ke tempat duduknya, bersandar dan memasang earbud di kedua telinganya. Lagu bernada sendu ala Billie Eilish membuatnya tenggelam dalam kesibukan.
Caleb meletakkan tasnya sembarangan. Kalau Bianca memang tidak mau memperdulikannya, maka ada baiknya jika dia bersikap yang sama. Tanpa berkomentar, Caleb meninggalkan ruangan kelas. Seiring dengan tatapan sinis Bianca.
Beberapa bulan memang akan menjadi beban terberat. Bagi keduanya. Dan jalan satu-satunya saat ini bagi mereka adalah menerima keadaan.
✒️ [Proyek Cinta] ✒️
" Ngapain lo galau? "
Pertanyaan bernada ringan membuat Caleb mengerutkan kening. Dia baru saja bercerita pada teman satu tongkrongannya. Mereka kebanyakan menyimak sambil diam, atau kadang melemparkan candaan mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proyek Cinta
Teen FictionBianca yang baru berhasil merelakan perasaan tentang sang mantan malah terpaksa menerima kehadiran Caleb, rekan belajarnya yang sepertinya bertekad membuat semua perempuan yang pernah dekat dengannya, jatuh cinta. *** Bianca Caroline Prianka berhasi...