5. Dijauhi
Hari ini, Laras benar-benar menjauhi Zoey, bahkan Nasyila pun ikut-ikutan menjaga jarak dengan gadis itu.
Zoey duduk di kelas seorang diri. Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu, dia hanya bisa bermain ponsel sampai dirinya bosan.
Zoey bisa saja keluar kelas dan pergi ke kantin sendirian namun dia tidak suka saat ada beberapa murid yang masih mengata-ngatainya murahan karena terus-terusan mendekati Nathan.
Apalagi ada gosip baru mengenai Bintang dan dirinya.
Semuanya sekarang mengetahui jika dia dan Bintang adalah saudara. Zoey ingin menyangkal semua mulut-mulut yang berkata seperti itu akan tetapi, bagaimana caranya?
Jumlah mereka lebih banyak dibanding dirinya, jelas Zoey akan kalah.
Pintu kelas tiba-tiba terbuka dan hal itu mengagetkan Zoey yang berada di kelas seorang diri.
Zoey menatap dua orang cowok yang berdiri di ambang pintu sembari menyengir ke arahnya.
Sepertinya Zoey tahu siapa mereka. Mereka berdua adalah teman Nathan, Zoey beberapa kali melihat kedua cowok itu bersama kakaknya.
"Halo, Zoey!" sapa Marshen dengan sok akrab bahkan tanpa sungkan langsung mengambil tempat duduk di samping Zoey.
Zoey tersenyum kikuk. "H-hai, Kak."
"Zo, ini titipan kakak lo." Hengky menyimpan dua roti dan sebuah susu kotak pada Zoey di atas mejanya.
Zoey mengerutkan keningnya. "Dari Kak Nathan?" tanyanya ragu.
"Yoi."
Perasaan senang seketika timbul di hati Zoey, gadis itu menatap keduanya bergantian. "Terus Kak Nathan mana?"
Marshen menjawab, "Nathan lagi di kantin, dia nyuruh kita berdua buat nganterin ini karena tahu lo enggak ke kantin."
Zoey semakin senang mendengarnya, Nathan masih peduli padanya dan cowok itu masihlah Nathan yang Zoey kenal. Satu-satunya saudara Zoey yang selalu membelanya meski dia salah.
"Kok bukan dia yang ngasi ke aku langsung?"
"Nathan enggak bisa karena lagi bareng sama Annesha," jawab Hengky.
Senyum di wajah Zoey luntur seketika. Namun, gadis itu cepat-cepat menciptakan senyumannya kembali yang malah terkesan dipaksa. "O-oh gitu. Yaudah, makasih, ya, udah nganterin ini."
"Sama-sama," balas keduanya serempak namun tak juga pergi dari situ.
Zoey membuka kemasan roti tersebut dan mulai memakannya, kedua retinanya menangkap keberasaan Hengky dan Marshen yang masih ada di sini. "Nama kalian siapa?" tanya Zoey setelah menelan habis roti di mulutnya.
"Nama gue Hengky, panggil aja Sayang." Hengky mengulurkan tangannya pada Zoey.
Marshen sontak menabok uluran tangan itu. "Modus lo buaya!"
Hengky menarik tangannya dan mengelus bekas tabokan Marshen. "Kasar banget, sih, lo jadi cowok!"
"Namanya juga lakik!" balas Marshen ngegas.
Malas meladeni Hengky yang memiliki otak setengah waras, Marshen pun memilih menatap Zoey yang sedari tadi memakan rotinya dan memandang bingung ke arah mereka.
"Gue Marshen."
"Kenapa bukan Masha aja? Biar sama kayak film kartun di TV," protes Zoey, "Kamu ada niat ganti nama enggak?"
Hengky menahan tawanya. "Boleh tuh, jadinya Masha and the bear."
Zoey mengangguk. "Iya, kamu bearnya," ujar Zoey seraya menunjuk Hengky.
Hengky terbelalak. "Gue?!"
Kali ini Marshen tertawa. "Bear gemuk, jelek, terus galak. Mendingan Masha gemesin."
Hengky mendelik pada cowok itu. "Masha mah apaan? Gue injek juga udah gepeng."
"Ih, Masha lucu tahu!" sahut Zoey yang merasa tidak terima saat Hengky menjelek-jelekkan Masha.
Hengky memutar bola matanya malas, ia memilih mengalah saat Zoey berkata demikian.
"Bentar lagi bel masuk, kalian enggak keluar?"
"Lo ngusir kita?" sewot Hengky.
Zoey menggeleng. "Aku cuman ngingetin."
Hengky berdecak kasar. "Terserah."
"Btw, lo kenapa enggak ke kantin?" tanya Marshen.
"Enggak pa-pa, lagi malas aja," jawab Zoey seraya meminum susu kotaknya.
Marshen tampak ragu dengan jawaban gadis itu. "Karena mereka, ya?"
"Mereka?" beo Zoey, "Mereka siapa?"
"Murid-murid yang ngatain lo murahan karena deket-deket sama Nathan."
Zoey menunduk.
Hengky mencubit kecil pinggang temannya itu. "Kalau ngomong bisa difilter dikit enggak, sih, lo?" bisiknya.
Marshen mengaduh pelan. "Keceplosan anjir!"
Hengky menatap sinis temannya itu kemudian mengarahkan pandangannya pada Zoey. "Enggak usah didengerin, ya, Zo?"
Zoey hanya mengangguk singkat.
...
"Nath, cewek yang murid-murid lagi omongin itu siapa lo?" tanya Annesha yang saat ini duduk di sebelah Nathan.
Nathan yang tadinya berkutat dengan ponselnya langsung menoleh ke samping. "Siapa?"
"Itu loh yang suka nyamperin lo terus teriak Kak Nathan," ucap Annesha dengan nada sindiran.
"Oh, adiknya Nathan itu, mah," jawab Arestha, "Lo enggak tahu, Sha?"
Annesha menggeleng. "Adik?" Gadis itu memincingkan matanya pada Nathan. "Lo punya adik, Nath?"
Nathan hanya berdeham malas.
Annesha mendengus. "Kenapa, sih, lo? Bete banget dari tadi gue lihat."
"Enggak pa-pa."
"Dia galau soalnya enggak disamperin adiknya," celetuk Gallan iseng.
Nathan hanya diam, tak menanggapi sama sekali.
"Lah, emang dia ke mana?"
Gallan mengangkat bahunya tak tahu. "Dia enggak ke kantin."
"Eh-eh, itu bukannya cewek yang kemarin bareng Zoey, ya?" sahut Arestha seraya menunjuk dua orang gadis yang duduk di salah satu meja kantin.
Nathan pun langsung mendongakkan kepalanya. "Dia enggak bareng Zoey?" gumamnya.
"Wah, enggak beres, nih. Mereka ninggalin Zoey sendiri gitu?" Arestha menggeleng pelan. "Emang, ya, kalau cewek temenan itu ribet."
Annesha mendelik pada Arestha namun cowok itu sama sekali tidak sadar.
"Gue denger-denger gosip di kelas sepuluh juga pada bicarain Zoey," ucap Gallan.
"Bukannya angkatan kita juga lagi bicarain Zoey?" balas Arestha bingung.
Gallan menjawab, "Emang, tapi topiknya beda."
Annesha mengernyit. "Apa bedanya?"
"Angkatan kita, kan, ngegosipin Nathan sama Zoey. Nah, kalau ini beda, mereka bicarain masalah Bintang sama Zoey."
"Bintang saudara lo, kan, Nath?" tanya Annesha yang langsung diangguki cowok itu. "Berarti Bintang juga abangnya Zoey dong."
"Kenapa kalian berdua enggak bilang aja kalau Zoey itu adik kalian?" Annesha memandang Nathan dengan penuh tanda tanya.
Nathan menggeleng pelan. "Bintang enggak mau."
"Gue bingung deh sama sikap lo ke Zoey. Sebenarnya lo itu sayang ke dia atau enggak?" cetus Gallan.
Sementara Nathan hanya diam, bibirnya tertutup rapat.
•Bersambung•
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Capai ✔️
Storie breviKetika mereka yang sudah tidak peduli dan aku yang terus mendesak kebahagiaan di ujung penderitaan.