Butiran salju kecil jatuh di atas gubuk tua tempat Sasuke dan Hinata bermalam.
Rasa menggigil yang aneh menjalari kulit Sasuke, dan matanya dengan cepat berpindah dari kanan ke kiri. Ia mengangkat kepalanya dan berdiri. Kemudian, ia berlari keluar.
"Hinata?" teriaknya.
Tak ada jawaban.
Sasuke tahu ia harus memeriksa Hinata. Jika Hinata merasakan kehadirannya dengan Byakugan, gadis itu bisa menyuruhnya pergi. Semuanya akan baik-baik saja.
Ia memanggil lagi, berharap gadis itu hanya tidak mendengarnya. Hinata juga tidak menjawab untuk kedua kalinya.
Dengan alis berkerut, Sasuke berlari menuju mata air. Saat ia melihat sekeliling, ia tak bisa melihat Hinata dimanapun. Sharingan-nya memindai tempat itu, tapi ia tidak melihat-
Percikan chakra terlihat di bawah permukaan salah satu mata air. Dalam waktu kurang dari satu detik, Sasuke muncul di mata air itu dan melompat ke dalamnya, tangannya dengan cepat meraih tubuh Hinata yang sudah tak bernyawa.
Setelah menariknya keluar dan membaringkannya di tanah, ia membungkuk dan menyadari dengan ngeri bahwa Hinata tidak bernapas.
Sial.
Ia harus menghidupkannya kembali.
Kerutan dalam muncul di wajah Sasuke saat ia mulai menekan tangannya di dada Hinata.
Semua ninja tahu teknik dasar penyelamatan nyawa, tiga puluh kompresi dada, dua tarikan napas. Kemudian, tiga puluh kali lagi kompresi, dua kali tarikan napas. Ulangi sampai orang tersebut bernapas lagi atau ninja medis tiba. Masalahnya adalah tidak ada ninja medis di dekat sana, jadi hanya opsi pertama yang diterapkan. Sasuke mulai mengulangi siklus ini.
Suara tulang yang berderak tidak akan menghentikannya. Ia mengulangi siklus menekan tangannya ke dada Hinata. Kerutan di wajahnya bertambah dengan setiap pengulangan.
Beberapa menit terasa seperti keabadian.
Sasuke mengumpat dalam hati, terlalu berkonsentrasi untuk mengatakan apapun dengan suara keras. Sudah berapa lama Hinata tidak menghirup udara? Apa ini sudah terlambat? Sial.
Tapi tiba-tiba, Hinata mulai batuk dan... akhirnya bernapas.
Sasuke meletakkan lengannya di bawah kepala Hinata untuk menstabilkannya.
Hinata mengerjap perlahan. Wajahnya sangat pucat. "Sas... Sasuke. Kau mendengar-?"
"Apa-apaan itu tadi?!" Akhirnya, Sasuke bisa berbicara lagi, dan itu keluar sebagai geraman kasar.
"M-maaf," bisik Hinata, matanya yang setengah redup menatap mata Sasuke. Ia menarik dan menghembuskan napasnya.
Sasuke mengerang. "Apa yang terjadi?"
"Neji kecil... dia... menarikku ke dalam air. Aku mencoba melawan, tapi..."
"Kau hampir mati."
Beberapa detik berlalu. Mata Hinata mengamati wajah Sasuke dengan seksama. Senyum kecil tersungging di wajahnya. "Setidaknya... aku tidak memintanya."
Sasuke membuka mulutnya dan menutupnya lagi. Lelucon Hinata yang mengerikan membuatnya jengkel, tapi tetap saja itu sedikit memperbaiki suasana hatinya. Ia menghela napas. "Setidaknya."
Tangannya sedikit gemetar. Bingung bagaimana hal itu bisa terjadi, ia mengepalkan tinjunya untuk mendapatkan kembali kendali atas tubuhnya. Perasaan apa ini? Satu menit yang lalu, Hinata tidak bernapas. Satu menit kemudian, dan gadis itu mungkin sudah mati sekarang. Batuk pelan membuyarkan lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking at the Ghost of Me
FanfictionSasuhina "Menyerahlah, Hinata," suara Neji terngiang di telinganya. Tepat setelah perang, Hinata mulai mendengar dan melihat sepupunya yang telah meninggal. Untuk menemukan kedamaian batin, ia memutuskan untuk memecahkan rahasia hubungan mereka. Nam...