Jumlah panas tubuh yang mengagumkan yang terpancar dari Sasuke tidak terduga, tapi bisa dihubungkan dengan elemennya. Duduk di sebelahnya, Hinata merasa seperti sedang duduk di dekat tungku. Ia mengakui bahwa itu terasa nyaman pada malam November yang dingin. Napas Sasuke yang rileks membuatnya tenang. Perlahan-lahan, Hinata tertidur ke dalam mimpi yang lain.
.
.
.Hinata mendapati dirinya sekali lagi berada di depan rumah Hyuuga. Kegelapan menyelimuti bangunan besar itu. Bidang-bidang kayu masih menutupi pintu dan jendelanya. Dengan langkah mantap, Hinata berjalan di jalan yang telah membawanya ke Kaen terakhir kali. Ketika ia sampai di depan perapian, api masih menyala redup, tapi Kaen tidak duduk di sana. Di waktu-waktu sebelumnya, saat Kaen tidak berada di dalam mimpinya, ia tidak melihat perapian itu sama sekali.
Dia tidak ada di sini. Aneh sekali.
Hinata menyadari bahwa bulan di atasnya mengingatkannya pada Byakugan milik ayahnya. Cahaya bulan jatuh pada genangan air di tanah. Saat Hinata melewati satu genangan air, ia melihat dua mata yang tidak serasi di dalamnya. Mata ini...
"Sasuke?" Hinata bertanya dengan keras. Tak ada yang menjawab, dan bayangan di dalam air sudah menghilang. Rasa dingin menggigil menjalari kulitnya. Tiba-tiba, ia merasa suhu di sekelilingnya turun beberapa derajat.
Hinata bertanya-tanya apa arti dari semua mata itu. Kemungkinan besar, melihat mata-mata itu menunjukkan bahwa mereka mengganggunya. Pikirannya terputus oleh sebuah suara tenang yang berbisik pelan padanya, 'Buka matamu.'
Neji? Suara tenang itu mengingatkan Hinata pada sepupunya, tapi ia tidak yakin. Setelah apa yang terjadi terakhir kali, ia tidak akan melanggar intuisinya lagi. Ia mengikuti instruksi itu dan memaksa dirinya untuk bangun.
.
.
.Ketika membuka matanya, Hinata menyadari bahwa Sasuke tidak duduk di sampingnya. Melihat ke sekeliling gua, matanya yang setengah redup melihat Sasuke sedang berlutut dengan tangan di dalam tas.
Tas miliknya. Untungnya, ia tidak membawa sesuatu yang berharga di dalamnya.
Kecuali gulungan Yamanaka.
Mata Hinata membelalak. Apa yang dia cari? Apa Sasuke tahu tentang gulungan itu? Baginya, ini mungkin alasan Sasuke menempel padanya sejak awal.
Memutuskan untuk menghentikan tindakan Sasuke, Hinata menguap sekeras mungkin. Sasuke membeku, chakra-nya melonjak. Sepertinya lelaki itu merasa tertangkap basah. Begitu Sharingan-nya terfokus pada Hinata, urat-urat dari Byakugan-nya sudah menusuk-nusuk kulitnya. Hinata tahu doujutsu-nya adalah satu-satunya hal yang dapat membantunya jika Sasuke mencoba untuk menempatkannya di bawah genjutsu.
"Sasuke... Apa yang kau lakukan dengan tasku?" Tanya Hinata, pelan.
"Oh. Tasmu..." Suaranya terdengar pelan, membuat Hinata semakin gugup. Ia tidak bisa menafsirkan apa maksudnya. Mungkin saja Sasuke marah karena ia memergokinya. Sasuke menarik tangannya keluar dari tas Hinata dan tersenyum kecil. "Maafkan aku. Aku tidak tahu. Aku pasti tidak sengaja menukarnya. Aku minta maaf yang sedalam-dalamnya."
"T-tas kita tertukar secara tidak sengaja?" Ulang Hinata. Melihat Sasuke tersenyum membuatnya bergidik karena ia tak pernah melihat bungsu Uchiha itu tersenyum. Menyeringai, mungkin, tapi tersenyum adalah hal yang baru. Merasa sangat tidak nyaman, ia merenungkan semuanya. Mengapa Sasuke menukar tas mereka? Sasuke pasti tahu persis tas mana milik siapa.
Apa Sasuke melihat gulungan-gulungan itu? Apa yang dia inginkan?
"Ya. Aku sangat menyesal. Aku tidak mengambil apapun. Aku pasti mengantuk." Sasuke berdiri dan berjalan menuju tas yang satunya. Tasnya. Ia mulai mengobrak-abrik isi tasnya. "Aku sedang mencari obatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking at the Ghost of Me
FanfictionSasuhina "Menyerahlah, Hinata," suara Neji terngiang di telinganya. Tepat setelah perang, Hinata mulai mendengar dan melihat sepupunya yang telah meninggal. Untuk menemukan kedamaian batin, ia memutuskan untuk memecahkan rahasia hubungan mereka. Nam...