You're Outside Looking in

304 31 1
                                    

Ketika Hinata mencapai Sasuke, pemuda itu telah memanggil Garuda dan duduk di atas punggungnya. Dengan seringai yang hampir tidak terlihat di wajahnya, Sasuke mengulurkan tangan padanya. Hinata masih ragu-ragu untuk menaiki burung besar itu. Setelah Sasuke menarik Hinata agar duduk di depannya, pemuda itu tidak berkomentar tentang Hinata yang meluncur ke arahnya. Sasuke mengerti bahwa Hinata tidak akan berani berpegangan pada Garuda. Garuda terangkat ke angkasa, membiarkan udara dingin bersirkulasi di atas bulu-bulunya yang halus.

Angin menyengat menerpa wajah Hinata saat ia merenungkan semuanya. Neji kecil mencoba memperingatkannya bahwa ia akan segera mati. Itu bukan ungkapan kosong. Namun, ia tetap berharap pemberhentian mereka selanjutnya dapat menyelesaikan semua masalahnya. Apakah dengan memberitahu Sasuke tentang asumsinya akan mengubah sesuatu? Setelah situasi di mana ia mematahkan genjutsu, ia telah bersumpah pada dirinya sendiri untuk berhati-hati dalam mengungkapkan hal-hal tertentu pada Sasuke. Ya, Sasuke bilang bahwa ia ingin Hinata mempercayainya... tapi bicara adalah sebuah tantangan baginya.

Suara pelan Sasuke membuyarkan lamunannya. "Kau tidak bicara dalam tidurmu tadi malam." Napasnya yang hangat membelai tengkuknya.

Rona merah terbit di pipi Hinata. Untuk sesaat, ia mengingat kembali posisi saat dirinya terbangun—benar-benar meringkuk di dekat Sasuke, kaki terjalin, lengan Sasuke memeluknya, dan wajahnya di dada Sasuke. Ia tidak berbalik untuk menghadapnya. Ini adalah malam pertama ketika Kaen tidak menyiksanya secara mental, jadi Hinata menjawab dengan jujur, "K-karena aku tidur nyenyak."

Sasuke bergumam. "Katakan padaku. Apa kau menikmati menjadi seorang nukenin, Hyuuga?"

"Um..." Hinata ingin menggelengkan kepalanya, tapi kemudian ia berhenti. Pertanyaan itu tidak semudah yang ia kira. Mendengar tentang nukenin membuatnya bergidik di masa lalu, tapi setelah menjadi nukenin sekarang, sesuatu telah berubah. "Aku merindukan teman-teman dan adikku."

"Tapi?" Sasuke bertanya.

"Tapi... rasanya juga seperti kebebasan." Hinata melihat sekeliling, menepuk-nepuk leher Garuda, mengagumi pohon-pohon pinus yang hijau, gunung-gunung di belakang, alam di sekeliling mereka. "Seringkali, aku merasa terjebak... seperti binatang atau tahanan. Selalu diawasi, dihakimi, tidak pernah benar-benar... bebas."

"Menjadi bebas adalah sebuah kejahatan menurut klan kita," gerutu Sasuke. "Pengkhianatan."

"Tapi... bukankah itu juga pengkhianatan terhadap dirimu sendiri untuk membiarkan seseorang mengambil kebebasanmu?" Hinata bertanya pelan. Sepanjang hidup, mereka dilatih untuk menjadi ninja yang kuat, tapi apakah mereka berjuang untuk kebebasan mereka sendiri?

"Seharusnya ada kemungkinan untuk memasukkan kehendak bebas ke dalam sebuah klan."

"Aku yakin itu ada." Dengan senyum lembut, Hinata mengangguk. Memang, ia sangat menyukai ide itu. Memikirkan sistem klan Hyuuga saat ini, ia merasa malu pada anggota Hyuuga dan dirinya sendiri. Para keluarga cabang hidup sebagai budak bagi keluarga utama. Kakaknya ingin mengubah sistem ini. Ia akan mengikutinya dan berjuang bersamanya. Neji selalu ingin bebas, tapi pemuda itu telah terperangkap seperti burung di dalam sangkar, tidak pernah bisa menggunakan sayapnya. Dengan kematiannya, satu-satunya harapan untuk perubahan di dalam klan mereka juga ikut mati. Hinata menghela napas memikirkan hal ini. Keinginannya adalah untuk mengubah semuanya.

Hinata akan memberikan segalanya untuk mengubah semuanya.

.
.
.

Mereka terbang hampir sepanjang hari, dan matahari mulai terbenam. Sasuke masih memikirkan percakapan mereka tentang klan. Apa arti klannya baginya? Setelah pembantaian itu, ia merindukan keluarganya dan orang-orang dari klannya. Tidaklah buruk menjadi bagian dari sebuah klan. Itu adalah dukungan dan kekompakan. Karena Sasuke adalah satu-satunya dari klannya, ia bisa membangun kembali klannya dengan caranya sendiri. Sebuah klan di mana menjadi bebas bukanlah sebuah kejahatan. Ia hendak mengatakan hal itu pada Hinata, tapi kemudian ia melihat gadis itu tidak bisa membuka matanya lebih lama lagi, dengan mantap tertidur lagi. Tubuhnya perlahan-lahan condong ke depan dan Sasuke menariknya kembali ke dadanya. Berada di dekat Hinata juga tidak buruk. Tidak, itu agak... lumayan.

Looking at the Ghost of Me  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang