18. H-1

114 13 0
                                    

2 bulan berlalu cepat. Bulan Maret menghantui semua mahasiswa dan UKM Universitas, tentunya karena Dies Natalis yang akan digelar sehari lagi. Sekarang adalah gladi bersih.

Diluar perkiraan bahwa Satria keluar dari rumah sakit lebih cepat, dia hanya menetap disana selama 3 minggu lalu langsung mengemasi diri sehari setelah Armansyah tua menjenguknya- bukan, itu lebih seperti mengajak berkelahi anak satu-satunya. Dan.. Satu bulan yang dia habiskan setelah itu hanya memperburuk keadaannya. Orang mana yang keluar dari rumah sakit langsung binsik? Ya Satria.

Lalu ada pula Sam yang hari ini menjadi sorotan setiap mahasiswa, tak terkecuali anggota BATIK kala melihat pemuda itu akhirnya menampakkan diri setelah sebulan tak terlihat dengan penampilan yang benar-benar tidak pernah disangka. Sam dengan baju dan celana pendek tidak pernah mereka bayangkan akan hadir di muka publik secepat ini. Dan dengan santainya, pemuda April itu berbicara dengan divisi acara sembari berkacak pinggang.

"Wah, ini ada peringatan apa dah? First time gue liat bang Sam ga pake hoodie cuk." tanya Wiksa.

Mendengar penuturan Wiksa, Malik segera menatap pada Jayan yang masih duduk dengan kertasnya, "Jay, lo ngasih jampi-jampi apa sama bang Sam?" tanyanya.

"Hah? Kenapa dah? Kaga. Terserah dia lah mau pake apa aja, ngurus aja lo?" ujar Jayan.

Malik hanya mengerutkan dahinya tidak suka dengan jawaban Jayan. Menghela nafasnya, dan memilih menghampiri Satria yang masih mengecek bass bersama Yassar.

"Guys!" teriak Sam dari jauh sembari berlari menuju teman-temannya yang sudah lama berkumpul, entah untuk apa, mereka hanya menuruti kata panitia agar berkumpul saat gladi bersih.

"Kita urutan terakhir, alias kesepuluh, oke ga?" tanya Sam.

"Oke aja sih gue." jawab Jay yang diangguki semua anggotanya. "By the way, udah mantep lo sama pilihan lo sendiri?" tanyanya pada Sam menghadirkan tanda tanya besar pada seluruh orang disana.

"Hah?" bingung Sam sejenak, "Ohh, ini sih karena hoodie gue kotor semua, belum gue cuci. Tapi sabilah gini, ga gerah." jawab Sam apa adanya.

"Tapi lo kenapa makin parah aja gue liat-liat, bang?" tanya Jaka.

"Sorry lah, dari rumah gue langsung kesini jadi ya belum gue apa-apain ini, masih baru." ujar Sam.

Semuanya bingung. Tetapi Jayan langsung menatap tangan Sam yang dia letakkan sedari tadi di pinggangnya. Itu terlihat baru, luka lebam disana terlihat baru dan masih belum tersentuh obat atau air apapun. Pantas saja sedari tadi pemuda itu tak bisa membiarkan tangannya diam, rupanya memang gemetar.

"Oke, semuanya bisa cek sound dulu mandiri," ujar Jayan membubarkan kerumunan. "Eh Sam, lo ikut gue." lanjutnya.

Sam hanya mengikuti Jayan menuju studio BATIK yang terletak tak jauh dari lapangan gladi bersih. Entah untuk apa, dia hanya mengikutinya.

Saat masuk ke dalam studio, langkah pertama yang Jayan lakukan adalah membuka loker kebutuhan band dan mengeluarkan kotak P3K disana yang sudah lama sekali tak tersentuh. Lalu pemuda itu duduk di sofa, tak lupa meminta Sam untuk duduk pula di sebelahnya.

Tangan Jayan membuka salah satu salep untuk luka lebam setelah menarik tangan Sam mendekat padanya. "Kayaknya gue ada bilang buat ngurangin selfharm dah? Masih lo?" tanyanya sambil dengan hati-hati mengoleskan salep.

Sam menghela nafas panjang, "Ya gimana gue nguranginnya kalo itu satu-satunya cara gue buat luapin semua ekspresi gue?"

"Luapin ekspresi lo sama BATIK, jangan buat lukain diri lo. Gue tau lo suka gitaran. Kenapa berhenti? Kenapa ga luapin ekspresi lo ke gitar aja?" tanya Jayan. "Lama ga ketemu sekalinya ketemu bikin gue stress aja lo. Lama-lama gue bawa juga lo tinggal sama gue biar aman damai sentosa sekalian Jibrannya." lanjutnya dengan suara lirih.

IRONI dari SEMESTA | ATEEZ ffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang