08. Judi

110 16 0
                                    

Content Warning!
harsh word, hurt, mention of boys love


Jayan duduk bersila sendiri di sofa besar di dalam studio musik, bukan studio musik di kampus, tetapi studio musik yang khusus dibelikan oleh Satria setengah tahun lalu.

Tangannya gencar menggeser layar ponselnya mencari kontak Ibunda untuk sebuah panggilan sesi cerita. Senyum Jayan langsung merekah dikala keterangan 'berdering' berubah menjadi detik angka.

"Assalamualaikum anak Bunda yang ganteng, gimana kabarnya?"

"Waalaikumsalam, Ibundaku yang cantik jelita, Jayan baik-baik aja, Alhamdulillah.." jawab Jayan tidak lupa dengan senyum paling lebarnya untuk Ibunda tercinta.

"Gak nakal kan?"

Jayan menepuk angin di depannya, "Nggak lah, Bunda.. Aku udah gede, yakali mau malu-maluin bunda terus."

"Hahaha, jadi.. Ada cerita menarik apa dari kamu, sayang?" hening sejenak sebelum sang Ibunda kembali berucap dari seberang, "Apa jangan-jangan kamu lagi kasmaran ya??"

Ia terkejut atas pertanyaan bundanya yang sangat tepat sasaran, insting ibu tidak bisa diremehkan, "Loh? Bun, Kok tau?"

"Kamu kan seringnya telepon kalo lagi seneng,"

"Tapi kok bisa-bisanya tau aku lagi suka orang??"

"Ya bisa.. Jadi, siapa kali ini? Cewek yang mana?"

Jayan menghela nafas, "Bukan cewek, Bun.."

Hening, keheningan yang cukup lama menghiasi kedua belah pihak. Sang ibu tidak kunjung membalas membuat hati Jayan semakin tidak tenang. Ia takut, takut hal yang sekarang ini dia ucapkan membuat Ibundanya kecewa.

"Orangnya cantik pasti, kamu sampe suka gitu,"

Jayan tersentak atas jawaban dari sang ibu. Dia sampai menutup mulutnya tidak percaya hingga matanya berkaca-kaca. Pemuda itu mencoba memastikan pada pikirannya sendiri bahwa ini bukan sebuah delusi.

"Jangan nangis gitu lah, cah ganteng," ucap Ibunda dari seberang panggilan dengan suara selembut sutranya memasuki telinga Jayan dengan sangat sopan, "Bunda tetep ndak membenarkan kamu ya.. Bunda menghargai apa yang kamu pilih, kamu bebas suka sama orang ya nak, tapi bunda minta tolong, jangan melebihi batas norma." lanjutnya

Menganggukan kepalanya, Jayan lalu melepas kacamata yang sedari tadi Ia pakai, mengusap matanya yang sudah lebih dulu berair lalu kembali dengan senyum lebarnya. "Iya, Jayan tau, makasih ya, Bunda.."

"Jadi, nanti kasih tunjuk bunda foto dia ya? Pengen tau banget ini.." suara sang ibu terdengar memekik gemas dari seberang panggilan.

"Iya iya, Bun. Nanti aku kirimin."

"Ada cerita lagi?" tanyanya.

Jayan hening sejenak, "Bun, masih kontakan sama ayah?"

Bundanya di seberang sana hanya diam. Cukup lama sampai-sampai Jayan sudah merangkai kalimat baru.

"Masih." ucap Bunda menbisukan Jayan. "Udah ini ceritanya? Gak ada lagi?"

Jayan menatap buku catatannya dengan sendu, kecewa dengan ucapan bundanya, "Udah kali ya, Bun. Aku sama Malik janjian sebentar lagi buat diskusi lirik."

"Okee, semangat ya nak! Inget tadi ya kata Bunda, jangan melewati batas norma." kata-katanya tampak menuntut, tetapi sebenarnya sang Ibunda hanya khawatir pada anak semata wayangnya yang tinggal sendiri di luar pulau, bersama norma semesta yang mencekam manusia.

IRONI dari SEMESTA | ATEEZ ffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang