20. Here We Go Again

127 11 0
                                    

Dies Natalis sudah selesai dan popularitas BATIK melonjak hebat berkat teriakan Rachel, terima kasih untuknya. Semua orang sedang berpesta di dalam studio sekarang, Malik membawa panggangan barbeque miliknya, si kembar membawa semua stok daging di kulkas mereka, dan Wiksa bahkan rela membawa seluruh stok suki suki yang dia simpan untuk diri sendiri dengan harapan dapat bertahan selama dua bulan. Tapi harapan itu kandas dalam 5 hari.

Bau bumbu marinasi milik Yassar menguar di setiap sudut studio. Sam tidak peduli lagi betapa pentingnya kebersihan di dalam studio sekarang, persetan. Mereka hanya ingin bersenang-senang, urusan sampah dan bau nanti saja. Semua orang bahagia sekarang. Ya, kecuali Rachel yang ada keperluan dan tidak bisa ikut hari ini.

Tetapi tidak bagi Satria yang menatap nanar telepon genggamnya. Tatapan yang sangat tidak bersahabat menyapu pandangan Wiksa yang sibuk memakan buffet dagingnya sembari menambahkan banyak boncabe.

"Lo kenapa, Sat?" tanyanya sepelan mungkin agar tidak mengganggu kebahagian yang lain.

"Oh, gapapa. Ini, penyimpanan gue habis lagi." jawab Satria.

"Bukannya storage lo masih setengah ya kemarin lo pamer sama gue." ujar Wiksa sambil memakan dagingnya.

"Sekarang abis," Satria menatap wajah Wiksa yang menggembung karena makanan. "Buat nyimpen video dokumentasi kemaren." senyumnya.

"Ohh, yaudah sok turunin hp lo, malu." Wiksa menyibukkan dirinya lagi dalam memilih daging yang sudah matang lalu meletakkannya ke piring kosong Satria. Tak lupa menambah boncabe ala-nya. "Noh makan." ujarnya.

"Gue ga maniak pedes kaya lo." tatap Satria pada dagingnya yang sudah tidak memiliki wujud karena tertutup boncabe.

"Oh," Wiksa mengambil daging Satria dan Ia makan lantas mengambil lagi daging yang baru untuk Satria, "Tuh makan."

Satria melirik Wiksa sebentar sebelum memasukkan potongan daging itu ke dalam mulutnya. Sebenarnya Satria menyukai pedas seperti Wiksa, tapi untuk sekarang mungkin tidak karena peraturan dokter itu mengatakan untuk tidak memakan sesuatu yang pedas dalam waktu yang lama. Sangat membosankan memakan sesuatu yang tidak pedas, tapi apa boleh buat.

Terakhir kali Satria nekat untuk memakan pedas, perutnya sakit luar biasa hingga harus pergi ke rumah sakit dan dimarahi lagi oleh dokter yang sama. Kenangan yang tidak indah.

"Lo udah gapapa, Sat?" tanya Jayan yang sedari tadi mengunyah daging sembari menatap percakapan rahasia Satria dan Wiksa.

"Overall oke aja sih, tapi tolong lo jangan ajak gue duel buat 2 bulan kedepan." jawabnya sambil menatap Jayan tanpa ekspresi.

"Iye, gue tau." ucap Jayan.

"Lah kenapa?" tanya Jaka yang sepertinya otaknya sedang tidak dalam keadaan fit sekarang. Sejak tadi pagi, mulutnya melantur tidak jelas yang membuat Yassar memukulnya berkali-kali, tidak seharusnya Jaka yang santai menggerutu seharian dengan keras.

Satria menghentikan kegiatannya dan menyibak atasannya. Terlihat disana banyak perban yang melilit perut berototnya tanpa meninggalkan space pemandangan sama sekali.

Melihat itu, Jaka hanya berkedip si tempatnya dan mengangguk.

"Lo kenapa si, Jak dari tadi pagi?" tanya Yassar sambil membolak-balikkan daging.

"Gapapa njir." jawab Jaka.

"Mulut lo itu anjir gabisa diem dari tadi pagi, nyeloteh mulu." Yassar menunjuk Jaka dengan emosi.

"Emang masalah buat lo?" ujar pelaku sembari membuat wajah mengesalkan. Cukup baik untuk dijadikan stiker WhatsApp.

Yassar tersenyum sembari menahan emosi saat pertanyaan itu keluar dari mulut Jaka. "Bangsat! Orang nanya beneran lo nya kaya tai." ucapnya sambil melempar botol air mineral tak berisi yang ada di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRONI dari SEMESTA | ATEEZ ffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang