Setelah kurang lebih lihat menit dan berhasil menguasai diri, Selene akhirnya muncul dari balik dinding. Gadis itu menyembulkan kepalanya sedikit sebelum benar-benar menunjukkan seluruh tubuhnya. Dia mendengar suara bangga Harry ketika Cedric Diggory menanyakan dimana pasangannya, sebelum sesuatu seperti gema yang terulang mengelilingi ruangan. Semua orang berbalik melihatnya, tetapi Selene tidak bisa menilai mana saja yang ia kenal dan kalimat apa yang mereka keluarkan karena dia terlalu gugup.
Selene yakin wajahnya sekarang merah jambu dan senyumnya sangat canggung ketika dia dengan hati-hati menuruni satu demi satu anak tangga dengan sepatunya yang tinggi dan mengeluarkan ketukan lemah. Dia ingin hal ini segera berakhir, tetapi entah kenapa rasanya ujung tangga pualam itu dijauhkan berkilo-kilo meter darinya.
"Kau kelihatan masih sangat menakjubkan ketika gugup begitu." Selene tersenyum dan menghembuskan napas lega ketika Harry tiba-tiba ada di sampingnya. Ia buru-buru menggandeng lengannya dan menuju ke tempat para juara agar bisa lepas dari situasi itu.
"Rasanya lebih buruk. Harusnya tadi aku turun bersamamu saja," bisik Selene ketika akhirnya mereka tidak berjalan lagi. Harry hanya terkekeh menanggapi.
Dan kemudian terdengar suara Profesor McGonagall memanggil, "Para juara silakan ke sini!"
"Kau cantik sekali, Ashcroft." Cedric tersenyum dan menyapanya ketika mereka sampai di kerumunan itu.
"Terimakasih," kata Selene pelan, sementara ia melihat Hermione mengacungkan ibu jari padanya.
Profesor McGonagall, yang memakai jubah pesta kotak-kotak merah dan menghiasi tepi topinya dengan tanaman berduri, menyuruh mereka menunggu di sisi pintu, sementara anak-anak lain masuk. Mereka nanti akan memasuki Aula Besar beriringan setelah anak-anak lain duduk.
Setelah semua duduk di Aula Besar, Profesor McGonagall menyuruh para juara dan pasangan mereka untuk berderet berpasangan dan mengikutinya. Semua yang berada di Aula Besar bertepuk ketika mereka masuk beriringan dan berjalan ke arah meja bundar besar di ujung aula, tempat para juri duduk.
Dinding aula ditutup bunga salju perak berkilauan, dengan beratus untaian mistletoe dan sulur yang bersilang-silang di bawah langit-langit hitam berbintang. Meja-meja asrama telah lenyap, dan sebagai gantinya ada kira-kira seratus meja kecil berlilin menyala, masing-masing dikitari selusin anak. Melewati atas kepala mereka, Selene melihat ruangan itu telah diubah menjadi semacam gua penuh cahaya peri berarti ratusan peri asli sedang duduk di semak mawar hasil sihiran.
Selene berkonsentrasi agar tidak tersandung kakinya sendiri dan berpegangan erat pada Harry. Sementara lelaki itu tampaknya lebih santai dari yang ia kira dan tertawa pelan setiap kali Selene mengungkapkan bahwa perutnya mulas karena terlalu banyak mata yang menatap mereka.
"Kau bilang kau sudah pernah mengalami ini, kan?"
"Ya, tapi itu sudah lama sekali, dan orangnya tidak sebanyak ini, dan tidak melihati kita seperti ini," jelas Selene.
Mereka terus melewati barisan orang yang bersorak-sorak. Selene tanpa sengaja melihat Draco Malfoy dengan jubah beludru hitam dan kerah tinggi, yang lengannya terus digelayuti Pansy Parkinson. Mata mereka sempat bertemu selama beberapa saat sebelum Selene menghindar. Pemandangan ini membuat perasaan aneh yang tidak senang dalam hatinya, tetapi ia ingin malam ini menjadi malam yang sempurna, sehingga ia tidak akan memikirkannya lagi.
Dumbledore tersenyum senang ketika para juara mendekati meja utama. Ludo Bagman, malam ini memakai jubah ungu cerah dengan bintang-bintang besar berwarna kuning, bertepuk tangan sama antusiasnya dengan murid-murid, dan Madame Maxime, yang telah mengganti jubah satin hitamnya yang biasa dengan gaun ungu lavender yang berjuntai, bertepuk tangan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Friend of Mine II
FanfictionSelene tidak tahu apakah ia dan Draco Malfoy sudah menjadi teman atau itu hanya harapan palsunya semata. Namun lelaki itu sangat membingungkan.